34. SURAT? PEMBALASAN?

36 2 0
                                    

" Tapi buktinya kenakalan kita bukannya hilang tapi justru semakin menjadi-jadi? " tanya Zia mengangkat satu sudut bibir nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Tapi buktinya kenakalan kita bukannya hilang tapi justru semakin menjadi-jadi? " tanya Zia mengangkat satu sudut bibir nya.

" Sampai kapan? " Seolah mengerti kedua gadis itu hanya diam.

" Keluarganya sendiri bahkan diam, dan ga pernah bahas itu lagi, tapi kalian---"

Zea terkekeh sinis mendengar lontaran yang di berikan sang kakak. " Mereka diam karena memang mereka ga pernah peduli."

" Tapi dia juga ga akan tenang ngeliat lu kayak gini Nazea! "

" Zi, Keanu juga ga akan suka ngeliat lu yang malah ikut-ikutan.. " lanjut Zero mencoba mengingatkan keduanya.

" Gue ga peduli, yang gue mau kehancuran mereka!" Menghela napas panjang Zero sudah pasrah terhadap sifat keras kepala kedua adiknya.

" Oke, gue setuju tapi dengan satu syarat. " Pasrah Zero, ia lelah menghadapi kedua adiknya.

" Apa? " Zia.

" Jangan sakiti Anjani dan biarin dia hidup tenang. " Kedua gadis itu menatap Zero dengan raut wajahnya yang penuh tanya.

" Selagi dia diam gue ga masalah," sahut Zea.

" Sebentar, sejak kapan lu peduli sama orang asing?" Zero diam membeku, benar juga apa yang di ucapkan Zia. Sejak kapan dirinya peduli pada orang asing yang baru pertama kali ia temui?

" Lu---"

" G-gue cuma kasian. " Zea dan Zia mengangkat keduanya acuh, biarlah yang penting rencana mereka tidak akan gagal kembali.

Kalian harus merasakan kehancuran yang gue rasakan!

Sebentar lagi kehancuran datang untuk kalian.

Sebuah mobil taksi terparkir di depan sebuah caffe. Perlahan seorang lelaki berjalan ke dalam. Caffe itu tampak sepi, karena memang waktunya yang sudah tutup. Dengan gayanya yang berwibawa lelaki itu menelisik kesana kemari mencari seseorang.

" Kak Gion? " Zero menoleh kebelakang saat mendengar nama tengahnya yang di panggil.

Seorang gadis dengan pakaian sederhananya tersenyum. Mulai melangkah mendekati Zero yang menatapnya datar. Gadis itu adalah Anjani, dan caffe ini merupakan caffe milik Zero sendiri.

" Ranjani, sorry." Ranjani mengerti dan ia hanya tersenyum simpul kearah Zero.

" Gapapa, bukan salah kak Gion juga kok. "

Gion? Ya, itu adalah nama tengah Zero. Awalnya Zero sendiri sedikit bingung mengapa Ranjani memanggilnya itu. Namun, gadis itu bilang katanya biar lebih nyaman saja. Zero sendiri tak mempermasalahkan, tohh mau Zero ataupun Gion itu sama-sama namanya.

SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang