Hari itu, Gito merasa jantungnya berdebar kencang saat ia menghadiri undangan untuk makan malam di rumah Shani. Jam 8 malam, tepat saat matahari mulai tenggelam, Gito tiba di depan rumah besar keluarga Shani. Dia menyesap napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu dengan perasaan campuran antara gugup dan harap-harap cemas.
Sungguh gugup ia mengingat dengan bagaimana persiapan dirinya hari ini yang penuh struggle. Ia berharap semoga makan malam ini lancar. Walau Shani bilang kedirinya untuk tidak membawa apa-apa, Gito tidak mungkin datang dengan tangan kosong sehingga dirinya membawa bunga juga buah-buahan untuk membuat impresi yang bagus.
Dengan rambut yang disisir rapih, bahkan menggunakan kemeja di masukan kedalam celana dengan rapih. Tidak biasa melihat Gito begitu rapih seperti malam ini.
Pintu terbuka, dan di hadapannya berdiri seorang wanita yang tersenyum ramah, ibu Shani. Dengan penuh sopan, Gito memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan gemetar sedikit. "Selamat malam, Tante. Saya Gito, teman baik Shani."
Gito pun di sambut dengan senyum hangat oleh Ibu nya Shani. "Saya sudah tau kamu pacarnya anak saya, wah bawaan mu banyak sekali. Repot-repot, terimakasih banyak ya nak." Ucapnya lagi dengan begitu lembut mempersilahkan Gito masuk.
Begitu ia masuk ia mendapati ayah nya Shani diruang tamu, ia segera bersalaman "Selamat malam om, gimana kabarnya? Ini saya ada bawa sedikit buah juga bungan untuk om sekeluarga" Tanya nya berbasa-basi.
"Baik, kamu sendiri? Kamu ini tidak perlu repot-repot. Saya yakin ini bunga pasti untuk Shani." Jawab ayah nya Shani dengan senyuman lebar, jujur saja Gito kira ayah nya akan galak namun ternyata begitu baik.
Setelah berbasa-basi sebentar dengan ayah Shani, mereka bertiga duduk bersama di ruang tamu yang nyaman. Gito merasa sedikit lega karena suasana di rumah Shani begitu hangat dan ramah. Ia merasa sedikit lebih percaya diri meskipun masih sedikit gugup karena ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang tua Shani dalam konteks formal seperti ini.
Setelah beberapa saat, Shani turun dari tangga dan Shani muncul dengan senyuman manis di wajahnya. Gito tidak bisa menahan senyuman gugupnya ketika melihat kekasihnya itu.
"Hey? Kamu udah sampe? Maaf aku lama" Tanya Shani sembari ikut duduk di ruang tamu bersama dengan Gito dan kedua orang tua nya.
"Ngga kamu ga lama kok gapapa." Jawab Gito.
"Shan, lihat tuh Gito bawain kamu bunga, udah ibu taro di vas ya" Ucap Ibunya Shani.
Shani pun langsung menoleh kearah vas yang di maksud ibunya dan langsung menampakkan senyum yang amat lebar. "Terimakasih udah repot-repot, aku suka. Bunga nya cantik" Ucap Shani.
Malam itu berlanjut dengan suasana yang semakin akrab. Setelah beberapa saat berbincang di ruang tamu, ibu Shani mengajak semua orang untuk berpindah ke ruang makan yang sudah disiapkan dengan rapi. Meja makan dihiasi dengan lilin-lilin kecil dan bunga-bunga segar yang menambah suasana hangat.
"Silahkan duduk, Gito. Makan malam sudah siap," ujar ibu Shani dengan senyum ramah.
Gito duduk di sebelah Shani, dengan kedua orang tua Shani di hadapan mereka. Saat makanan mulai dihidangkan, obrolan pun kembali mengalir.
"Jadi Gito, gimana ceritanya kamu bisa pacaran dengan anak saya?" Tanya Ibu Shani yang begitu ingin tau mengenai hubungan anak semata wayang nya itu.
Gito merasa sedikit kaget akan pertanyaan nya dan juga bingung harus menjawab seperti apa, karena satu-satunya alasan mengapa ia bisa berpacaran dengan Shani sekarang adalah karena ia dikerjai teman-temannya yang mendaftarkan nya pada program confess dan sisanya adalah sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Sekolah
RomanceApajadinya jika Gito di kerjai oleh teman-temannya dan di daftarkan pada acara confession di festival sekolahnya, semua hal terjadi secara tidak sengaja dan karena keusilan. Akankah Gito malu? Atau akan kah ada kisah kasih selama masa putih abu-abu...