Kecup

1.5K 130 12
                                    

"Ehhhh maaf"

Salma dan Rony dengan cepat melepaskan pelukan mereka.

" Maaf bang, tadi aku lihat pintunya sedikit terbuka makanya aku lansung masuk" Ucap Nabila ketika Rony mempelototi dirinya.

" Ini mau panggil abang sama kakak untuk makan soalnya papa udah dibawah. " Tambah Nabila seraya pergi meninggalkan kamar Rony.

Rony dan Salma merasa awkward.

Salma bergerak terlebih dahulu meninggalkan Rony.

Di meja makan mereka makan dengan hening. Paling sesekali Nabila menggoda abangnya dengan kejadian yang baru ia saksikan. Tapi karena pelototan Rony yang seram menurut Nabila maka ia menghentikannya.

"Papa mau bicara sebentar" Ucap papa Rony setelah meja dihadapan mereka sudah bersih dan rapi.

Semua mata tertuju kepada papa Rony.
Papa Rony mengeluarkan sebuah amplop cokelat yang berukuran kertas A4.

" Ini hadiah pernikahan kalian dari mama dan papa " Ucap papa
Rony seraya memberikannya kepada Rony.

Rony membuka amplop tersebut.

Sebuah sertifikat rumah.

"Papa sengaja buat rumah khusus untuk kalian dan sengaja juga atas nama Salma". Ucap papa Rony.

" Biar kalo Rony macam-macam, dia aja yang minggat dari rumah ". Tambah mama Rony.

Nabila terkekeh mendengar ucapan mamanya.

Sertifikat itu memang atas nama Salma Adira.

" Ma, pa. Sebelumnya Salma terimakasih sekali karena mama dan papa begitu peduli sama Salma. Tapi ini nggak perlu ma, pa. Salma yakin mas Rony nggak akan macam-macam .Udah sertifikat nya ganti aja jadi nama mas Rony. "

" Udah gak papa Sal." Ucap mama Rony.

" Papa memang maunya rumah itu atas nama kamu. Jangan lagi di ditolak ya" Tambah papa mertua Salma itu.

" Makasih pa, makasih ma" Ucap Salma yang sedikit terharu.

" Iya sayang. Sehat-sehat ya kalian disana". Jawab mama Rony sambil memegang tangan Salma.

Salma memandang Rony yang sedang tersenyum.

" Tapi papa ada permintaan sama kalian." Ujar papa Rony tiba-tiba.

" Apa itu pa?" Tanya Salma.

" Papa mau cepet cepet dapat cucu".

Seketika ekspresi Salma dan Rony berubah. Hal itu dapat dilihat oleh mama Rony sedangkan papa Rony yang antusias menceritakan keinginannya kurang memperhatikan mereka.

" Soalnya kan papa sudah mau pengsiun dari perusahaan jadi papa mau cucu supaya ada teman main" Tambah papa Rony.

" Iya tuh bang biar ada yang mau dimainin " Nabila yang dari tadi diam ikut nyeletuk.

"Emang kamu pikir cucu papa mainan? "

Nabila terkekeh.

Rony memperhatikan Salma yang sedikit tertunduk. Ia sedikit berdehem.

" Maaf pa. Tapi Rony dan Salma sudah sepakat untuk menunda punya anak dulu. "

Seketika Salma memandang wajah Rony. Kapan mereka sepakati hal itu. Seingat Salma mereka tidak pernah membahas tentang anak. Jangankan anak, untuk sekedar berpelukan saja bisa dihitung jari berapa kali mereka melakukannya.

" Lagi pula kan Salma...

Belum selesai Rony berbicara tiba-tiba Salma mendorong kursinya ke belakang sedikit kasar. Ia berdiri

" Maaf pa, ma Salma mau ke toilet dulu. "

Setelah itu Salma berjalan cepat ke arah kamar mereka.

Rony kaget melihat respon Salma buru-buru dia berdiri dan menyusul Salma.

" Ma, pa Rony susul Salma dulu "

Rony pergi menyusul Salma ke kamar mereka.

" Mereka kenapa ya ma? "

" Papa sih mintanya aneh aneh"

" Loh kok aneh? Orang papa minta cucu kok, ya wajar. Iyakan Nab? "

Nabila mengangguk.

****

Sesampainya di kamar Rony menunggu Salma yang berada di kamar mandi. Salma benar-benar ke kamar mandi cuman..

Keluar kamar mandi mata Salma sudah sembab dan merah.

" Sa"

Salma beralih ke arah pintu.

" Sa tunggu dulu.. Ucap Rony yang hendak menyusul Salma.

Salma menutup pintu dengan rapat.

' oh mau nutup pintu' batin Rony.

"Kapan kita sepakati menunda anak?" Tanya Salma dengan dingin.

" Itu satu-satunya cara supaya nggak di tanya tanya terus sama papa Sa. Biar kamu nyaman. "

" Emang aku pernah bilang nggak nyaman kalau papa nanya itu? ".

" Ya nggak. Cuman aku tau kamu belum siap untuk...

" Darimana kamu tau aku belum siap? Emang aku pernah bilang itu dan kamu pernah nanya? "

" Atau kamu memang yang belum siap punya anak dari aku?" Tambah Salma.

" Bukan gitu Sa. "

" Terus? "

" Aku udah janji sama kamu kalau aku akan membuat kamu nyaman dan tidak menuntut kamu apapun. Jadi aku berusaha menepati janjiku Sa".

Salma terdiam sebentar. Pertahanannya runtuh. Air matanya turun dengan cepat tanpa bisa ditahannya.

" Apa aku nggak semenarik itu ya Ron".

" Maksud kamu?".

Salma menangis tersedu-sedu.

"Hei Sa. Kenapa? Sikap aku yang mana yang kamu nggak suka? Aku bingung. " Ucap Rony sambil menggenggam tangan Salma.

" Aapa aaku nggak menarik makanya kamu nggak maau nyentuh aku? ". Tanya Salma terbata-bata sambil menangis

Rony tercengang.

Padahal selama ini mati-matian Rony menahan dirinya supaya tidak menyentuh Salma.

Rony memeluk Salma. Salma pasrah dalam pelukan Rony. Ia menangis sepuas-puasnya dalam pelukan Rony. Rony pun mengelus punggung Salma dan sesekali mengecup pundak Salma sambil mengucapkan maaf.

Rony melepaskan pelukan mereka saat tangisan Salma yang sudah mereda. Rony menghapus sisa air mata yang ada di pipi Salma.

" Maaf ya selama ini aku udah salah. Aku benar-benar takut kamu pergi kalau aku menyinggung ke hal itu. Aku kan udah janji."

" Padahal aku mati-matian untuk tidak menyentuh istriku yang cantik ini". Tambah Rony.

Salma sedikit tersenyum.

" Jadi sekarang aku udah bisa itu

" Sekarang nggak boleh " Jawab Salma cepat.

Rony cemberut.

" Kan lagi datang bulan ".

'Oh iya' batin Rony.

" Tapi kalau ini. "

Rony mendekatkan wajahnya ke wajah Salma dan mencuri satu kecupan di ujung bibirnya.

Hanya kecupan singkat tapi mampu membuat wajah Salma memerah dan jantungnya berdegup kencang.

Kecupan pertama mereka.

Sabar dulu ya Ron. Tunggu seminggu kedepan.




Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang