chapter 17

695 30 1
                                    

𝔽𝕠𝕝𝕝𝕠𝕨 Ay_ayana15
𝐕𝐎𝐓𝐄 𝐃𝐈 𝐀𝐖𝐀𝐋 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐁𝐈𝐀𝐑 𝐍𝐆𝐀𝐊 𝐋𝐔𝐏𝐀 📌⚠️


                  🐰𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜🐰




••••

𝗦𝗲𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗴𝘂𝗻𝗴𝗴𝗮𝗵 𝗳𝗼𝘁𝗼 𝗘𝗹𝗲𝗻𝗮 𝗱𝗶 𝗹𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗮𝗸𝘂𝗻 𝗽𝗿𝗶𝗯𝗮𝗱𝗶𝗻𝘆𝗮.

𝗥𝗶𝘄𝗮𝘆𝗮𝘁 𝗽𝗲𝗿𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿 𝗸𝗮𝗹𝗶 𝗱𝗶 𝗟𝗼𝗻𝗱𝗼𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗽𝗲𝗺𝗼𝘁𝗿𝗲𝘁𝗮𝗻.

𝗧𝘂𝗮𝗻 𝗔𝗹𝗱𝗿𝗶𝗰𝗵, 𝗮𝗸𝘂 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘀𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸𝗺𝘂. 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗮𝘂 𝘁𝗮𝗸 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗵𝗮𝗯𝗮𝘁𝗸𝘂 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶, 𝗮𝗸𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝘄𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶.

Aldrich menarik sudut bibirnya, tersenyum. Setalah mendapatkan pesan dari Jacksen yang memberitahu di negara mana Elena sekarang berada.

"Sudah menemukan titik dimana ia berada?" tanya Arga yang baru saja masuk ke ruang kerja Aldrich.

Aldrich menggeleng. "Hanya kabar bahwa dia sedang berada di London, aku belum tahu pasti dia ada dimana." ujar Aldrich menghela nafas.

"Pergilah, cari dia! Berjuanglah demi cinta kalian, Al. Berkorbanlah, tunjukkan pada Elena jika kau sungguh mencintainya."

"Jangan ditunda-tunda lagi, nanti keduluan orang lain."

"Semangat." ujar Arga menepuk-nepuk pundak Aldrich, lalu berlalu pergi setelah. Hanya ingin memastikan jika pria itu masih bernafas saja.

Mendapat pencerahan dari Arga. Aldrich segera meminta bawahannya menyiapkan pasport, tiket dan semacamnya. Agar ia bisa  terbang secepatnya ke London. Meskipun dia sendiri belum tahu pasti dimana Elena berada.

Semuanya sudah siap, Aldrich segera berangkat bersama asistennya, Lucas menuju negera yang dijuluki negeri dogeng tersebut.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama sekitar tiga belas jam lima belas menit, akhirnya pesawat yang mereka ditumpangi mendarat dengan sempurna.

Aldrich menginjakkan kakinya, ada perasaan lega. "Akhirnya aku satu negara lagi bersamamu. Tunggu aku gadis kecilku, aku datang menjemputmu." ujar Aldrich menghirup udara London sembari tersenyum bahagia.

"Ayo ke hotel, Kita istirahat sebentar. Pencariannya kita tunda besok pagi. Aku tahu kau pun pasti sangat lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh ini." ajak Aldrich pada Lucas, dan di balas anggukan kepala.

••••

Keduanya akhirnya sampai di hotel, Aldrich meminta Lucas untuk memesan dua kamar untuk mereka.

Kini Aldrich tengah duduk, beristirahat. Sembari menatap kelap-kelip lampu kota negeri dongeng itu, sangat indah. Apalagi jika dilihat bersama Elena gadis kecilnya, pasti akan terasa lebih indah lagi.

Entahlah, sedari tadi Aldrich tak henti-hentinya memikirkan gadis yang berhasil mencuri hatinya itu. Perasaan Aldrich sangat bahagia, ia yakin cepat atau lambat dirinya dan Arin pasti akan bertemu dan kembali bersama-sama lagi, seperti dulu. Akan tetapi dengan awal yang baru.

𝙏𝙤𝙠

𝙏𝙤𝙠

𝙏𝙤𝙠

Lucas mengetuk pintu kamar Aldrich.

"Masuk." sahut Aldrich dari dalam kamarnya.

Lucas masuk, didapati bosnya yang sedang duduk menatap ke luar jendela. "Tuan, mau makan di restoran yang ada di hotel atau kita pergi makan diluar, tuan.?" tanya Lucas menunduk tak berani ia menatap Aldrich, soalnya semenjak kepergian Elena pria itu mudah sekali emosi dan marah.

"Aku cukup jenuh, kita cari restoran yang menyediakan masakan Asia saja." jawab Aldrich.

Ia bangkit, berjalan menghampiri Lucas. "Ayo, kita pergi." ajak Aldrich dengan Lucas yang mengekor di belakangnya.

Lucas menghela nafas. 'Untung saja, nona Elena cepatlah kembali. Tuan yang seperti ini sangat tidak enak dilihat dan diajak bicara, sedikit saja salah dalam berbicara, keluargaku tidak akan dapat makan." ucap Lucas dalam hatinya, ia sungguh sangat takut, takut kehilangan pekerjaannya.

"Sedari tadi kau diam saja. Apa ada sesuatu yang mengganggumu, Lucas?." tanya Aldrich saat mereka berada di dalam lift.

Lucas meneguk salivanya.. "A-anu tuan, tidak ada. Saya baik-baik saja, hehehe." ujar Lucas cengengesan, sungguh ini situasi yang sangat canggung baginya.

••••

Aldrich dan Lucas akhirnya sampai di sebuah restoran yang menyediakan semua hidangan Asia. Mereka duduk dibarisan tengah yang berada di posisi paling belakang.

Restoran ini sangat unik, yang dimana memiliki sekat, pembatas. Untuk para tamu, sehingga mereka tidak bisa saling bertatapan dengan tamu lainnya.

Hanya bisa mendengarkan suara orang-orang yang saling bercengkrama dari balik dinding pembatas yang terbuat dari kayu.

"Hahaha, kau serius?"

Aldrich seketika menghentikan gerakan sendok yang akan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, saat dirinya mendengar suara dan tawa seseorang yang sangat familiar di telinganya.

"Ada apa, tuan? Apa ada yang salah dengan makanannya?" tanya Lucas bangkit, ingin menghampiri Aldrich memastikan apakah pria itu baik-baik saja.

Aldrich menggerakkan dua jari tangannya memberi kode pada Lucas agar pria itu kembali duduk. "Tidak apa-apa, lanjutkan makanmu." ucap Aldrich, Lucas pun kembali mendudukkan bokongnya diatas kursi.

'Perasaanku saja, mungkin terlalu tidak sabar bertemu dengannya' batin Aldrich.

Sedangkan dipojok samping tepat disebelah Aldrich dan Lucas berada, ada Elena yang memang juga tengah berada disana, yang sedang dinner bersama Alex.

Mereka bercengkrama, sesekali bernostalgia tentang apa yang dulu pernah mereka berdua lalui, maupun bercerita tentang kehidupan keduanya saat ini.

"Hahaha, kau serius?"

"Ayahmu saat itu meragukan ketampananmu?"

"Hahaha"

"Ternyata ada juga yang meragukan ketampananmu, hahaha."

"Aduh-aduh, perutku keram karena tertawa" ujar Elena.

Benar yang Aldrich dengar dari sebelah bukan halusinasinya, melainkan memang suara Elena yang sedang tertawa.

Mungkin belum saatnya keduanya berjumpa. Ataukah mungkin mereka memang tidak ditakdirkan untuk bersama?.

.
.
.
.
.

Bersambung

𝙇𝙖𝙢𝙖 𝙮𝙖....𝙪𝙥 𝙣𝙮𝙖?
𝙈𝙖𝙖𝙛🙏 𝙒𝙥 𝙣𝙮𝙖 𝙧𝙖𝙙𝙖 𝙨𝙪𝙨𝙖𝙝 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙢𝙖𝙧𝙚𝙣😭. 𝙋𝙡𝙪𝙨 𝙟𝙜 𝙖𝙠 𝙨𝙞𝙗𝙪𝙠 𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙣𝙜𝙪𝙢𝙥𝙪𝙡𝙞𝙣 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙝 𝙥𝙡𝙖𝙨𝙩𝙞𝙠😭 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙙𝙞 𝙞𝙨𝙞 𝙠𝙚𝙗𝙤𝙩𝙤𝙡 𝙄𝙣𝙞 𝙖𝙟 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙣𝙜 𝙞𝙣𝙜𝙚𝙩 𝙠𝙡𝙤 𝙣𝙜𝙠 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 𝙣𝙜𝙠 𝙪𝙥"
𝙎𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙡𝙖𝙜𝙞 𝙢𝙖𝙖𝙛 𝙮𝙖, 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙣𝙪𝙣𝙜𝙜𝙪. 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙣𝙮𝙚𝙢𝙥𝙚𝙩𝙞𝙣 𝙫𝙤𝙩𝙚😁💗

𝑻𝑰𝑵𝑮𝑮𝑨𝑳𝑲𝑨𝑵 𝑱𝑬𝑱𝑨𝑲 𝑱𝑨𝑵𝑮𝑨𝑵 𝑴𝑬𝑵𝑱𝑨𝑫𝑰 𝑷𝑬𝑴𝑩𝑨𝑪𝑨 𝑮𝑬𝑳𝑨𝑷 📌📌⚠️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUGAR DADDY (17+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang