13. Hari Pertama di Bandung.

395 73 18
                                    

Pagi keberangkatan ke Bandung tiba dengan semangat yang tinggi. Gito dan teman-temannya sudah berkumpul di depan rumah Daniel, yang menjadi titik kumpul mereka sebelum berangkat. Mobil yang disiapkan oleh Daniel cukup besar untuk menampung mereka semua dengan nyaman. Gito duduk di kursi depan sebagai co-pilot, sementara Dheo dan Lukas duduk di bangku belakang, sudah bersiap dengan playlist musik yang akan menemani perjalanan mereka.

"Nah, udah siap semua, kan?" tanya Daniel sambil menyalakan mesin mobil.

"Siap, bos!" jawab Dheo sambil mengangkat tangannya ke udara.

Gito menoleh ke belakang, memastikan semua barang-barang mereka sudah masuk ke bagasi. "Udah lengkap semua? Nggak ada yang ketinggalan?"

"Tenang aja, semua udah masuk. Gue bawa snack juga buat nanti di jalan," sahut Lukas sambil mengeluarkan sekantong besar keripik dari tasnya.

"Baik, siap-siap kita bakal nikmatin macet di tol, bro," canda Daniel sambil tertawa kecil, meski di dalam hati mereka semua berharap jalanan lancar.

Sementara itu, di tempat yang berbeda, Shani sudah bersama teman-temannya—Feni, Sisca, dan Gracia—di rumah Shani. Mereka berencana untuk berangkat bersama dalam satu mobil yang dikemudikan oleh Feni.

"Nanti jangan lupa, di jalan kita mampir rest area ya buat foto-foto," kata Gracia dengan penuh antusias.

"Udah pasti! Gimana, siap semua nih?" tanya Sisca sambil merapikan rambutnya di cermin mobil.

Shani, yang duduk di sebelah Feni, menoleh ke belakang untuk memastikan barang-barangnya sudah lengkap. "Udah kok, kita tinggal nungguin lampu hijau dari Feni buat berangkat."

Feni tersenyum kecil, menyalakan mesin mobil dan berkata, "Oke, gas berangkat! Semoga aja ga macet banget di jalan" Ia tertawa kecil, mencoba menyemangati suasana.

Dalam perjalanan menuju Bandung, suasana di kedua mobil penuh dengan canda tawa dan obrolan seru. Di mobil Gito, Dheo dan Lukas sibuk bergantian memainkan lagu-lagu favorit mereka, sementara Gito sesekali mengecek ponselnya untuk memastikan rute perjalanan yang paling cepat dan lancar.

Di mobil Shani, Sisca dan Gracia tidak henti-hentinya bercanda, terutama soal apa yang akan mereka lakukan begitu sampai di vila. "Gue udah nggak sabar pengen liat sunrise dari balkon," kata Sisca.

"Gua juga udah lama banget, terakhir kayanya 2 tahun yang lalu deh," timpal Gracia.

Shani hanya tersenyum sambil menyimak percakapan teman-temannya, sesekali melirik ponselnya untuk melihat pesan dari Gito.

Setelah hampir dua jam perjalanan yang penuh dengan tawa, obrolan, dan sedikit macet di tol, kedua rombongan akhirnya tiba di Bandung. Udara dingin kota kembang langsung menyambut mereka begitu mereka keluar dari mobil. Vila yang mereka pesan terletak di dataran tinggi, memberikan pemandangan pegunungan yang menakjubkan dan suasana tenang yang segera menenangkan mereka setelah perjalanan panjang.

Gito dan teman-temannya tiba lebih dulu di vila. Mobil yang dikemudikan oleh Daniel berhenti di depan vila besar dengan halaman luas dan balkon yang menghadap ke pemandangan indah. Gito turun dari mobil sambil meregangkan badannya. "Akhirnya sampai juga!" katanya sambil menghirup udara segar.

Tak lama setelah mereka sampai, rombongan mobil Shani pun tiba, mereka pun akhirnya memilih untuk istirahat sejenak setelah duduk dimobil selama 2 jam menghadapi macet nya jalan. Suasana di dalam vila begitu tenang, dengan dekorasi kayu yang elegan dan jendela-jendela besar yang memperlihatkan pemandangan pegunungan di kejauhan. Mereka mulai membongkar barang-barang, meletakkan tas dan peralatan di kamar masing-masing.

"Udah enak nih bisa leha-leha sebentar," ujar Dheo sambil merebahkan dirinya di sofa, sementara Lukas membuka sekantong keripik yang ia bawa dari mobil.

Masa Sekolah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang