Mie Instan

1.2K 84 4
                                    

Jam sudah menunjukkan 20.00. Tapi hujan di luar belum juga reda. Rony masih duduk di tepi ranjang Salma dengan hp di tangannya. Begitu juga Salma yang masih duduk di kursi meja riasnya dan berkutat dengan hp nya juga.

" Ron... "

"Mmm" Rony memandang Salma.

" Kamu lapar nggak? Aku lapar ini"

Rony terpaku memandang Salma. Ia masih sedikit kaget melihat Salma yang tampilan sekarang. Salma yang memakai baju kaos oblong putih dan celana training panjang yang berwarna hitam serta rambutnya yang sudah hampir kering.

" Ron... "

Rony masih belum bergeming.

" Ckck, Ronyyyyyy. Ayolah jangan gitu lihatinnya ". Salma sedikit merengek.

" Ehhh, maaf Sa. Kenapa tadi? "

" Aku laper. Kamu nggak laper? "

" Ohhhh. Yaudah bentar ya aku keluar dulu. Kamu mau makan apa? "

" Hujan nya masih deras itu, nanti kamu basah lagi".

" Gak papa, nanti mandi lagi. Kalo juga pesan online pasti gak ada yang mau karna hujan".

" Gakk, nanti kamu sakit. Ayok kita masak".

Mati-matian Rony menahan senyumnya. Untuk pertama kali Salma menunjukkan perhatian kepadanya.
Ia pun bangkit mengikuti Salma ke dapur.

Dapur kost Salma tidak terlalu luas. Dapur kecil itu berhadapan dengan  pintu kamar mandi.Ada satu kulkas kecil di dekat pintu kamar mandi, di sebrangnya ada kompor satu tungku dan rak piring kecil serta disampingnya wastafel kecil juga.

Salma membuka kulkasnya.

" Yah Ron, aku udah lama gak belanja. Cuman ada ini. Gak papa ya? ".

Salma menunjukkan dua bungkus mie instan dan dua butir telur.

Rony tersenyum dan mengangguk.

" Ehh bentar, itu ada plastik. Aku buka dulu" Ucap Salma seraya menyerahkan mie instan dan telur tersebut pada Rony.

" Eh ini ada cabe sama bawang. Ehhh ada juga sawi hijau " Ucap Salma tersenyum lebar seperti mendapatkan harta karun. Padahal yang katanya sawi hijau sudah hampir menguning.

" Itu sayurnya bukannya udah busuk Sa? " Tanya Rony.

" Nggak kok ini masih bisa". Ucap Salma sambil menutup pintu kulkas.

Salma mengambil pisau dan mangkok kecil.

" Nih, tugasmu kupas bawang merah tiga siung dan bawang putih dua siung" Ucap Salma seraya menyerahkan bawang dan alat-alatnya.

Seumur hidup Rony, ia tidak pernah mengupas bawang. Jangankan mengupas bawang, membuat teh saja dia tidak pernah. Tapi masak dia bilang nggak bisa ke salma? Bisa jatuh harga dirinya. Rony mencoba mengamati bawang yang di tangan kirinya dan tangan kanannya memegang pisau. Ia mulai memotong motong bawang tersebut.

Salma fokus mencuci kembali kuali yang akan ia pakai dan juga mencuci sayur tadi sehingga ia tak memperhatikan Rony.

Rony mengucek matanya seraya meringis.

" Shshshshs, Sa. Tolong aku" Rony menyerah kala merasakan mata nya yang sangat perih.

" Ya ampun ron, kenapa? Jangan dikucek matanya nanti merah. " Ucap Salma seraya mencuci tangannya.

" Udah udaah sini" Salma melepaskan tangan Rony dari matanya. Salma mendekatinya dan memegang sisi kepala Rony. Ia meniup mata Rony berkali-kali.

" Udah? " Tanya Salma. Rony Mengerjap-erjapkan matanya.
Rony sadar jarak wajah mereka yang dekat.

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang