Prolog!!

19 6 3
                                    

"Ingat Tiffany, kamu harus bisa mendapatkan gelar yg mencolok di sekolah!! Kalau perlu kamu mendaftar jadi ketua OSIS!!" ucap pria paruh baya, dgn setelan jas kantoran miliknya.

"Ayah, Tifa gak mau jadi ketos, Tifa gak bisa, yah!" tolak gadis bernama Tiffany, yg tengah menggenakan baju piama berwarna Navy itu.

"Ya, ayah gak peduli Tifa, ayah mau kamu terlihat mencolok, apa kata rekan bisnis ayah, kalau tau kamu di sekolah hanya siswi biasa!! Kamu mau mempermalukan ayah? Iya?!" ucap nya menatap anaknya dgn tatapan amarah.

Tiffany gadis itu hanya diam, namun berbeda dgn hati nya yg terus-menerus mengumpat akibat ucapan ayah nya sendiri.

"Ayah, gak mau tau! Kamu harus menjadi ketua OSIS di sekolah mu!! Jika tidak maka semua fasilitas kamu ayah cabut!!" ucap Geondra ke putri nya. Setelah nya dia melenggang pergi dari hadapan putri nya.

Tiffany menghela nafas lelah, selalu saja, ayah nya selalu menuntut apa yg ia inginkan, bahkan dirinya tidak sadar jika anak nya menderita akan semua tekanan yg dirinya berikan.

Dgn langkah gontai dirinya menuju kamarnya yg berada di lantai dua. Awalnya dirinya berniat berbaik hati menyambut kedatangan sang Ayah, namun yg dirinya dapat justru malah tekanan batin bagi nya.

Mood nya benar-benar hancur malam ini. Boneka beruang milik nya ia banting hingga mengenai semua buku pelajaran yg bertumpuk di lantai kamarnya. Buku yg teramat ia benci, bagi nya itu benda keramat yg berada di dlm sangkar nya. Ayah nya terlalu memaksakan kehendaknya. Iya Tiffany tahu, jika ayahnya mau yg terbaik untuk nya, tapi cara sang ayah lah yg salah dalam mendidik, Tiffany, gadis yg dulu nya periang kini, berubah menjadi gadis pendiam dan tidak peduli akan sekitar.

Ternyata benar, tekanan orang tua bisa mengubah sifat anaknya. Tiffany tak pernah berpikir jika dirinya harus merelakan semua mimpi nya yg harus menjadi seorang disainer terkenal hanya untuk menjadi bos muda di perusahaan sang ayah. Nasib nya antara sial dan beruntung, anak gadis satu-satu, atau yg kerap orang sebut anak tunggal, yg harus nya mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya malah yg ia dapatkan hanya tekanan batin.

Sang Bunda Fanyra, yg kerjaan nya juga hanya mengurus kantor sama seperti sang ayah. Begitupun dgn ayahnya, sibuk dgn urusan kantoran nya. Entahlah apakah orang tua nya lebih sayang dgn pekerjaannya dari pada anaknya? Tapi jika iya, kenapa mereka selalu menuntut nya?!

"Huft... Gua harus nge daftar beneran?! Akhgg... Gini amat hidup gua!! Ck.."

Dirinya beralih menggapai benda pipih yg ada di atas meja belajar nya.

Setelah nya Tiffany baru bisa menghela nafas, akhirnya dirinya sekarang hanya tinggal menunggu kabar saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah nya Tiffany baru bisa menghela nafas, akhirnya dirinya sekarang hanya tinggal menunggu kabar saja.

Karena diselimuti dgn rasa bosan, dirinya beranjak dari duduk. Ia akan membaca novel favorit nya terlebih dahulu. Setelah mengambil buku tersebut dirinya berjalan menuju tempat tidurnya, diri akan membaca sambil berbaring, mungkin nanti rasa kantuk akan menyerang nya.

Awalnya dirinya masih membaca dgn santai tanpa rasa takut. Namun tiba-tiba saja, entah datang dari mana sosok bertubuh tegak milik sang ayah muncul di hadapan nya. Dgn rasa terkejut yg terlihat jelas Tiffany yg tadi tengah berbaring santai kini langsung duduk melihat kehadiran ayahnya.

Brak....

Novel yg tadi nya berada di genggaman nya kini terjatuh mengenaskan setelah menghantam lemari pakaiannya miliknya.

"SIAPA YANG MENGIJINKAN KAMU MEMBACA BUKU TIDAK BERGUNA ITU!! AYAH SUDAH BELIKAN BANYAK BUKU PELAJARAN, TAPI KENAPA KAMU MALAH MEMBACA BUKU TIDAK JELAS SEPERTI ITU!!" marah Geondra setelah melempar buku sang anak.

"Ayah!! Tifa juga butuh hiburan, kalau belajar terus yg ada Tifa bisa gila!!" balas Tiffany, jujur ayah nya terlalu egois, dia tidak pernah memikirkan perasaan maupun mental sang anak.

"Hiburan?! Kamu bisa jalan-jalan di belakang rumah, ada kolam ada kebun bunga punya bunda kamu, apa itu tidak cukup?!" ucap Geondra masih dgn emosinya.

"Ayah, Tifa bukan anak kecil berusia lima tahun, yg terus di kekang, Tifa udah gede yah!!" protes Tiffany.

"Biarkan dia mas, lagipula dia selalu nurut apa kita bilang! Iyakan sayang?! Kamu udah daftar buat jadi ketua OSIS kan?" Bukan Geondra melainkan sang istri. Fanyra, yg baru masuk, saat dirinya tak sengaja mendengar perdebatan anak dan suaminya.

Pupus sudah harapan nya, Tiffany berfikir jika sang bunda akan membela nya, namun apa? Sama saja, sama-sama egois, mereka selalu memaksakan kehendaknya.

"Sudahlah, kamu lebih baik tidur saja, besok kamu sekolah!!" ucap Geondra kemudian pergi dari kamar putri nya. Begitupun dgn Fanyra dirinya ikut melenggang pergi meninggalkan sang anak yg moodnya benar-benar hancur.

Melihat kedua orang tuanya sudah keluar, Tiffany bergegas mengunci pintu kamar nya. "AYAH SAMA BUNDA SAMA AJA!!! GAK ADA YANG BISA NGERTIIN TIFA!! TIFA CAPEK!!" teriaknya diikuti dgn cairan bening yg menerobos keluar.

Untung saja kamarnya kedap suara jika tidak, pasti ayahnya bakal datang dan kembali mengamuk.

"Hiks... Tifa capek!! Tifa juga punya impian!!" lirihnya sambil duduk di pinggiran kasur king size milik nya. Air matanya terus mengalir deras. Jika dirinya bisa memilih, maka dia akan memilih untuk tidak lahir ke dunia, dari pada harus mengahapi kedua orang yg egois.

•~~~•

Gimana prolog nya?

Lanjut?

Jangan lupa vote kalau suka...

Komen jika ada typo!!

⚠ Typo Bertebaran ⚠

Part belum direvisi!!!

See you next part!!!

🌸🌸🌸

FILW KETOS!! {𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙳𝙸𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang