#19: benar dugaan gue

14 4 4
                                    

Natasya sekarang sedang belajar sendiri di ruang tamu, menunggu Azkara yang katanya ingin mengirim bunga kesukaannya. Dia sudah membuat kan roti yang katanya viral, dulu, cloud bread.

Natasya sudah membuat 3 dan kopi susu juga. Tapi remaja laki-laki itu tak kunjung datang, sampai Natasya bosan sendiri.

Tak lama bel rumahnya berbunyi, Natasya langsung membukanya dengan semangat. Dan benar itu Azkara yang sedang berdiri dengan sebuket bunga lavender. Natasya langsung memeluk remaja itu, ingat? Natasya sudah menganggapnya sebagai pengganti Rafael.

"Sendirian aja Nat?" Tanya Azkara yang duduk di sofa ruang tamu itu, dia tersenyum melihat banyak sekali buku di meja itu.

"Iya, Papa lagi kerja. Mama masih di luar kota, nih rotinya. Maaf ya kalau gk enak, soalnya gue baru belajar buat." Jawab Natasya yang baru datang dari dapur, Azkara mengangguk.

Natasya duduk di bawa yang beralaskan karpet bulu yang halus. Azkara juga ikut duduk di bawah bersama dengan Natasya.

"Makasih ya bunganya." Ucap Natasya sambil tersenyum, Azkara mengangguk. Dia terkejut kenapa rasa rotinya begitu...

"Rotinya enak Nat, Lo buat sendiri kan?" Tanya Azkara.

"Ah masa? Biasa aja tadi pas gue cicip."

"Iya, gue ambil semua gapapa kan?" Tanya Azkara, Natasya terkekeh. Kalau kayak gini persis banget sama Rafael dulu.

"Iya, nanti gue bungkusin. Itu gue buat lagi, masih di open tapi." Azkara mengangguk. Natasya mulai mengerjakan beberapa soal lagi di buku yang baru saja di berikan kepada Bu Rindu tadi.

Eza tadi juga sempat marah karena Natasya itu tetap ngotot pengen ikut olimpiade sampai tadi di ruang kepsek ribut gara gara mereka berdua. Tapi Pak Warto selaku kepala sekolah SMA N 1 Nusantara itu hanya bisa pasrah saja.

Lagi pun dia juga tidak bisa memilih orang lain dengan waktu yang singkat, apa lagi besok Senin mereka sudah harus lomba. Dan sekarang sudah hari Jumat.

"Gk belajar sama Eza Lo? Biasanya sama dia?" Tanya Azkara, Natasya sedang mengecek handphonenya apakah Valentino masih marah, dan kenapa masih centang satu.

Azkara menatap layar handphone milik Natasya itu, dia mengerti dan menarik handphone milik Natasya tersebut.

"Kok di ambil sih Az?" Tanya Natasya yang sebal.

"Kalau ada tamu gk baik di tinggal main hp." Ucap Azkara, dia menepuk pundak kanan nya. Yang mengartikan 'sini senderan sebentar', Natasya langsung mendekat dan menyenderkan kepalanya di pundak Azkara.

"Untuk kali ini jangan mikirin Tino dulu ya? Lomba Lo udah dekat, Lo harus fokus. Jangan sampai kalah cuma gara gara Tino." Natasya mengangguk, Azkara mengelus Surai hitam milik Natasya itu.

"Az, kenapa ya Tino akhir-akhir ini berubah? Apa dia punya yang lain?" Tanya Natasya, Azkara tak bisa jika harus ngomong yang sebenarnya kepada Natasya. Dia tidak mau Natasya jadi kepikiran karena ini, anak ini memang benar-benar di uji oleh dunia.

"Tapi gk mungkin juga kan kalau dia nyari yang lain?" Azkara diam saja, dalam diam nya dia sendiri juga bingung harus menjawab apa.

"Kalau dia memang setia sama Lo, dia gk bakal kok ninggalin Lo."

"Az, nanti nginep sini aja ya? Ajak anak-anak yang lain. Papa katanya gk bisa pulang kesini." Azkara berdehem.

"Udah selesai in dulu belajar Lo, ntar malem kita happy happy di sini." Natasya terkekeh dan mulai belajar kembali, dan Azkara membantunya.

"Gue gk tau Nat apa tujuan Tino itu, tapi yang jelas disini gue paling gk terima kalau Lo di sakitin sama dia. Kalau Lo nangis, disini gue yang bakal maju paling depan untuk bikin dia nangis juga."

5 TEENAGE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang