4. "DEMI KEBAIKAN PACARKU."

270 11 2
                                    

Edfen memarkirkan motornya pada parkiran basement apartemen.

Dia kemudian berjalan menuju lift dan langsung masuk kedalam lift yang akan membawanya ke lantai milik apartemennya.

Setelah tadi kekantor polisi dia tidak langsung pulang melainkan langsung ke markas Voynence bersama inti lainnya.

Saat ini pria itu sudah berada di pintu depan apartemennya.

Selanjutnya Edfen langsung memasukkan enam angka nomor agar pintu itu terbuka.

Bunyi dering hanphone pada saku celana Edfen memberhentikan langkahnya menuju dapur untuk mengambil minum.

"Ada apa?" Edfen berkata kepada seseorang di sebrang sana yang tak lain adalah samudra.

"Innalillahi Edfen, kayaknya lo harus jadi murid gue Ed, agar lo tau cara bertegur sapa yang baik dan benar pada seseorang, terlebih lebih pada perempuan, right?." Samudra berkata.

Edfen mendengus kesal ia sudah sangat lelah hari ini. "Ada apa Sam?"

"Minta nomor orang yang buatin knuckle lo donk."

"Ok nanti gue kirim." Balas Edfen.

"Thank you twins."

Edfen menutup panggilan itu secara sepihak.

Edfen kembali berjalan menuju dapur dan matanya tak sengaja saling menatap kepada seseorang yang baru saja selesai makan.

"Apa lo liat-liat?." Nyolot seseorang itu.

Edfen tidak membalas sepatah kata orang itu dia langsung mengambil air dari kaca dan langsung meminumnya.

"Oh ya, lo jangan ke ge'eran tentang polisi yang datang karna kakek Pras," jeda perempuan itu menatap Edfen. "Dan itu bukan untuk lo, melainkan demi kebaikan pacar gue, Arga."

Seseorang itu adalah AGYANI SEILYN WIRANDA, keduanya dijodohkan oleh kakeknya masing masing.

Namun pernikahan itu hanya sebagian keluarga Mereka yang tahu dan beberapa kolega bisnis dari papi Seilyn yaitu Adifen, dan semua akan tutup mulut jika Tuan Adifen yang menginginkan itu.

Mereka sudah menjalin pernikahan atas perjodohan ini selama kurang lebih satu tahun, tepatnya pada saat keduanya berada di bangku kelas sebelas. Pada saat kakek Marcel yaitu kakek dari Seilyn Drop.

"Iya gue sudah tahu." Edfen ingin berjalan namun dihentikan oleh perkataan Seilyn.

Edfen sudah mengira bahwa kedatangan polisi itu karna kakeknya.

"Jangan pernah tebar pesona di depan Mevisha, Mevisha nggak selevel dengan lo." Tekan di setiap kata dengan Seilyn munjuk Edfen.

Mengapa berkata demikian karna Edfen seolah tebar pesona pada saat di sekolah. Entahlah atau rasa bencinya pada laki laki itu sudah mendarah daging.

Edfen hanya terdiam dan tak berucap, setahunya dia belum pernah berkenalan dengan Mevisha.

"Gue tahu Seilyn." Edfen sudah sangat lelah seharian ini.

Seilyn menggertakkan giginya, dia kurang puas atas jawaban dari Edfen.

"Perjanjian kita sampai lulus, tapi jika kakek Marcel sudah membaik, lebih cepat lebih baik untuk langsung mengurus surat cerainya." Seilyn menatap kosong kedepan memikirkan kesehatan kakeknya yang sangat dia cintai.

Edfen mengangguk kemudian melenggang pergi menuju Kamarnya. Apartemen itu mereka dapat dari kakek Pras yang tidak lain merupakan kakek Edfen.

"Maaf kakek, Seilyn tidak bisa menjanjikan pernikahan ini bertahan lama," monolog Seilyn menitikkan air matanya merasakan keegoisan dalam dirinya namun tetap kekeh pada pendiriannya.

Suara dering ponsel dengan nama Arga tercantum pada benda pipih Seilyn.

Ia dengan sigap menghapus sisa sisa air matanya.

"Halo sayang, Ada apa?" Sapa Seilyn setelah panggilan itu masuk.

"Apa kamu tidak sibuk nanti malam?, Mami mengundangmu untuk datang ke pestanya di hotel." Arga berkata dari sebrang sana.

"Tentu aku akan datang." Seilyn beranjak dari duduknya.

"Baik, aku tunggu kedatanganmu nanti malam Sayang, bye" Arga dengan suara lembut.

Seilyn tersenyum, "bye."

TBC


TYPO BERTEBARAN

EDFEN NYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang