"TURUNIN NADA BICARA LO ANJING!" sentak Rajevan.
"LO YANG DULUAN PANCING EMOSI GUE JEV! MENDING LO BALIK ANJING! GUE GABUTUH DENGERIN OMONG KOSONG LO BANGSAT!"
"ANJING LO KAL! ADA GILA GILANYA! DISAAT RIBUAN ORANG IRI SAMA KEHIDUPAN LO, LO MALAH NGERENDAHIN DIRI LO SENDIRI KAYAK GINI? OTAK LO DIMANA HAH?"
"MEREKA IRI SAMA HIDUP GUE KARENA MEREKA GATAU GIMANA SUSAHNYA DIRI GUE SELAMA INI ANJING! YANG GUE TAMPILIN SELAMA INI SELALU VERSI TERBAIK DIRI GUE! JADI STOP BACOT OMONG KOSONG."
"haikal. jevan. apa sih?" tanya Marko bingung melihat Rajevan dan Haikal bertengkar hingga saling berteriak.
"ko. tolong bawa dia pergi dari rumah gue. gue butuh waktu sendiri" ucap Haikal dingin.
"kita belum selesai" sentak Rajevan tak kalah dingin.
Marko mengusap wajahnya kasar. "apasih? apa yang kalian ributin? bisa ngomong pelan pelan kan? kesian bibi dibawah lagi masak, kaget denger teriakan kalian. astaga"
"bilang sama temen lo, suruh dia balik kerumahnya. gue mau tidur" ucap Haikal pada Marko.
"gue punya telinga anjing!" sahut Rajevan.
"bagus. gunain telinga lo dengan baik."
"anjing. kekanakan tau ga sih kal?"
Haikal menatap Rajevan dingin. "gue memang kekanakan. kenapa? lo ga senang? yaudah pergi. ngapain lo masih dirumah gue?"
Rajevan menghembuskan nafas panjang. "astaga" ia mengusap wajahnya kasar. "santai oke? gue minta maaf udah sulut emosi lo yang lagi ga baik baik aja, gue cuma gasuka lo mandang diri lo sendiri rendah kal" lanjutnya.
Marko duduk didepan keduanya sambil menyilangkan kaki. astaga, lucu banget mereka berdua. ucapnya dalam hati.
"kenyataannya emang gitu jev! satu satunya yang bisa gue banggain cuma kepintaran gue. selebihnya gaada. sedangkan di tahun terakhir gue sekolah, gue malah gabisa ikutan lomba. udah gaada yang bisa gue banggain lagi. gue.. gagal." lirih Haikal.
"lo ga bisa nilai diri lo sendiri anjing" umpat Rajevan.
kaki Marko terayun melangkah mendekati Haikal. mengusap punggung Haikal dengan lembut. sejauh ini, Marko yang paling tahu bagaimana kerasnya Haikal belajar mati matian. berjuang dengan seluruh kemampuan otaknya demi mendapatkan banyak prestasi di sekolah. menghabiskan hampir seluruh waktunya hanya untuk belajar dan belajar, demi harapannya yang ingin membanggakan kedua orang tua dan abangnya. Haikal selalu berusaha keras agar mendapatkan nilai yang sempurna. lalu, ketika ia tidak mendapatkan itu, maka Haikal akan dengan sukarela memaki diri nya sendiri dan menyakiti fisiknya sendiri. memukul mukul kepalanya, menenggelamkan kepalanya di bathup, membenturkan kepalanya pada dinding. Marko adalah saksi bagaimana Haikal kehilangan kontrol setiap kali mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan targetnya.
kelemahan Haikal adalah menganggap bahwa satu satunya yang bisa dirinya banggakan hanyalah prestasinya. padahal, bagi Marko dan keluarganya, banyak sekali hal yang membanggakan dalam diri Haikal. Marko sangat bangga karena Haikal bertahan hingga usianya sudah 17 tahun. Marko sangat bangga karena Haikal kuat melawan penyakitnya. Marko sangat bangga karena Haikal selalu ceria dan memberi banyak kebahagiaan untuk orang sekelilingnya. Marko sangat bangga karena Haikal hidup dengan baik hingga detik ini. dan masih banyak hal hal lainnya.
"istirahat ya? berapapun nilai yang lo dapat, meski tahun ini lo ga ditunjuk sebagai perwakilan sekolah buat lomba, gue dan keluarga lo tetap bangga sama lo kal. kita selalu bangga sama apapun yang ada di diri lo. jangan terlalu keras sama diri lo sendiri. jangan menghukum diri lo karena lo ngerasa gagal. lo gapernah gagal kal. percaya sama gue ya? gue tau, lo udah berusaha keras. kalau hasilnya ga sesuai dengan harapan lo, ya gapapa. yang penting lo udah berusaha. jadi jangan ngelukain diri lo lagi ya? mending sekarang kita istirahat, nanti pas bangun kita beli eskrim sama coklat yang banyak" ujar Marko pelan.
Haikal mengangguk pelan didalam pelukan Marko.
"temenin~~~" rengek Haikal.
"iya gue selalu temenin lo" balas Marko lembut.
Rajevan akhirnya memutuskan untuk menunggu di luar kamar Haikal.
30 menit kemudian, Marko menghampiri Rajevan yang sedang menonton tv di ruang tv lantai atas.
"jev" panggil Marko.
"haikal udah tidur?"
Marko mengangguk. "gue kira udah pulang"
"satu hal lagi yang baru gue tahu tentang haikal" ucap Rajevan lirih.
"ko, sebenernya berapa banyak luka yang ada di diri haikal? penyakitnya, dan sekarang ambisinya... apalagi?" tanya Rajevan tercekat.
Marko terdiam sebentar. "penyakitnya dari kecil dan ambisinya buat selalu jadi juara pertama terus aja, itu udah nyiksa diri haikal jev... kalau ada yang lain lagi, gue gatau bakal segila apa dia"
"gue ga sanggup liat haikal kayak gitu" lirih Rajevan.
"ini ga ada apa apanya dibanding haikal beberapa tahun yang lalu"
Rajevan menatap Marko. "maksudnya?"
"dulu, awal awal dia sekolah umum pas SMP, mental haikal berantakan banget. di sekolah dan pas dirumahnya banyak orang, haikal tuh 1000 persen ceria, jahil, ketawa terus, cerita panjang lebar tentang banyak hal... tapi pas dia dikamar sendirian, haikal bakal nangis meraung raung, dan ngelempar apapun barang yang ada dikamarnya tiap dia kesulitan ngerti tentang soal pelajaran yang lagi dia pelajari..." ucap Marko. "dia juga ga segan segan ngelukain tangannya pakai silet, ngebenturin kepalanya ke dinding, masukin kepalanya ke air pas otaknya butuh waktu buat memproses sesuatu yang dia pelajari" lanjutnya.
"ko--" Rajevan tercekat. perasaannya semakin kacau.
Marko tersenyum sendu menatap kakinya. "itu kenapa gue berusaha keras selalu ada di samping haikal. gue berusaha biar haikal ga sendirian. ga peduli orang orang mikir yang engga engga tentang gue, bahkan ada beberapa siswa siswi dan fans amigos eternos yang bilang kalau gue gay?" Marko terkekeh pelan. "gue yang tau gimana berantakannya diri haikal, makanya gue berusaha menjaga dia, berusaha selalu ada disamping dia, biar haikal sadar kalau dirinya punya gue. dia ga pernah sendirian. dan apapun yang terjadi, entah nilainya ga memuaskan atau dia gabisa juara pertama, gue akan tetap jadi orang yang bangga sama haikal. gue cuma mau ada disamping haikal, entah pas dia senang atau pas lagi kacau" lanjutnya.
"sialan, haikal berhasil nipu gue sama yang lainnya dengan sifat cerianya" ucap Rajevan.
"tolong yakinin haikal jev.. yakinin kalau tanpa prestasi apapun, haikal tetap jadi kebanggaan kita semua" pinta Marko dengan lirih. "gue udah kehabisan akal buat yakinin dia." lanjutnya lagi.
"lo aja yang pawangnya ga bisa, apalagi gue?" Rajevan menghela nafas panjang. "kalau bisa minta sama Allah, gue rasanya pengen banget gantiin haikal. biar Allah pindahin rasa sakit haikal ke gue aja ko~~ rasanya lebih baik gue aja yang menderita, dari pada liat anak seceria dan seaktif haikal yang nanggung semuanya sendirian"
"gue bahkan udah di titik berdoa sama Allah kayak gitu tiap hari jev... nyatanya Allah lebih percaya kalau haikal yang mampu dan kuat"
✶✿☆❀⋆☾
00.22
hii, apa kabar geng amigos eternos?
setiap pulang shift siang gini, bawaannya gampang capek dan berakhir nangisan tiap malem pas pulang kerja😿
rasanya capek bgt semuanya. badan, pikiran, semuanya deh. sehat sehat yaa anak perempuan pertama dan anak keberapapun yang nanggung beban berat di pundaknya💗💗✨🌷

KAMU SEDANG MEMBACA
7 Amigos Eternos
Teen Fiction"ini bukan hanya tentang teman yang bisa diajak bahagia bersama, tapi teman yang seberat dan sesusah apapun keadaannya, mereka menjadi nomor satu yang datang dan memberi pelukan hangat" menceritakan tentang persahabatan Marko, Rajevan, Reynaldi, Hai...