Jakarta, 1 Juni 2024 jam 06.10 pagi. Haikal sudah siap dengan seragamnya. dengan kemeja putih yang sengaja tidak dikancingkan, memperlihatkan kaos dalaman hitam yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya dari mata jelalatan para gadis gadis di sekolah.
saat ini, ia tengah berdiri di depan kaca panjang yang ada di dalam kamarnya. berusaha merapihkan rambut coklatnya agar terlihat sedikit rapih. ia tersenyum menatap dirinya di cermin.
"ganteng banget anak mama aleana" ucapnya percaya diri.
"ngaca mulu kal. cepetan turun, udah jam setengah tujuh nih. ntar telat" seru Marko berdiri sambil memegang knop pintu kamar Haikal.
Haikal menatap Marko sekilas, lalu mendelik. "masih pagi pagi banget ini ko, rajin banget lo udah di rumah gue"
"orang tua gue tadi jam 4 udah berangkat ke bandara. jadi ga sempat buatin sarapan"
"numpang makan dirumah gue lagi gitu?"
"numpang berak kal, yaiyalah kambing! gue numpang sarapan. kenapa? ga seneng ya lo?"
"keren banget lo bikin citra seolah ketua osis yang berkharisma dan berwibawa.. padahal aslinya nyebelin banget 11 12 mirip kanaga"
Marko terkekeh. "yang bilang gue berkharisma dan berwibawa kan orang orang, gue ga pernah bilang kalau gue kayak gitu kali kal."
"itumah lo aja jaga image dan pencitraan di sekolah" balas Haikal menjulurkan lidahnya. "bawain tas gue dong ko, diatas meja belajar.. gue udah lapar banget nih" ucapnya berlalu meninggalkan Marko.
Marko mendengus. "kebiasaan tuh anak.. untung tetangga" yap. Marko dan Haikal memang tetangga sejak bayi. orang tua Marko dan orang tua Haikal sudah bersahabat sejak SMP hingga kuliah. jarak pernikahan mereka juga hanya beda 1 bulan, dan memutuskan untuk tinggal di perumahan elit yang sama. agar persahabatan mereka tetap terjaga, katanya. bahkan rumah mereka berhadapan. itulah, akhirnya Marko dan Haikal ikut berteman sejak lahir ke dunia hingga saat ini mereka menginjakkan kaki di kelas 12.
sesampainya di meja makan, sudah ada mama Aleana dan papa Rangga (orang tua Haikal).
"selamat pagi papangga" sapa Marko ramah, tak lupa menyalami tangan Rangga.
"selamat pagi marko.. papa dan mamamu sudah berangkat ke Canada?"
"sudah papangga, makanya marko numpang sarapan disini sekarang" jawab Marko cengengesan.
"emang dasar lo beban" celetuk Haikal yang sibuk dengan nasi gorengnya.
Aleana melototi anak bungsunya. "adek, mulutnya ih. gaboleh gitu sayang.. minta maaf dulu sama marko"
Marko menahan tawanya. sementara Haikal dengan terpaksa menatap Marko..
"maaf, mulut gue emang lancang banget kalau berhadapan sama lo" ucapnya ogah ogahan.
Marko mengulum senyumnya. "mamale, lihat anak mama. masa minta maafnya begitu sih? kayak ganiat itu"
Haikal menatap Marko tajam. "berani beraninya lo ngadu ke mama gue"
"mamale mama gue juga kal"
"engga ada ya!"
"emang beneran kok. mamale sama papangga itu orang tua kedua gue" Marko menjulurkan lidahnya.
sedangkan Aleana dan Rangga hanya menggeleng menyaksikan perdebatan Haikal dan Marko. tidak berusaha menghentikan, karena keduanya tidak akan berhenti sebelum puas.
"mamaze sama papaga juga orangtua kedua gue wleee" balas Haikal ikut menjulurkan lidahnya sembari mengacungkan jari tengahnya pada Marko yang duduk di depannya, disamping Aleana

KAMU SEDANG MEMBACA
7 Amigos Eternos
Teen Fiction"ini bukan hanya tentang teman yang bisa diajak bahagia bersama, tapi teman yang seberat dan sesusah apapun keadaannya, mereka menjadi nomor satu yang datang dan memberi pelukan hangat" menceritakan tentang persahabatan Marko, Rajevan, Reynaldi, Hai...