cukup dalam waktu lima menit Seilyn telah sampai tempat tujuannya, basement apartemen.
Saat ini Seilyn sudah berada di lantai apartemennya dengan sedikit berlari menuju kamar Edfen.
Perempuan itu sudah mengetuknya beberapa kali namun tidak ada jawaban sama sekali.
'oh god, apa laki laki itu pingsan.' pikir Seilyn yang sudah menerobos masuk.
"Fen..."
"EDFEENNN." Seilyn berteriak ketika tidak menemukan Edfen di kamar itu.
"Yaa?" Suara Edfen setelah menampakkan setengah tubuhnya di pintu kamar mandi, dengan kaos putih polos yang penuh bercakan darah dan celana panjang hitamnya.
Seilyn yang menghadap ke arah balkon kamar itu langsung berbalik melihat Edfen.
"Arga baik baik saja kan? wajah lo keliatan panik." Sambung Edfen, dengan nada datar.
Seilyn terdiam beberapa detik ketika melihat pelipis Edfen yang sudah tidak bengkak.
Perempuan itu kemudian mengangguk.
"Arga baik baik saja." Kata Seilyn Berjalan mendekati Edfen.
"Okey, ada perlu apa?" Tanya Edfen.
Seilyn canggung spontan menggaruk alisnya yang tidak gatal. 'perlu apa, perlu apa, ayo berpikir Seil perlu apa.'
"Ah, itu tadi gue kira lo pingsan, soalnya beberapa kali gue ketuk pintu kamar lo ga ada sahutan, kalau lo pingsan kan gue juga yang repot." Jelas Seilyn,
setelah ini Seilyn akan memberikan penghargaan bintang lima kepada otaknya, karna dapat berpikir dengan cepat.
Edfen ber-oh-ria setelah kemudian menghadap ke cermin kamar mandi.
"Kenapa masuk?" Arga setelah melihat Seilyn yang juga ikut masuk ke kamar mandi itu.
"Aman Seil liat sendirikan? gue ga pingsan, lo bisa balik istirahat sekarang." Lanjut Arga.
"it–itu pelipis lo habis di jahit lagi?" Seilyn bertanya.
"Di klinik terdekat."
"Terus kenapa Kasa steril nya di buka, lo ga merinding liat jahitannya." Seilyn dengan wajah merinding menatap wajah Edfen.
"Tadi berdarah lagi, mungkin karna bengkaknya."
Seilyn mengangguk paham, matanya beralih menatap kotak P3K yang berada di atas wastafel kamar mandi itu.
"kayaknya darahnya udah berhenti, sini gue pasangin perban." Seilyn membuka kotak P3K.
"Eeh ga usah Seil," Edfen mengambil kotak P3K itu dari tangan Seilyn.
"Udah tengah malam, mending lo istirahat" Lanjut Edfen
Wajah Seilyn mulai berubah kesal setelah mendapatkan penolakan dari Edfen.
"Mumpung gue baik, jangan resē deh," mengambil dengan sedikit kasar kotak P3K di tangan Edfen.
"Di sofa, gue ga nyampe kalau lo berdiri." Seilyn setelah berjalan menuju sofa panjang kamar itu.
Edfen menghela nafas kasar di sisi lain dia berpikir mengapa sifat perempuan itu sedikit berubah baik kepada dirinya 'ini kejadian langka.'
Saat ini dia sudah berhadapan di sofa panjang.
Seilyn dengan sedikit keberanian memencet luka jahitan itu.
"Sakit ga?" Tanya Seilyn dengan wajah yang meringis. namun di indra penciuman kembali merasakan aroma parfum milik Edfen.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDFEN NYA
Teen FictionWARNING 21+ MENGANDUNG UNSUR KATA KATA KASAR DAN PERBUATAN. "Atau... lo suka sama gue yang berstatus sabagai istri sahmu?" Bisik Seilyn. "Menurut lo, bagaimana hm?" Edfen ikut menggoda kekasih sahabatnya itu dengan suara seraknya. Edfen Van Derven o...