first blossom.

420 25 0
                                    

Jakarta, Senin 11 Januari
11.00 Siang.

"Papah, ga bisa gitu dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papah, ga bisa gitu dong. Kok main mindahin sekolah Erine gitu aja? Emang Erine udah setuju sama kemauan Papa!?"
Siang hari yang meriah dengan sambutan gertakan suara amarah Erine.

"Listen to your Father for this time, Erine. Saya harus pergi ke luar negri selama 2 tahun demi projek industri di England. Saya tidak mungkin membiarkan kamu sendiri di rumah, yang ada kamu makin ngaco. Sudah cukup dengan masalah di sekolahmu itu. Kali ini tolong bantu ayah."
Tak mau kalah, Ayahnya ikut kembali menekan setiap kata-perkata untuk meyakinkan Erine.

(Btw cara manggil ayahnya sama Erine emang beda gitu yaa!!)

"Tell me, apa keuntungan bagi Erine kalau Erine ikutin apa kata papah?"

"Kamu satu²nya anak saya, secara tidak langsung bukan kah kamu yang akan mewarisi segala harta dan hasil projek industri saya? Dan lagi, kamu akan lebih aman di rumah Tante Asela."

"Tante Asela? Erine bakal tinggal sama Tante Asela Pah?"

"Of course sayang, saya gaakan mungkin ngelantarin kamu gitu aja. Tolong ya? Saya sudah menyiapkan semuanya. Besok kamu tinggal berangkat ke Jogja, Rumah Tante Asela." Tegas sang ayah.

"Besok? Yang bener aja Pah!"

Jakarta, 12 Januari
08.00 Pagi.

Seperti biasanya, pagi hari yang sunyi tanpa ada salam pembuka dari sang ayah. Erine terbangun dengan rambutnya yang berantakan, katanya sih seperti hidupnya juga.

"Papah ini gimana si, katanya mau bagunin nanti pagi. Sekarang udah lewat jam 07.00 ga dateng², jadi telatkan. Yang nyuruh pergi siapa yang kena siapa. Males banget"
Rengekan Erine dipagi buta kali ini.

Erine bangun dari kasurnya, rencananya si mau langsung mandi. Tapi dia terdiam sejenak setelah melihat sepucuk surat dengan warna ngejreng yang ga di sukai Erine, Warna "Merah".

"Surat apa ini? Kenapa warnanya merah? Ga bisa gitu putih aja?"

Erine yang penasaran tentunya langsung membaca surat itu.

.....
........

"PAPAH!!!!!" Erine berteriak sejadi-jadinya setelah membaca surat itu.

"APA MAKSUDNYA SI NINGGALIN ERINE GITU AJA, INI MAKSUDNYA ERINE KE SANA SENDIRI!!?!?!?!?" Erine yang tidak habis pikir dengan perbuatan ayahnya merasa bingung dan tak tahu harus apalagi.

Beruntungnya sang ayah tidak lupa memberi alamat Rumah Tante Asela, mengingat ayahnya yang sangat susah untuk di hubungi.

Jogja, Selasa 12 Januari
20.00 Malam

"Neng, Neng, Neng udah sampe Neng. Ini busnya mau balik lagi ke Jakarta, Neng mau balik lagi?" Jreng sambutan abang² bus yang untungnya membangunkan Erine. Gatau deh gimana nasibnya kalau ga dibangunin.

"Eh! Mas iya, iya-iya maaf ya mas. Ini terima kasih mas. Saya duluan." Erine yang baru terbangun dari tidurnya langsung reflek berdiri dan keluar bus tanpa aba².

"Iya Neng, hati-hati kalau jalan Neng. Banyak klitih neng malem-malem begini." Teriak Abang Bus yang langsung membuat bulu kuduk Erine berdiri.

"Iya, Mas. Terima kasih."

......

Kedua kaki Erine tiba² membawa Erin maju, walau tanpa arah. Tapi semakin lama, ia baru tepikirkan sesuatu. Mengapa ia tidak menanyakan lokasinya ke Abang Busnya?

"Aduh ini aku harus ke mana? Jalan aja aku gatau, apalagi orang. Gaada yang aku kenal. Oh iya! Kenapa aku ga nanya ke Abang Busnya?"

Erine langsung berlari ketempat ia semula turun, jaga-jaga takut busnya udah jalan. Tetapi mengapa hari ini jalanannya cukup sepi dibanding biasanya? Padahal masih banyak motor dan mobil berlalu lalang. Tapi kenapa sedikit sekali orang berjalan?

"Sepi banget? Biasanya aku liat di medsos jalan ini rame, banyak orang jalan kesana-kesini. Ini kenapa sekarang sepi? Apa karna udah terlalu malem? Ah, yang penting sekarang aku harus cepet balik ke sana sebelum pergi duluan abangnya."

Sekitar 5 menitan Erine sudah sampai kembali ke tempat bus itu menurunkannya. Memang tidak jauh, karna Erine baru beberapa langkah dalam berjalan.

"Kosong...?" Ya, busnya telah pergi. Sialnya dirinya malam² yang sepi tanpa terarah.

"Kalau udah gini gimana dong?" Pada akhirnya ia kembali berjalan ke tempat dia tadi.

"Kalau emang aku kesasar di sini juga, aku udah ga peduli. Ayah aja gaada peduli²nya lagi sama aku. Aku pasrah aja."

Maaf ya masih sedikit, masih pemula heehehehe. Nextnya lumayan panjang kok semoga ya...😢

No One Here? (Orine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang