Go Home-Half ½

190 23 2
                                    

Jogja, Jum'at 22 Januari
08.15

Sudah 30 menit lamanya sejak Oline telah meninggalkannya di UKS. Belum tetlihat sama sekali bagian tubuh dari orang yang sedari tadi ia tunggu.

"Haha... Oline ga balik lagi ya?"

Tubuh Erine mulai bergerak ke luar UKS, ia sudah tidak banyak berharap juga. Untuk sekarang, hanya kata 'pulang' yang ada di benaknya.

"Loh Erine? Kamu kenapa sayang? Baju kamu kok basah gini?"
Ms. Fensi, akhirnya. Akhirnya ia dapat bertemu guru tanpa harus ke ruang piket.

"Miss, saya habis tersiram air jus. Apakah saya boleh izin untuk pulang mengambil baju?"

"Gapapa sayang, muka kamu juga pucet banget. Erine lagi sakit? Temen-temen kamu pada ke mana? Kok gaada yang bantu?"

"Gapapa Miss, temen-temen juga gaada yang tau saya kesiram air. Saya juga gapapa kok miss, cuma perlu ganti baju saja. Nanti saya balik lagi kok."

"Aduh gapapa sayang, besok aja masuknya. Muka kamu pucat sekali. Kamu istirahat sulu saja ya. Nanti Miss izinkan ke guru piket. Kamu sekarang ambil tas kamu lalu pulang ya."

"Baik miss, terima kasih banyak."

"Sama-sama sayang, hope you're fine Erine."

Erine menuju ke kelasnya untuk mengambil tas, kemudian beranjak ke luar sekolah untuk pulang.

"Will my next life start like this?"
Batinnya.

Jogja, Selasa 9 Februari
10.02

Sudah hampir dua minggu Erine terus mengalami hal yang sama. Setiap 1 minggu, ia mengalami 3 kali hal seperti itu. Ntah kenapa selalu pada hari yang sama. Hari Selasa, Kamis, dan Jum'at. Selalu dan tak pernah selain hari itu. Hari ini dan waktu ini adalah jam istirahat, tempat biasanya orang² itu kembali lagi ke hadapan Erine.

"Hari ini, hari Selasa ya? Ada kejutan apa hari ini."
Seolah sudah terbiasa dengan apa yang dia alami, dia selalu menganggap ini sebagai kejutan pewarna cerita hidupnya.

Oline? Oline ke mana?
Sejak kejadian terakhir di UKS, Oline sangat jarang berkomunikasi dengan Erine. Ia hanya mengantar Erine saja, bak seorang supir pribadinya. Oline hanya mengantar sang tuannya tanpa banyak berbicara.

"Halo, Erine. Gimana kabar kamu? Udah dapet Oline?"
Sapa dari orang yang sama sewaktu ia tersiram air jus.

"Apa mau lo sebenernya? Gue ga suka Oline. Lo mau Oline kan? Gue gaakan jadi penghalang buat lo. Lo juga bisa langsung ambil dia kan? Semua ini permainan apa? Dan untuk apa? Kenapa gue yang kena?"

"Oh? Lo ga dapet informasi apa-apa dari Oline? Kasiannya."
Orang ini mendekatkan mukanya ke wajah Erine, seolah sang empu ingin menindas lawan bicaranya.

'Bruggg'

"Lo itu kenapa si? Setiap gue tanya selalu ngoper-ngoper gue ke orang lain buat jelasin?! Lo ga punya mulut buat jelasin? Oline juga cuma jawab gatau², kayak orang bego. Ada mulut itu dipake dong!"
Erine menggebrak meja karna sudah terlalu kesal dengan semua yang telah ia alami.

Semua mata di dalam kelas kini tertuju pada mereka berdua. Tapi berharap apa? Sekelas sudah terbiasa dengan hal ini. Tak ada yang peduli juga. Bahkan orang yang ada di sebelahnya juga tak peduli, Oline.

'Puggh'
Orang itu mencengkram mulut Erine supaya dia berhenti bicara.

"Leph-s a-ssin."

"Udah berani teriak-teriak ya lo? Mau lo jungkir balik juga gaakan ada yang peduli. Orang kesayangan lo yang sekarang di samping lo aja pura-pura gatau. Gue Adella, salam kenal ya sayang. Ini semua masih berlanjut sampai lo bisa paham dengan semua ini."
Adella langsung mendorong Erine menggunakan tangannya yang masih ada di mulut Erine.

No One Here? (Orine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang