Setelah malam yang indah, penuh canda dan tawa, kencan pertama Gito dan Shani berakhir dengan manis. Mereka berdua pulang ke rumah dengan hati yang berbunga-bunga, mengingat setiap momen yang mereka habiskan bersama. Malam itu, mereka berdua sulit tidur, masih terbayang senyuman satu sama lain dan percakapan hangat yang mengalir begitu alami.
Hari-hari berlalu, membawa mereka kembali ke rutinitas sekolah. Pada pagi pertama setelah kencan mereka, Gito bangun dengan perasaan bersemangat, sungguh tidak seperti biasanya. Ia merasa tidak sabar untuk melihat Shani di sekolah. "Ah, aku jemput aja kali ya" Benak Gito berpikir.
Tanpa berpikir panjang, Gito segera bersiap lalu pergi menjemput kekasihnya. Tanpa memberi kabar apapun, karena pada saat ini sejujurnya Gito masih tidak terbiasa dengan bertukar pesan tiap kala bersama pacarnya dan Shani pun juga bukan tipe orang yang selalu mengirim pesan pada kekasihnya. Maka dari itu ia sempat lupa bahwa dia memiliki kontak Shani dan dia bisa mengabari kekasihnya itu terlebih dahulu.
Untung nya sesampai Gito disana, Shani belum berangkat kesekolah. Ketika Gito sampai, ia melihat seorang laki-laki disana yang kesannya memohon-mohon pada kekasihnya. Ada perasaan aneh yang ia rasakan, marah? sedikit, cemburu? sedikit, sungguh tidak enak memiliki perasaan aneh tersebut.
"Ayolah berangkat sama aku, kenapa si gamau? Dulu juga biasanya bareng" Ucap Gerald memohon.
"Itu dulu, kan lo udah punya pacar kan? Ngapain kesini gua udah punya pacar" Tegas Shani.
"Pacar kamu ga akan tau, ayolah. Lagian dia baru pacar buka suami." Kembali Gerald mendesak.
"Pergi! Gua bukan orang yang suka selingkuh atau bahkan jadi selingkuhan orang" Shani sudah mulai naik darah akan hal ini.
"Mana ada selingkuhan si, udah ayo" Kali ini Gerald mulai menarik tangan Shani, namun dengan cepat Gito menghampiri mereka dan melepaskan genggaman Gerald dari Shani.
"Gausah megang-megang cewe gua, dia dari awal gamau sama lo kak." Kali ini Gito yang bersuara menarik Shani untuk berdiri dibelakang nya.
Setelah Gito mengintervensi dan menarik Shani ke belakangnya, suasana menjadi tegang di antara mereka bertiga. Gerald menatap Gito dengan pandangan tak suka, mencoba menenangkan diri sebelum mengucapkan sesuatu.
"Kenapa lo ngehalangin orang, Gito? Lagian gw cuma mau bawa Shani ke sekolah aja," ujar Gerald dengan suara yang bergetar sedikit karena emosi.
Gito menatap tajam ke arah Gerald. "Dia udah bilang gamau, bro. Jangan dipaksain lagi."
Shani berdiri di belakang Gito, merasa canggung dan terganggu dengan kejadian ini. Dia merasa terbebani karena situasi ini terjadi di depan Gito, pacarnya. Hatinya berkecamuk antara rasa marah pada Gerald dan malu karena mempertontonkan kekacauan ini di depan Gito.
Gerald tidak berhenti di situ. Dia melangkah mendekati Gito, mencoba untuk menantangnya. "Lo pikir lo bisa berhentiin gua untuk berangkat dengan Shani?" desaknya dengan nada menantang.
Gito tetap tenang meskipun amarahnya mulai memuncak. "Bisa aja." ujarnya dengan suara yang menunjukkan ketegasannya.
Tanpa aba-aba, Gerald melepaskan pukulan keras yang mendarat telak di pipi Gito. Gito terhuyung, namun dengan cepat membalas pukulan Gerald. Terjadilah adegan saling pukul di antara keduanya. Shani pun histeris akan hal ini.
"Udah, gila ya kalian?!"Teriak Shani, suaranya penuh dengan kecemasan dan kekesalan. Dengan cepat, ia menarik tangan Gito untuk menjauhkannya dari Gerald yang tampak lebih banyak terluka.
"Beruntung lo ada Shani kalo ga abis lo sama gua!" ucap Gerald dengan nada menantang, wajahnya terlihat tersayat lebam dan ekspresi marah masih memenuhi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Sekolah
RomanceApajadinya jika Gito di kerjai oleh teman-temannya dan di daftarkan pada acara confession di festival sekolahnya, semua hal terjadi secara tidak sengaja dan karena keusilan. Akankah Gito malu? Atau akan kah ada kisah kasih selama masa putih abu-abu...