10. Baikan.

514 91 13
                                    

Setelah mengalami perdebatan panas dengan Gito dan meninggalkan lokasi dengan perasaan hancur, Shani memutuskan untuk mencari ketenangan dengan bercerita kepada teman-teman terdekatnya. Ia merasa sangat tertekan dan bingung tentang langkah yang harus diambil selanjutnya.

Ia pun kembali ke kelas, menangis akan konflik yang baru saja terjadi, ia bingung harus apa. Tentu itu menarik perhatian teman-temannya. 

"Shan lo kenapa?" Tanya Gracia selaku teman sebangku nya.

"Paling karena yang di mading kan? Itu Gito beneran mukulin Gerald Shan? Kok bisa?" Tanya Sisca penuh dengan rasa ingin tahu.

"Biarin dia nangis dulu deh jangan banyak tanya" Sambar Feni.

Setelah membiarkan Shani menangis untuk 10 menit lebih akhirnya Shani sudah cukup tenang untuk menceritakan hal yang terjadi. Shani menceritakan bahwa ia melihat mading itu duluan lalu langsung menghampiri Gerald. Dengan Gerald yang langsung menceritakan bahwa Gito mengajak nya bertemu lalu mengata-ngatai dirinya berkata bahwa Gito menang karena telah mendapatkan Shani dan langsung memukul Gerald, lalu menunjukkan chat antara dirinya dengan Gito dengan Gito yang mengajak bertemu dan kata-kata tidak etis. Shani juga bercerita tentang confrontasinya pada Gito barusan yang membuat nya menangis.

Setelah Shani selesai menceritakan kejadian yang baru saja dia alami, suasana di kelas tampak penuh dengan kekhawatiran. Teman-temannya, Gracia, Sisca, dan Feni, mendengarkan dengan serius.

Gracia menghela napas. "Jadi, Gerald menunjukkan chat itu dan bilang kalau Gito mau ngasih tahu sesuatu tentang hubungan kalian dan lo langsung percaya? Dan sekarang lo bingung tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya?"

Shani mengangguk, matanya masih tampak merah. 

"Menurut gua ya shan harusnya lo dengerin Gito dulu. Lo tau sendiri Gerald manipulatif tukang boong dan emang mau hancurin hubungan kalian kan dari dulu" Ucap Feni.

"Bener, gua juga setuju sama Feni. Mending ya nanti pas pulang lo samper Gito, mau kita temenin ga?" Sekarang Sisca yang memberi saran padanya.

Setelah mendengarkan saran-saran dari Gracia, Sisca, dan Feni, Shani merasa sedikit lebih tenang dan mendapatkan dorongan untuk memperbaiki situasi. Dia menyadari bahwa tindakannya terlalu terburu-buru dan bahwa dia harus mendengarkan penjelasan Gito secara langsung.

"Makasih ya udah ngasih saran, tapi gua takut buat ketemu Gito, tadi dia marah banget" Murung Shani.

Gracia pun menyemangati Shani. "Gausah takut, dia cowo lo. Miscommunication biasa terjadi, tapi harus secepatnya di luruskan Shan supaya ga makin parah. " Setelah obrolan itu mereka kembali fokus dengan pelajaran hari itu.

Gito yang baru saja sampai rumah dengan perasaan campur aduk setelah konfrontasi dengan Shani, disambut oleh ibunya yang terlihat khawatir.

"Kok udah pulang?" tanya wanita paruh baya itu sambil melirik jam dinding.

Gito menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri sebelum menjawab. "Ada masalah di sekolah, Bu. Aku di-skors."

Ibunya terlihat terkejut. "Skors? Kenapa? Kamu berkelahi?"

Gito mengangguk pelan, merasa malu dan frustasi. "Iya, Bu. Aku diprovokasi sama Gerald. Dia sengaja ngajak ketemuan terus ngomporin aku soal Shani. Aku nggak tahan dan akhirnya... aku mukul dia."

Ibunya memegang bahu Gito dengan lembut, mencoba memberi dukungan. "Shani pacar kamu yang kamu ceritain itu? Kok terus? Gimana coba cerita sama ibu" 

Gito pun menceritakan dari bagaimana ia di ajak Gerald bertemu di rooftop, apa yang di ucapkan Gerald tentang Shani, adegan perkelahian, bagaimana ia di permalukan di mading sekolah, di skors dan tentang Shani yang lebih percaya dengan mantan nya itu.

Ibunya mendengarkan dengan penuh perhatian, menatap Gito dengan tatapan penuh kasih dan pengertian. Setelah mendengarkan cerita lengkap dari Gito, ia menghela napas panjang.

"Ibu paham perasaan kamu, Gito. Kamu pasti merasa dikhianati dan marah. Tapi ibu setuju dengan Pak Arman, kekerasan bukan solusi. Kamu harus belajar mengendalikan emosi kamu, terutama dalam situasi seperti ini," ujar ibunya dengan lembut namun tegas.

Masa Sekolah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang