-The Malios.

183 20 1
                                    

Jogja, Rabu 20 Januari
20.55

"Cepet, apa yang mau lo omongin lin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepet, apa yang mau lo omongin lin. Kok malah diem?"

"Gue mau ngomongin banyak hal Rin." Oline berbicara sambil mentap langit-langin kamar Erine.

"Yaudah, mau banyak mau apa. Yang penting lo cepet mau ngomongin tentang apa."

"Arvine."

"Oh, dia? Gue juga gatau. Awalnya gue bilang ke lo bahwa gue yang deketin dia duluan. Ya itu bener bcs he is very attractive."

"Lo sengaja ya mancing² gitu? Geer amat lagian lo nya, dikira gue peduli siapa yang deketin."

"Yaudah makannya lo itu kalau nanya yang jelas!"

"Yeeee, gue belum selesai nanya udah lo potong tadi!"

"Ya ya ya, usah cepet apa."

"Kenapa lo bisa deket."

"TUH KAN! ITU KAN PERTANYAAN YANG JAWABANNYA TADI PENGEN GUE JELASIN!" Erine yang kesal menjambak Oline.

"Aduhh sakit tau! Maksud gue. Kenapa lo bisa di undang, dan lo bisa berpikiran sekelas juga di undang."

"Dia itu kayak lo Lin."

"Kayak gue?"

"Iya, bisa manipulasi orang. Pas awal gue masuk juga lo bisa buat seolah-olah kalau gue deket sama lo di kelas, bakal bikin gue sial terus ga disukain seisi kelas. Dan seolah-olah juga temen kelas ngedukung buat lo bikin cerita gitu. Sama kayak si Arvine."

"Ya kalau gue mah, gue gatau kenapa bisa gitu. Emang dasarnya pada ga suka gue aja kali."

"Ga suka kenapa?"

"Gue juga baru inget Rin. Sekarang si Asha satu kelompok sama Arvine. Dia bakal baik-baik aja ga, ya?"

"LIN?! Kenapa lo ga cegah dia? Gue aja bisa di giniin. Gimana si Asha?"

"Ya gimana. Gue juga baru tau pas dia ngasih gue 'ku kiss'."

"Hah...? Lo ngekiss dia?"

"COOKIES BEGO!"

"EH, LO BILANGNYA KU KISS YA!"

"Iya si... yaudah si maap."

"Nyeyeyyeye."

Ntah suasana tiba-tiba sunyi. Mereka bedua hanya diam sambil menatap arah depan mereka.

"Lo kenapa bisa di rumah Tante Asela, Lin?"

"Lo juga kenapa Rin?"

"Jawab dulu pertanyaan gue. Gue duluan yang nanya."

"Papa gue itu temennya Tante Asela, kalau Tante Asela sama ayah lo kan saudara. Ayah gue, ayah lo, Tante Asela itu temenan. Makannya gue bisa di titipin di Rumah Tante Asela. Untuk bunda gue, gatau pergi ke mana. Dari gue umur 14 tahun, tiba-tiba bunda gue ilang, padahal dia orang yang paling gue sayang dan paling support ke gue. Ayah gue juga gatau apapun tentang bunda. Gue juga heran kok bisa gitu."

No One Here? (Orine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang