10. Perkara menit!

14 6 4
                                    

Perlahan mata indah itu terbuka, menyesuaikan cahaya yg masuk ke indra penglihatan nya. Pening di kepalanya menyeruak, nyeri di punggung nya juga terasa sangat sakit. Perlahan gadis itu bangun dari tidurnya.

"Sht... Gua pingsan selama itu ya?" tanya nya entah pada siapa. Karpet bulu yg ia tempati berbaring terasa panas, mungkin efek terlalu lama berbaring.

Perlahan dirinya bangkit dari duduknya bertumpu dgn pinggiran kasur miliknya. Wajahnya menoleh ke arah samping tepat di mana cermin di meja rias nya berada. Wajah kusut dgn kantong mata menjadi pigura di pantulan cermin itu. Senyum miris ia layangkan, tak dirinya sangka wajahnya bisa berubah se drastis ini cuman karena menangis dalam diam saat di pukuli.

Dgn langkah tertatih akibat punggung yg terasa nyeri, gadis itu berjalan menuju kamar mandi.

"Membiru lagi!" gumamnya melihat bekas pukulan di punggung nya. Helaan nafas pasrah ia hembuskan, lebih baik ia mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah sepuluh menit gadis itu keluar dari kamar mandi dgn handuk melekat di tubuh nya. Langkah nya menuju ke arah lemari pakaian miliknya. Baju kaos oversize dark blue dgn celana pendek di atas lutut warna putih menjadi pelengkap.

Rambut nya ia biar kan tergerai begitu saja, sedikit polesan lipbalm di bibir dan bedak bayi menyempurnakan penampilan sederhana nya.

Deringan benda gepeng miliknya mengalihkan atensi nya yg tengah menatap nanar wajahnya masih terlihat pucat di pantulan cermin. Langkah nya membawa nya ke arah kasur di mana benda gepeng itu terletak manis bergerak sedikit akibat getaran dari panggilan telpon dari seseorang.

Yorabawel!!
Is Calling...

Tangan lentiknya menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.

"Kenapa?"

"Badan lo masih panas?" tanya Liyora di seberang sana, gadis itu tengah berbaring manis di kasur empuk miliknya.

"Iya, kenapa?"

"Lo mau gua kesana gak?" tanya gadis itu, kuku nya ia mainkan untuk menghilangkan rasa bosan.

"Kalau lo gak sibuk! Gua juga gak ada temen!" ucap Tiffany, pintu kamar nya ia buka. Dirinya akan turun untuk mengisi perutnya, sekalian mengecek apakah ayahnya masih ada.

"Gak kok, gak sibuk gua, seribu persen, yg ada gua gabut polll!" suara Liyora menghentikan Tiffany menatap ke sekeliling rumahnya, gadis itu tengah menuruni tangga.

"Yaudah, gua tunggu!" ujar Tiffany, gadis itu kembali celingak celinguk mencari keberadaan pria yg berstatus ayah nya itu. "Ayah kemana? Apa udah pergi?" tanya entah pada siapa.

"Bokap lo pulang Tif?" tanya Liyora mendengar ucapan sang sahabat.

"Iya, kemarin dia ada pas kita pulang study tour, makanya Alvan juga pulang ke rumah nya! Tapi kayaknya bokap gua udah pergi lagi!" jawab Tiffany, gadis itu kini tengah mendudukkan diri kursi meja makan.

"Bi! Ayah udah pergi?" tanya Tiffany ke art yg kebetulan tengah bersih-bersih di dekat nya.

"Iya non, semalam pas keluar dari kamar non, tuan langsung pergi ke bandara!" jawab art yg bernama Hera itu.

Tiffany mengangguk sebagai jawaban. Hera pun kembali melakukan pekerjaan nya.

"Tif! Gua mandi dulu ya, habis itu otw ke rumah lo! Sekalian nanti gua mampir beli ayam geprek andalan kita!"

FILW KETOS!! {𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙳𝙸𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang