6. ALFAN JEALOUS?

398 28 1
                                    

Pandangan mereka bertemu, dua instan yang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan mereka bertemu, dua instan yang dingin. Tatapan yang dalam dengan keheningan menimbulkan sedikit rasa nyaman di antara keduanya. Shaka, terdiam melihat ciptaan Tuhan yang begitu indah. Matanya bulat, bulu mata yang lentik, pipi mulus ,dan bibir tipis dengan warna pink alami. Satu kata manis namun cuek. Begitupun sebaliknya, Zea masih terhanyut dalam dekapan Shaka yang begitu erat . Seperti seorang yang tak mau untuk kehilangan. Terdiam cukup lama hingga tongkat penyaringan di tangan Zea terjatuh.


Prang

" S-sorry"

" Thanks"

Keduanya terdiam kembali saat kata yang mereka ucapan keluar secara bersamaan.

" Kenapa ga hati hati hm? " Ntah pertanyaan macam apa yang Shaka keluarkan.

" L-lu yang tadi bilang cepet! " Zea sedikit gugup namun kembali pada ekspresi nya seperti biasa.

"Shitt jantung gue! "

"Sialan kenapa gue gagap?! "

Batin keduanya terus merutuki kelakuan bodoh dirinya sendiri. Shaka dan Zea mereka kembali menyaring dedaunan yang tinggal sedikit. Suasananya pun menjadi sangat kaku dan benar benar tak ada suara lagi di antara mereka.

Jika di kolam tadi hanya ada keheningan maka berbeda jauh dengan di taman. Zia, gadis itu sejak tadi tak henti henti menggerutu melihat kelakuan patner hukumannya ini.

Ya, kelakuan Alfan membuat Zia kesal bukan main. Bagaimana tidak ia sudah mengumpulkan daun kering sejak tadi ,dan Alfan dengan entengnya melemparkan sapu ke arah tumpukan itu begitu kasar. Sudah jelas bahwa daun kering tersebut kembali berserakan. Zia menatap nyalang kearah Alfan yang tersadar akan kelakuan nya tadi. Bisa bisanya ia dengan berani membangunkan macan yang tertidur.

" ALFANJING! " teriak Zia tentunya dengan suaranya yang begitu menggelegar.

" M-maaf Zi, gue ga sengaja" Alfan.

" Alfan.. lu bisa ga kalo ngasih barang itu jangan DILEMPAR?! " ucapnya dengan nada sabar namun teriakan di akhir katanya.

Alfan dengan polos menggeleng dan berkata 'engga ' membuat emosi Zia semakin bertambah. Sedetik kemudian lelaki itu mengangguk. Mereka sudah seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.

" Gue ga mau tau, pokoknya lu beresin tumpukan sampah ini persis kayak tadi S.E.N.D.I.R.I !! " Zia berucap dengan nada yang menahan kemarahannya dan kata akhir yang sengaja di tekan.

SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang