15. Awalan Baru

358 74 13
                                    

Hari pertama setelah liburan singkat, Gito memulai paginya seperti biasa. Matanya sedikit berat karena tidur yang terlalu larut, namun semangatnya tidak pudar. Ia tahu hari ini adalah hari yang spesial, tidak hanya untuknya, tetapi juga untuk Shani. Setelah mandi dan berpakaian, ia memasuki dapur untuk menyiapkan sarapan sederhana—roti panggang dan telur goreng—tapi kali ini ada yang berbeda.

Di samping sarapannya, Gito menyiapkan bekal untuk Shani. Sebungkus nasi dengan lauk yang cukup lengkap, disertai dengan pesan kecil di dalamnya: "Semangat ya, Kak! Jangan lupa makan yang banyak." Gito tersenyum sendiri, membayangkan reaksi Shani ketika menemukan bekal ini. Hari ini adalah hari pertama Shani masuk les tambahan yang sudah didaftarkan oleh orang tuanya, demi mengejar cita-citanya masuk PTN impian. Tentu saja, Gito tahu ini akan menjadi awal dari masa-masa sibuk mereka berdua.

Setelah menyiapkan semuanya, Gito memasukkan bekal itu ke dalam tasnya dan bergegas keluar untuk menjemput Shani. Seperti biasa, ia menggunakan motor nya yang setia menjadi saksi bisu kencan mereka.

Ketika tiba di depan rumah Shani, Gito memencet bel dan menunggu. Tak lama, Shani keluar dari pintu depan dengan senyum lelah namun tetap manis. Matanya terlihat sedikit sayu, mungkin karena begadang mengulik materi untuk ujian PTN yang semakin dekat.

"Pagi sayang," sapa Gito ceria, berusaha menyembunyikan kekhawatiran melihat betapa sibuknya Shani.

"Pagi juga, Gito," balas Shani dengan senyuman tipis. "Kamu sudah lama nunggu?"

"Nggak kok. Nih, aku bawain bekal buat kamu. Biar nanti nggak perlu repot cari makan pas istirahat atau sebelum les," kata Gito sambil menyodorkan kotak bekal yang sudah disiapkannya tadi.

Shani tampak terkejut dan tersentuh saat melihat bekal yang disodorkan oleh Gito. Matanya berbinar, meski tampak sedikit lelah. "Makasih sayang," Ucap Shani yang lalu mengkecup pipi Gito secara lembut.

Gito tersenyum lebar setelah menerima kecupan manis dari Shani. Wajahnya sedikit memerah, tapi ia berusaha tetap tenang. "Sama-sama. Kamu harus semangat hari ini, ya!" katanya dengan nada ceria, meski dalam hatinya sedikit khawatir melihat Shani yang tampak kelelahan.

Setelah itu, Gito dengan lembut membantu Shani memasang helmnya. Ia menunduk sedikit, memastikan tali helm terpasang dengan benar dan nyaman di bawah dagu Shani. Saat jari-jarinya menyentuh kulit Shani, ada momen singkat di mana mata mereka bertemu. Seolah waktu melambat sejenak, keduanya hanya saling menatap dalam diam, tersenyum dengan perasaan yang sulit dijelaskan. 

"Udah pas?" tanya Gito dengan nada lembut setelah memasangkan helmnya.

Shani mengangguk pelan, "Udah, makasih. Padahal aku bisa sendiri."

Gito hanya tersenyum, lalu ia naik ke atas motornya dan menunggu Shani untuk duduk di belakangnya. Shani memeluk Gito erat begitu mereka mulai melaju. Hembusan angin pagi menyapu wajah mereka, dan Shani, yang masih merasa lelah karena begadang belajar, perlahan memejamkan mata di belakang Gito. Tangannya yang memeluk pinggang Gito semakin erat, tubuhnya sedikit bergeser ke depan saat ia merasa lebih nyaman.

Gito bisa merasakan kehangatan tubuh Shani di punggungnya. Ia tahu Shani mulai tertidur, tetapi ia membiarkan gadis itu beristirahat. Dengan hati-hati, ia melajukan motor mereka dengan tenang, menikmati momen damai ini di tengah rutinitas yang akan semakin sibuk. Meski Shani tertidur, kehadirannya memberikan kenyamanan tersendiri bagi Gito. Ia tidak keberatan dengan keheningan, karena baginya, bisa berada di sisi Shani sudah cukup.

Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di parkiran sekolah. Gito memarkir motor dan perlahan berhenti, lalu ia merasakan Shani sedikit bergerak, menyadari bahwa mereka sudah sampai. Shani membuka matanya perlahan dan menarik napas dalam-dalam, masih setengah mengantuk.

Masa Sekolah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang