chapter 15

2.3K 36 4
                                    

𝐕𝐨𝐭𝐞 𝐃𝐢 𝐀𝐰𝐚𝐥 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐁𝐢𝐚𝐫  𝐍𝐠𝐤 𝐋𝐮𝐩𝐚 💗

𝔽𝕠𝕝𝕝𝕠𝕨 𝔸𝕜𝕦𝕟 Ay_ayana15

                       🐰𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜🐰

"𝗔𝘄𝗮𝗹 𝗯𝗮𝗿𝘂, 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗮𝗿𝘂. 𝗔𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗼𝗯𝗮 𝗺𝗲𝗹𝘂𝗽𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗮𝗺𝗮."

••••

"Aland bangun." teriak Elena menggedor-gedor pintu kamar sang adik.

Masih saja begini, sepertinya anak itu menjadi seorang yang pemalas setelah tiga bulan Elena tinggal bersamanya. "Dasar, kau mau kakakmu ini cepat tua hah?" gerutu Elena dari luar sana dengan masih menggedor-gedor pintu kamar Aland.

Aland yang berada di dalam kamar menutupi telinganya dengan bantal, kakaknya menjadi sangat cerewet akhir-akhir ini, pasti salah pergaulan.

"Jika sampai hitungan ketiga kamu tidak keluar kamar, pintu kamarmu kakak dobrak." teriak Elena lagi dari luar sana.

"Satu"

"Dua"

Ceklek

Pintu kamar Aland terbuka, menampakkan muka bantal Aland. "Kak ini hari libur, apa sungguh tidak bisa membiarkanku istirahat sehari saja?" ucap Aland bersandar pada pintu, dengan mata yang masih mengantuk.

"Aku hanya ingin mengingatkan jangan lupa sarapan, baiklah kakak pergi ke Cafe dulu." ujar Elena tersenyum tanpa dosa.

"Kak" rengek Aland, kesal sudah pasti.

"Hehe, maaf." ucap Elena yang lagi-lagi tersenyum tanpa dosa.

Aland tersenyum getir, susah payah ia mengumpulkan niat, bangkit dari tempat tidurnya. Akan tetapi alasan kakaknya sungguh merusak hari libur Aland. Padahal dirinya seharian ini ingin tidur, kakaknya selalu saja begitu. Memang sangat sesuatu.

"Kak, aku sungguh memohon padamu jangan terlalu sering bergaul dengan para manusia narsis itu," ujar Aland memperingati kakaknya.

"Kenapa? Lagian mereka lucu dan ganteng." ujar Elena

"Mereka itu pengaruh buruk, kelakuanmu sudah seperti mereka saja." ucap Aland.

"Sudahlah, spesies seperti kalian tidak akan mengerti. Cepat pergilah, menganggu tidurku saja." usir Aland sembari menutup pintu kamarnya.

"Dasar kau, gini-gini aku ini kakakmu. Kau, benar-benar ya!" gerutu Elena tidak terima.

••••

"Yo-yo, sibuk apa bu manager?" tanya pria yang nyelonong duduk di kursi sebelah Elena, tanpa permisi. Siapa lagi kalau bukan, Erlan.

Manusia narsis yang selalu mengatakan bahwa dirinya lelaki paling tampan, entah bukti dari mencintai diri sendiri yang sesungguhnya atau apa.tetapi bagi Elena dia sangat lucu, apalagi saat marah.

Hampir dua setengah bulan Elena menjadi manager disebuah Cafe, hitung-hitung mencari pengalaman dan menyibukkan diri selain berkuliah.

"Tiada hari tanpa menatap layar monitor. Kau ini robot apa manusia? Sungguh membuat heran, menyibukkan diri sih iya, tetapi jangan memaksa diri begini nona cantik. Nanti matamu rabun terlalu lama menatap layar monitor." sahut seorang pria yang baru saja datang tetapi malah menutup laptop milik Elena.

Elena mendengus kesal, "Briiaann nyerocos aja bisanya. Sana bantu Stefanie pacarmu di dalam sana. Bisanya cuma ganggu orang aja." dengus Elena kesal.

"Hanny, how are you? I miss you so much baby" ujar Brian berlari masuk ke dalam Cafe menghampiri kekasihnya.

"Kau merasa iri?" Elena bertanya pada Erlan yang kedapatan mengintip Brian bersama pacarnya di dalam sana.

"Mana ada," jawab Erlan mengalihkan pandangannya, menatap ke arah lain.

"Cari pacar makanya, ada yang menyatakan cinta malah ditolak begitu saja. Aku khawatir kau ini sebenarnya menyukai sesama jenis" ucap Elena menatap Erlan.

"Kau jangan sembarang, aku ini pria normal." ungkap Erlan dengan bibir yang cemberut, tak berhenti ia nyerocos layaknya seorang rapper.

Elena tersenyum mendengar penuturan Erlan, rasanya sangat puas mengerjai pria disebelahnya ini.

Pertemuan mereka yang tak disengaja ternyata begitu bermakna, meski mereka baru mengenal satu sama lain dalam waktu yang bisa dibilang masih begitu singkat.

Tetapi rasanya mereka sudah sangat akrab, mungkin dikarenakan berasal dari negera yang sama.

"Len, aku lihat pria di sebrang sana sedari tadi menatapmu. Siapa namanya? Ah, siapa ya? Oh, iya-iya Alex bukan sih?" tanya Erlan, Elena melihat kode mulut Erlan yang menunjuk dimana keberadaan pria tersebut.

"Yang seorang model sekaligus penyanyi itukan? Kurasa dia itu menyukaimu, Len." sahut Brian yang entah sedari kapan kembali kesisi mereka.

"Gas aja sih, Len. Kalau dia beneran suka, agar bisa melupakan masa lalu." ujar Erlan yang saling tatap dengan Brian.

"BRAK"

"Eh tap tep top tup" ujar Erlan dan Brian serempak saat Elena memukul meja, mengagetkan mereka berdua.

"Sudah, bergosip saja kerjaan kalian. Bantu Stefanie bekerja sana, karyawan lain mengambil cuti hari ini. " ujar Elena, membuat Brian dan Erlan pun lekas masuk guna membantu Stefanie yang kedapatan banyak pelanggan.

Elena kembali fokus dengan layar monitornya, hingga sebuah suara menyapanya. "Boleh ikut duduk, Na?" tanya sang pria dengan suaranya yang lembut.

"Silahkan kak," ujar Elena mempersilahkan pria itu duduk disebelahnya.

Dia pria yang beberapa tahun lalu menjadi kakak kelas sekaligus mantan pertama Elena, Alexian. Entah ini kebetulan atau apa, tapi kemunculannya kembali membuat jantung Elena berdetak sangat cepat dari biasanya, sungguh ini sangat tidak sehat bagi kesehatan jantung Elena.

"Masih sendiri?" tanya Alex, membuat Elena mengerutkan dahinya.

"Seperti yang kakak lihat," ujar Elena yang fokus mengetik. Tidak sopan memang, tapi jika menatap pria disebelahnya itu berbicara takutnya Elena khilaf.

Alex menatap jari manis Elena, yang terlihat masih kosong. Menandakan gadis itu masih single, terukir senyum manis disudut bibirnya membuat lesung pipinya kelihatan.

"Baiklah, sampai jumpa lagi Nana." ujar Alex berlalu pergi dengan senyum bahagia.

Elena termangu mendengar nama panggilan itu kembali, jantungnya berdetak semakin tak karuan.

Beberapa saat kemudian sebuah notifikasi masuk ke ponselnya, mengalihkan fokus gadis tersebut.

Dimana Alex menandai akun Elena, dengan memasang foto Elena yang mungkin diambil beberapa menit yang lalu dengan tulisan.

𝘼𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙢𝙪𝙠𝙖𝙣𝙢𝙪, 𝙉𝙖𝙣𝙖💗.

.
.
.
.
.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐

𝐌𝐚𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡𝐡𝐡 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚 𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 🥰💗

𝐓𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀𝐋𝐊𝐀𝐍  𝐉𝐄𝐉𝐀𝐊, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐌𝐄𝐍𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐆𝐄𝐋𝐀𝐏

SUGAR DADDY (17+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang