12. SEBUAH RENCANA?

194 12 0
                                    

"Lo sudah baca pesan papi gue kan?" Seilyn menatap Edfen yang sedang sarapan roti tawar dengan selai.

Mereka sedang sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

"Datang ke acara keluarga besar kusuma?" Edfen balik bertanya.

"Langsung pulang, gue ga mau telat datang hanya karna lo." Sewot Seilyn.

Edfen mengangguk melanjutkan sarapan rotinya.

Seilyn sudah menyelesaikan makannya. Tanpa mengatakan sepatah kata langsung melenggang pergi.

kali ini dia memilih menggunakan mobilnya dari pada harus menunggu Mevisha.

*****

16.57 WIB

"See you tomorrow." Seilyn mematikan telepon dari Arga.

Perempuan itu sedang berada dalam mobil yang melaju menuju ke kediaman keluarga besar Kusuma, keluarga dari Adifen adnan kusuma atau papi dari Seilyn.

Dia terus melirik seseorang yang mengemudikan mobilnya yang tidak lain adalah Edfen.

'Ck, kenapa dia berpakaian seperti ingin mencari pasangan.' Gerutu Seilyn dalam hatinya, mengalihkan pandangannya keluar jendala mobil.

Edfen menggunakan atasan kemeja yang berwarna hijau laurel (tua) dengan 1 kanci yang terbuka memperlihatkan kalung titanium yang tidak begitu panjang dengan ukuran yang tidak juga besar kemudian menggunakan celana jeans hitam pekat di padu padangkan dengan sepatu sneakers berwarna abu abu.

Sedangkan Seilyn menggunakan dress dengan warna silver yang menutupi tubuh sampai dengan bawah lututnya kemudian perlengkapan seperti kalung emas yang tidak begitu mencolok dan juga gelang tangan emas yang sesuai dengan pergelangan tanganya.

Sedangkan Seilyn menggunakan dress dengan warna silver yang menutupi tubuh sampai dengan bawah lututnya kemudian perlengkapan seperti kalung emas yang tidak begitu mencolok dan juga gelang tangan emas yang sesuai dengan pergelangan tanganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seilyn dengan kalungnya.

*
*
*

Tidak lupa kedua pasangan itu menggunakan cincin pernikahannya.

"Enak ya, udah bisa berbicara panjang lebar dengan Mevisha." Sindir Seilyn yang masih dengan wajah menghadap keluar jendela.

Edfen tetap dengan wajah datarnya fokus mengendarai mobil itu.

mengumpat dalam diamnya adalah cara Seilyn agar laki laki itu tidak mengetahuinya.

Dia kembali teringat pada saat di sekolah bahwa Edfen dan Mevisha mengobrol begitu akrab.

Mobil itu sudah memasuki gerbang yang menjulang tinggi Mension keluarga Kusuma yang diwariskan kepada Caksan Adnan Kusuma (adik dari Adifen).

Keduanya keluar dari mobil secara bersamaan

Pancaran Auranya seperti suami istri yang yang baru saja melangsungkan pernikahan.

"Aaaa menantu Mami yang sangat tampan datang." Mami Winda kegirangan dari dalam sana setelah mendapatkan informasi dari maid.

Seilyn memejamkan matanya menahan umpatannya.

Pintu utama mension terbuka memperlihatkan orang tua Seilyn yang tersenyum lebar, Papi Adifen dan Mami Winda.

Winda berdecak kagum menatap Edfen.

"Lihat menantu kita Pi, Papa sangat pintar memilihkan kita menantu bukan?" Winda menatap Edfen dan Seilyn yang berjalan kearahnya.

Adifen mengangguk dengan kedua sudut bibir yang terus terangkat.

"Sangat-sangat pintar." Balas Adifen.

"Utututu menantu mami." Winda pertama menyambut Edfen untuk memeluk laki laki remaja itu.

Edfen dengan senang hati menerima pelukan Mami Winda dengan senyum mengulas.

Sedangkan Seilyn menampilkan wajah cemberut seraya memeluk erat papinya.

Kemudian bergantian Seilyn memeluk Sang Mami begitupun Edfen yang memeluk papi Adifen.

"Ingat Edfen, lo hanya sebatas Om dan tante dengan orang tua gue." Peringat Seilyn dengan nada Judesnya.

"Enak aja No-no-no, kali ini mami tidak setuju dengan peringatanmu!" Mami Winda memotong.

Seilyn semakin cemberut. Mendengar itu.

"Atau Seilyn akan pulang sekarang." Sahut Seilyn.

Mami Winda mengangkat Alisnya.

"Yakin?" Mami Winda masih mengangkat Alisnya kemudia terdiam sejenak.

"Padahal si kembar udah bawain Suvenir dari singapore untuk kakaknya yang cantik." Mami Winda berkata seraya mengalihkan wajahnya dengan dagu terangkat.

Seilyn Terbelalak, adik perempuannya pasti mengerti Suvenir keinginan Seilyn dari Singapore.

"Yuks Edfen, kita ketemu dengan si kembar katanya dia juga beli suvenir untuk suami kakaknya." Mami Winda menarik Edfen.

Seilyn ingin ikut menyusul namun di halangi oleh badan kekar papinya.

"Papi minggir." Seilyn dengan nada menggemaskan.

"Katanya mau pulang?" Sindir Papi dengan wajah yang sama seperti istrinya tadi, mengejek.

"Iih papi, aku kangen dengan kedua adikku tau." Seilyn dengan memajukan bibirnya dengan wajah menunduk.

"Janji dulu."

"Seilyn kan hanya mau ketemu dengan si kembar kenapa harus Janji papi." Kata Seilyn.

"Berarti papi tidak ijinin masuk." Kekeh Papi Adifen membuang mukanya dengan berdecak pinggang.

Seilyn mendengus. "Iya, Seilyn janji tidak akan ada lagi ancaman untuk Edfen."

Adifen memberikan jalan pada putri sulungnya.

Seilyn mengulas senyum lebar kemudian berlari masuk ke mension menuju ruangan yang di tempati sikembar.

Diikuti Adifen yang tersenyum lebar, "Kelihatannya hubungan keduanya semakin membaik, tapi rencana itu harus tetap berjalan."

*
*
*
*
*
TBC

Sebentar lagi konflik ;)

EDFEN NYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang