"Lan kemana lo semalam dengan Edfen?, di tempat penampungan ga ada, di balapan juga ga ada, lo berdua kayak Alien saja. Ck," Macloh berkata.
"Ah biasa mencari ketenangan dunia." Delan dengan kepala yang sedang dipijit oleh Kuinzah.
mereka sedang berada di gudang sekolah namun jika orang lain yang menyaksikan gudang sekolah itu. Mereka pasti tidak menyebutnya dengan gudang melainkan tempat istirahat yang nyaman.
"Emang bajing4n ni anak, ke club ga ngajak-ngajak." Sahut Samudra.
"Kenapa hanya gue, tuh si Juna semalam ngilang juga."
Semua mata menatap Arjuna yang memainkan permen karetnya.
"Bokap manggil."
"Edfen ga ada kabar?" Arga sedang duduk di samping Seilyn.
Delan yang menerima tatapan dari Macloh sedikit kaku.
"Gue juga ga tahu Cloh."
Seilyn yang mendengar itu menatap heran Delan. Bukannya Delan tau kalau Edfen di rumah sakit.
Seilyn tidak mungkin mengatakan Edfen ada di rumah sakit, bisa saja semuanya akan curiga.
"Ai ai Andika datang."
Macloh menggusar wajahnya dengan kasar.
"Hei waria, gender lo, yang nonjol atau yang masuk kedalam sih?" Cerocos Macloh.
"Eh Sai Macloh, ini itu spesial dari tuhan tau, jadi kalian-kalian ini harus bersyukur punya teman seperti aku ini u la la." Andika duduk anggun pada salah satu kursi.
Samudra merinding mendengar itu.
"Emang bisa kelamin kita di modifikasi setiap hari Jun?" Macloh menatap Arjuna dengan pertanyaan Vulgar.
Arjuna melempar Macloh dengan bekas bungkusan permen karetnya.
"Mulut lo yang mau di modifikasi."
"Ah sialan." Macloh berkata.
"Visha. Waria ini ga ngomong macam-macam kan sama lo?" Seilyn bertanya pada sepupunya.
Mevisha tersenyum seraya menggeleng.
"Ai ai Seil, Asal kamu tau obrolanku dengan Mevisha di kantin itu High quality, Iyakan Visha?."
Mevisha mengangguk senyum. "Iya."
Seilyn menatap dengan mata selidik pada Andika.
"Apa?"
"Ya calon pacar aku Seil, Visha udah tau semua tentang Edfen dari aku."
Macloh tertawa memegang perutnya.
"Potong kelamin gue kalau Edfen mau jadi pacar lo."
Delan masih sempat menutup kedua telinga Kuinzah di saat kalimat frontal dari mulut Macloh muncul.
Semua orang menggeleng pasrah kecuali Andika.
"Saya Setuju."
Hah?
Semuanya tercengang mendengar jawaban dari Andika.
*****
Edfen sedang menatap dirinya dalam pantulan cermin yang berada di kamar mandi.
Dia memutuskan untuk kembali ke apartemen dari pada harus berlama-lama, berbaring tidak berdaya pada brangkar ruangan vvip yang di sediakan sang mertua.
"Gue harus meminta maaf kepada Pak Andar."
Tangannya menyentuh bagian pelipis yang sudah dijahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDFEN NYA
Teen FictionWARNING 21+ MENGANDUNG UNSUR KATA KATA KASAR DAN PERBUATAN. "Atau... lo suka sama gue yang berstatus sabagai istri sahmu?" Bisik Seilyn. "Menurut lo, bagaimana hm?" Edfen ikut menggoda kekasih sahabatnya itu dengan suara seraknya. Edfen Van Derven o...