Hari ini berjalan normal bagi Gito dan Shani, dengan Gito yang menjemput kekasihnya itu dan mengantarnya hingga sampai ke kelas nya, Gito ntah kenapa sudah menjadikan itu habitatnya untuk mengawal sang kekasih bak bodyguard.
Namun pada hari yang begitu cerah ini, ntah mengapa Gito merasa kesulitan untuk fokus di kelas. Dirinya sering kali melamun memikirkan kekasihnya, ntah itu ide untuk berkencan atau bahkan apa yang ingin dia ceritakan pada kekasihnya itu nanti. Sepertinya ini lah rasa kangen tersebut, sejujurnya Gito bingung mengapa ia bisa kangen karena baru saja ia mengantar kekasihnya itu kesekolah.
Berkali-kali ia mencoba berfokus pada pelajaran hari ini, namun nihil. Gito bukan tipe yang akademis jadi ia sekarang melarikan pikiran nya dengan menggambar-gambar, menulis, mencoret-coret. Apapun, asalkan isi kepalanya tidak berlarian kepada kekasihnya itu.
Namun, justru ide romantis sedikit alay, tidak si menurutnya itu begitu alay muncul pada benak nya. Bagaimana jika ia menuliskan surat untuk kekasihnya? Namun apa yang harus ditulis oleh dirinya?
Otaknya keram, apa yang harus di tulis? Haruskah ia mengakui bahwa ia kangen? Ia pun mulai menulis ntah kenapa juga pada hari ini tulisan nya yang biasanya bagaikan ceker ayam hari ini tulisannya bisa terbaca oleh mata manusia awam.
Selesai.
Sekarang tidak hanya otaknya yang keram namun tangan nya juga. Sekarang bagaimana ia harus memberikan surat itu pada kekasihnya? Gito kembali jatuh pada pikiran nya itu.
"Buset nulis surat, alay juga lu" Ledek Dheo teman sebangkunya.
"Gausah liat-liat, udah sana" Jawab Gito dengan sedikit sewot dan malu karena ketauan menuliskan surat pada kekasihnya, ia pun langsung menyembunyikan surat itu pada kantong belakang saku celananya.
"Aneh deh ini temen lu tiba-tiba nulis surat." Kembali Dheo meledek kali ini memberi tahukan pada Daniel dan Lukas yang duduk di depan mereka.
"Buset dah bener ya cinta merubah orang." Itulah respon dari Lukas.
"Mana coba liat suratnya" Pinta Daniel,
"Ogah" Jawab Gito dengan cepat sebelum akhirnya meminta izin pada guru untuk ke toilet.
Dengan bergegas Gito masuk kedalam salah satu bilik kamar mandi dan langsung mengeluarkan hp nya ia mengechat Shani untuk pergi ke toilet sekarang, dan syukurnya Shani melihat text tersebut.
Kembali ia berlari kecil ke lantai dua, dimana letak kekasihnya berada. Binggo! Itu dia kekasihnya menunggu dibawah papan toilet.
"Kenapa minta aku ke toilet?" Pertanyaan pertama dilontarkan oleh Shani kepada Gito yang masih terengah-engah karena berlari kecil dari toilet lantai tiga ke lantai dua.
"Gapapa, mau liat kamu aja" Jawab Gito di antara sengalan nafasnya dengan senyuman tengilnya itu.
Shani pun mencubit pelan pinggang laki-laki yang lebih muda darinya itu, tentu Gito meringis kesakitan dengan dramatisnya padahal pelan sekali cubitan Shani padanya.
"Main-main terus pelajaran tuh penting tau. Balik ke kelas gih mending" Omel Shani pada kekasihnya itu, ntah tumben sekali Gito seperti ini padahal biasanya Gito tidak bisa di hubungi saat jam pelajaran.
"Ada yang mau aku kasih sebentar" Ucap Gito sembari merogoh kantung celananya, mengambil surat yang tadi telah ia tulis dan diberikannya itu pada kekasihnya. Tentu Shani ingin tahu kenapa dia diberi surat seperti ini saat ingin dibuka surat itu Gito menahan tangan Shani untuk tidak membukanya.
"Jangan dibuka sekarang, nanti aja dikelas tapi diem-diem ya" Kembali Gito bersuara, ia pun menoleh kesekitar takut ada guru yang memergoki dua siswa diluar kelas pada jam pembelajaran, namun ada satu hal yang ia sadari rambut Shani yang menutupi kupingnya. Tanpa Gito sadari tangan nya naik begitu saja dan mendorong rambut tersebut mundur kebelakang telinga nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Sekolah
RomanceApajadinya jika Gito di kerjai oleh teman-temannya dan di daftarkan pada acara confession di festival sekolahnya, semua hal terjadi secara tidak sengaja dan karena keusilan. Akankah Gito malu? Atau akan kah ada kisah kasih selama masa putih abu-abu...