25. HAMA KECIL

213 9 0
                                    

Berbeda seperti pagi hari biasanya, sekarang Zia sudah bergulat dengan alat masak didapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbeda seperti pagi hari biasanya, sekarang Zia sudah bergulat dengan alat masak didapur. Ia sedang membantu Sarah menyiapkan sarapan untuk semua anggota Ndalem. Zia merasakan dirinya yang canggung, mengingat ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan kerabat kerabat Alfan.

Sejujurnya Zia akan lebih nyaman tinggal di rumah mertuanya, hanya saja bibinya meminta untuk tinggal di sini saja. Aina dan Gibran memang tinggal di rumah mereka yang dekat pesantren, dan Ndalem di isi oleh Sarah dan Gilang-suaminya.

Zia memotong beberapa macam sayuran, lalu mencucinya. Setelahnya ia menghampiri Sarah yang sedang mengobrol dengan seseorang yang di sebut sebagai ' Ustazah Raisa'. Mereka tampak begitu akrab, hingga Zia yang ada disanapun Sarah biarkan begitu saja. Menghela nafas sabar Zia membuka suaranya.

" Sayurannya sudah Zia cuci, bibi mau masak apa? " Zia bertanya dengan rasa canggung yang menyelimuti dirinya.

" Taruh di situ saja Nazia, biar aku yang membantu masak untuk gus Alfan dan yang lain." Zia mengubah ekspresi wajahnya menjadi kaget, saat Raisalah yang menjawab padahal ia bertanya pada Sarah.

Zia masih terdiam ditempatnya, menatap Raisan dengan tatapan jijik. Apa-apaan dia? padahal niat Zia hanya ingin membantu saja, lagi pula Alfan memintanya untuk membuatkan ayam kecap kesukaan lelaki itu.

" Iya, kamu duduk saja Zia biar bibi dan ustazah Raisa yang memasak." Sahut Sarah yang justru menyetujui ucapan ustazah Raisa.

" Kamu kan baru saja datang semalam, pasti cape." Lanjut Sarah.

" Maaf Nazia, aku dengar-dengar kamu anak terakhir dari keluarga kaya raya ya? " Raisa bertanya secara tiba-tiba dan Zia yang hanya mengangguk malas.

" Dirumah kamu pasti selalu dilayanikan? jadi tidak usah repot-repot membantu disini takutnya kamu ga terbiasa." Lanjut ustazah Raisa dengan kekehan.

Zia kembali menatap ustazah Raisa dengan tatapan sinisnya dan berucap di dalam hati." Dih najis banget, ustazah apaan begini? gue laporin umi tau rasa lu ustazah pick me."

Memasang wajah kesalnya, Zia melihat Raisa yang sedang memasak dari belakang. Di dapur hanya tersisa ia dan ustazah Raisa saja, karna nyai Sarah yang pergi ke kamarnya sebentar. Zia membuka ponsel melihat satu notif favoritnya yang sudah ada disana.

" Nazia " Ustazah Raisa memanggilnya dan Zia yang hanya berdehem.

" Kamu ma---" Ucapan Raisa terpotong kala seseorang dari belakang membuka suara.

" Assalamu'alaikum."

" Waalaikumsalam gus." Zia baru saja membuka mulutnya, namun lagi-lagi ustazah Raisa menyela lebih dulu.

" Waalaikumsalam." Jawab Zia sedikit ketus, kembali menatap ponselnya setelah menyalimi tangan Alfan.

Alfan mendudukkan dirinya tepat disamping Zia. Ia menatap ekspresi wajah Zia yang sepertinya sedang kesal. Sedikit terkekeh lalu mengusap kelapa Zia gemas. Hal itu tidak luput dari pandangan ustazah Raisa yang sesekali melirik mereka berdua.

SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang