chapter 13

4.7K 59 8
                                    

𝐕𝐎𝐓𝐄 𝐃𝐈 𝐀𝐖𝐀𝐋 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 📌📌
𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝔸𝕂𝕌ℕ Ay_ayana15

                     🐰𝙃𝘼𝙋𝙋𝙔 𝙍𝙀𝘼𝘿𝙄𝙉𝙂🐰

••••

Semilir angin berhembus kencang menerbangkan anak-anak rambut siapapun yang terkena hembusan angin sepoi-sepoi di sore hari itu.

Dibawah pohon rindang nan sejuk dipinggir sungai, Elena dan Jack duduk berdua menikmati sore hari dengan langit yang mulai berubah warna menjadi jingga.

Jack menatap gadis yang berada disebelahnya ia menghela nafas panjang, harus bagaimana lagi caranya ia menegur dan memberitahu gadis yang keras kepala ini.

Menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar. "Bagaimana, apa kau mau terus seperti ini?" tanya Jack menatap dalam gadis dihadapannya itu.

"Bagaimana apanya?" sahut Elena yang balik bertanya.

"Hubungan kalian. Apa kau akan tetap begini? Hubungan tanpa kejelasan apa-apa?" ujar Jack. Sejujurnya ia sangat muak, gadis di depannya ini terlalu egois atau memang sudah bodoh akibat cinta sepihaknya.

"Aku pun tidak tahu harus bagaimana, Jack. Akan tetapi biarkan seperti ini, toh sekarang hubungan kami baik-baik saja." ungkap Elena tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Ya, meski tanpa status. Tapi aku sudah sangat senang akan itu, sebab secara tidak langsung dia juga sepertinya sayang padaku." ucap Elena sumringah.

Jack tak habis pikir dengan apa yang dituturkan sahabatnya itu. "Kau boleh egois menghiraukan ataupun mengabaikan perasaan dan rasa sakit yang kau rasakan. Tetapi bukankah kau tahu jika dia memiliki kekasih?"

"Pernahkah kau berpikir jika ada orang lain yang tak bersalah menjadi korban dari hubungan gelap kalian? Bagaimana jika dia tahu? Apa kau bisa menjamin dia tidak akan sakit hati mengetahui semuanya?"

"Elena, bukankah kau juga seorang wanita? Bagaimana jika kau yang berada di posisi itu?"

"Akankah kau merasa sakit? Tapi tak pernah terlintas di pikiranmu bukan? Akan hal tersebut?"

Elena termangu mendengar penuturan Jack, tubuhnya terasa panas dingin. Dadanya terasa sesak, sakit.

Jauh di dalam lubuk hatinya ia pun merasa sakit membayangkan jika dirinya yang berada di posisi itu.

"Aku tidak bisa mengatur perasaanku kepada siapa dia akan jatuh dan kepada siapa ia akan tertuju. Sebab aku bukan dewa, bukan pula malaikat, Jack."

"Kau tahu? Aku sedari awal tidak ingin menaruh harapan dan perasaanku padanya. Tetapi, aku pun hanya manusia biasa, Jack. Aku tidak bisa mengontrol perasaanku, menuntunnya agar tidak jatuh hati dan menaruh harapan padanya."

"Aku hanya ingin merasakan sedikit saja kebahagian, Jack. Dan kebahagian itu kudapat darinya,"

"Aku salah, aku salah dan aku jahat, Jack. Hikss."

Tangis Elena pecah, air matanya bercucuran membasahi pipinya.

Jack membawa Elena ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat. Diusapnya lembut surai hitam legam sahabatnya, Jack sungguh tak tega melihat sahabatnya menangis seperti ini.

Sedari awal dirinya tak ingin membahas dan ikut campur mengenai hubungan Elena dan Aldrich, akan tetapi kapan sahabatnya akan sadar jika yang dilakukannya adalah hal yang salah?.

Jack tak ingin sahabatnya menaruh perasaan pada orang yang salah, dan malah dibuat buta oleh perasaan tersebut.

"Jangan salahkan perasaanmu, perasaanmu tidak salah. Kau hanya salah menaruh perasaanmu pada seseorang saja."

Jack melepaskan pelukan, mengelap air mata Elena menggunakan jari jempolnya. "Jangan menangis, ayo tersenyum! Unch-unch, senyum!." hibur Jack yang berhasil membuat Elena terhibur dan tersenyum.

"Begini 'kan bagus?" ucap Jack dengan mencubit kedua pipi gembul Elena dengan gemas.

"Sudahlah, ayo kita pulang! Hari sudah mulai gelap." ajak Jack yang diangguki Elena.

Setelahnya mereka berlenggang pergi meninggalkan tempat tersebut.

•••

Seminggu sudah berlalu semenjak hari itu, Elena tak hentinya memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ingin sekali dirinya mengajukan pertanyaan pada Aldrich. Akan tetapi selalu saja dijawab jikalau sang pria tengah sibuk.

Namun malam ini entah kenapa Aldrich tiba-tiba main ke apartemennya setelah beberapa pekan tidak pernah lagi menginjakkan kakinya disana.

Kini pria itu tengah berbaring di samping Elena, setelah peraduan mereka. Ia menyandarkan kepalanya dengan berbantal dua gundukan kenyal milik Elena.

"Om, sebenarnya apa hubungan diantara kita?" tanya Elena memulai perbincangan.

"Om taukan perasaanku ke om gimana? Lalu apakah om juga memiliki perasaan yang sama?"

"Atau om hanya anggap aku sebagai teman ranjang atau hanya pelarian sebagai alat pemuas nafsu saja?"

Aldrich tahu pertanyaan Elena mengarah kemana, ia bangkit, ditatapnya wajah gadis cantik itu, lalu mengecup bibirnya dengan lembut. "Aku menyayangimu, sangat menyayangimu."

"Sudahlah! Jangan berpikir akan yang tidak-tidak!" ujar Aldrich guna memenangkan Elena, lalu mengecup pucuk kepala Elena dengan lembut.

"Dua Minggu ke depan aku akan berada diluar negeri, mungkin akan jarang menghubungimu. Malam ini biarkan seperti ini! Biarkan aku tertidur pulas di sampingmu sebelum esok hari datang."

"Mungkin besok pagi lagi-lagi aku sudah tak berada di sampingmu saat kau terbangun."

"Jadi, ayo kita tidur!" ajak Aldrich berbaring kembali, sembari memeluk tubuh Elena dengan erat.

"Selamat malam, baby" ujar Aldrich dengan mengecup bibir Elena.

••••

Sudah hampir dua minggu akan tetapi Aldrich tak pernah menghubunginya.

Elena menatap gawainya, lagi-lagi mengecek apakah ada notifikasi dari sang pria akan tetapi tidak ada  Entahlah mungkin pria itu sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Elena menghela nafas panjang, niatnya dia ingin mengajak Aldrich menghadiri acara pertunangan seseorang yang sudah Elena anggap seperti kakaknya.

Akan tetapi dengan Aldrich yang tidak ada, akhirnya Elena mengajak Jack untuk menjadi pasangannya.

Elena mengenakan dress berwarna pink dan Jack yang mengenakan jas berwarna hitam. Disinilah mereka berada sekarang, di sebuah villa dipinggir pantai.

Elena menatap takjub melihat dekorasi outdoor yang begitu indah bernuansa putih yang memanjakan mata dengan dihiasi bunga-bunga. Cantik.

"Pasti sang pria sangat menyayangi wanita cantik itu." gumam Elena dengan sebuket bunga di tangannya untuk tanda ucapan selamat.

Tanpa Elena sadari Jack sedari tadi tak henti-hentinya menatap gadis yang menggandeng tangannya itu. Entahlah hatinya menjadi sangat gelisah.

Tak lama kemudian suara MC terdengar dari depan sana, menyambut para tamu.

Terimakasih kepada semua tamu undangan yang telah hadir diacara pertunangan kedua kekasih ini.

Huhu, akhirnya mereka berdua bertunangan setelah sekian lama menjalin hubungan asmara.

Baiklah tak perlu berlama-lama, mari kita sambut kedua kekasih keatas panggung untuk memasangkan cincin pertunangan mereka.

Kami persilahkan kepada Nona Kalula dan kekasihnya Tuan Aldrich mohon untuk naik ke atas panggung.

DEG!!

.
.
.
.
.
.
.
.
ᗷᗴᖇՏᗩᗰᗷᑌᑎᘜ

𝐓𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀𝐋𝐊𝐀𝐍 𝐉𝐄𝐉𝐀𝐊 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐌𝐄𝐍𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐆𝐄𝐋𝐀𝐏 ⚠️

SUGAR DADDY (17+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang