13. PENDEKATAN

347 22 3
                                    

T

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

T

erhitung sudah empat hari Zea dan Zia tinggal terpisah. Mereka tetap melakukan kebiasaannya tanpa hambatan. Keduanya terbiasa karna memang dulu sempat tinggal terpisah juga. Toh mereka juga setiap hari bertemu di sekolah atau terkadang jika main.

Sore sore seperti ini memang enak untuk bersantai sambil menonton. Seperti yang di lakukan Zia sekarang, ia tengah menonton dracin di laptopnya sembari rebahan di soffa. Tidak ada yang mengganggunya sama sekali karna keadaan rumah Aina pun sepi. Mengingat Gibran yang belum pulang bekerja dan Gerdan yang sedang pergi main dengan temannya. Aina? wanita itu tengah bersiap akan pergi ke pengajian rutin di masjid depan sana. Aina turun dari tangga dengan raut wajah bingung, sedangkan Zia yang melihat Aina merasa heran.

" Umi, kenapa? " Tanya Zia pada Aina.

" Oh Zia, ini umi lagi bingung." Jawab Aina lalu duduk di soffa.

" Memangnya ada masalah apa umi? " Tanya Zia lagi bangkit dari rebahannya.

" Umi harus pergi ke pengajian, tapi tadi Alfan telpon umi kalo dia sakit. " Jelas Aina.

"Alfan kalo udah sakit ga mau ngapa-ngapain, pasti dia juga belum makan. " Lanjut Aina khawatir.

" Kalo bisa bantu, pasti Zia bakal bantuin umi. " Sahut Zia.

" Tapi kayak gini Zia ga tau bisa bantu apa. " Lanjutnya lagi, lalu senyum Aina terbit.

" Kalo kamu bantuin umi jagain Alfan sampai selesai pengajian? kamu mau? " Pinta Aina menatap Zia penuh harap.

" Jagain Alfan? di rumahnya? " Ulang Zia yang di angguki Aina.

" Iya kamu mau kan? " Tanya Aina lagi.

"Emang gapapa? pasti kita bakal berdua kalo gitu. " Ujar Zia sedikit kaku.

"Gapapa lagian cuma sebentar, umi juga percaya sama kalian." balas Aina.

" Yaudah Zia siap siap dulu. " Putus Zia.

" Iya sana, nanti alamat rumahnya umi kirim lewat chat. "Ujar Aina.

"Umi pergi dulu, Assalamu'alaikum. "

" Waalaikumsalam"

Zia berlalu menuju kamarnya untuk bersiap. Sejujurnya ia sangat malas untuk menjaga Alfan yang sedang sakit. Apalagi mengingat Alfan yang merupakan musuhnya. Tapi Zia cukup tau diri, selama ini ia tinggal di rumah Aina dan anggap saja menjaga Alfan ini sebagai ganti rasa terimakasihnya.

Zia mengesampingkan dahulu masalah dendamnya untuk kali ini. Gadis itu sekarang sudah siap dengan pakaian yang cukup simpel. Baju crop yang memperlihatkan perut mulusnya, lalu celana jins dengan warna senada, dan sepatu berwarna putih. Gadis cantik itu turun dari tangga sambil menenteng sebuah jaket. Ia akan pergi ke rumah Alfan dengan motor sport nya.

SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang