15:32 WIB
Edfen sudah bersiap untuk ke markas karna perintah dari Arga.
"Kemana?"
Edfen berbalik setelah mengambil satu kaleng soda yang berada pada kulkas.
"Gu—Gue?" Menunjuk dirinya
Seilyn memutar bola matanya dengan wajah yang jutek.
"Siapa lagi," kembali melanjutkan memakan bubur buatannya.
Jangan salah, dibalik sifat buruk miliknya, bukan berarti Seilyn tidak pandai dalam hal per dapuran.
Bahkan dulu pada saat masih di mension keluarganya. Seilyn lah yang merombak seluruh tatanan yang berada didapur mensionnya.
"Ke markas, Di panggil... Arga." Pandangan Edfen tidak lepas dari Seilyn.
Ini merupakan kejadian langka menurut Edfen.
Bagaimana mungkin seorang Seilyn yang selalu mengedepankan emosi jika berbicara padanya tiba tiba saja bertanya seperti itu.
Apa yang tadi Seilyn katakan, 'Mau kemana?'
Seilyn mengangguk kecil dengan sedikit mencuri pandang kepada Edfen yang terus menatapnya dengan mata tajam pria itu
"Ada sisa semangkuk bubur, sayang kalau di buang, tapi kalau lo ga mau juga gapapa sih, nanti gue makan." Jelas Seilyn memfokuskan matanya pada semangkok bubur.
Edfen langsung duduk di kursi dan mengambil semangkok bubur itu kehadapannya tanpa berucap sepatah kata.
Seilyn mengulum senyumnya, dia merupakan tipe perempuan yang senang jika seseorang menghargai kerja kerasnya.
"Makasih." Singkat Seilyn.
Edfen kembali menatap Seilyn.
"Makasih." Ucap Edfen kembali melanjutkan makannya.
Sedangkan Seilyn mengkerutkan keningnya.
"Kenapa lo malah ngikutin kata-kata gue" Ketus Seilyn.
"Lo minta gue berterima kasih karna bubur ini kan?" Jeda Edfen "jadi ya Terimakasih buburnya."
Seilyn mendengus. "Bukan bubur, tapi..."
Tanpa di sengaja keduanya saling menatap.
"Uang bulanan." Sedikit sewot namun tulus.
Edfen terdiam sejenak, setelah itu mengangguk kecil seraya mengambil tisu untuk membersihkan bibirnya.
"Sudah kewajiban gue," Edfen seraya beranjak berdiri.
Seilyn berdecak ketika melihat Edfen sudah menghilang dari pandangannya.
"Makhluk nyebelin, udah di baik-baikin malah nyebelin, dasar."
Terus kamu maunya apa Seilyn :)
*****
Sebuah bangunan persegi empat berlantai dua yang berdiri di lahan yang jauh dari keramaian kota.
Terdapat sebuah perkumpulan Remaja yang menamai dirinya VOYNENCE.
Edfen meletakkan helmnya diatas motor miliknya kemudian berjalan menuju tempat kelima temannya berada.
"Datang datang udah babak belur aja Ed," Kata Macloh.
Edfen mendengus, kemudian duduk di sofa panjang yang sama dengan Delan.
"Tapi btw, muka lo masih cakep ya." Timpal Samudra.
"Stm dateng lagi?" Satu pertanyaan keluar dari mulut Edfen.
Arjuna menggeleng seraya mengambil permen karetnya.
"Kita datangi nanti malam, orang di balik semuanya." Arga berucap dengan mata yang gelap.
Macloh menggebrak meja yang berada didepannya.
"SETUJU!"
"INGAT SLOGAN KITA, ONE VOICE... ONE FAMILY... AND ONE VICTORY..." Arga dengan setiap penekanan katanya.
*
*
*
*
*
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
EDFEN NYA
Fiksi RemajaWARNING 21+ MENGANDUNG UNSUR KATA KATA KASAR DAN PERBUATAN. "Atau... lo suka sama gue yang berstatus sabagai istri sahmu?" Bisik Seilyn. "Menurut lo, bagaimana hm?" Edfen ikut menggoda kekasih sahabatnya itu dengan suara seraknya. Edfen Van Derven o...