8. Pulang!

10 4 2
                                    

AAAAKKHHH!!"

Tubuh nya meringsut mundur perlahan, takut jika pergerakan tiba-tiba akan membuat si ular langsung menerkam nya. Namun seperti nya tetap saja, teriakan nya membuat ular tersebut semakin mendekat ke arahnya.

Keringat dingin membasahi pelipis nya, bukan lagi air hujan yg memenuhi wajahnya, melaikan keringat nya sendiri. Keringat yg muncul akibat rasa takut yg menyerang. Ular semakin mendekat, perlahan diri nya berusaha mundur walaupun rasa nya sulit, apalagi dengan kondisi tanah yg tidak baik. Fisiknya yg lelah butuh energi membuat nya semakin panik dgn pergerakan ular di depannya.

Krak..

"Akh.." rintihnya merasa nyeri di pergelangan tangannya. Waktu yg tidak tepat untuk terluka namun itu lah yg ia dapatkan saat ini. Hanya doa yg mampu ia lafalkan saat ini, ular pun semakin dekat dan kini mulai mengambil ancang-ancang untuk menyerang mangsa. Dan.....

Bugh...

Ular tersebut terpental akibat hantam batu yg tepat mengenai kepalanya. Tatapan gadis itu langsung menoleh ke arah sang pelaku. Laki-laki dgn tubuh basah kuyup dgn nafas ngos-ngosan itu berhasil memberi nya harapan untuk selamat. Senyuman sayu ia perlihatkan tak lama setelah nya tubuhnya ambruk tak sadar kan diri.

"TIFFANY!!" pekik Alvan melihat Tiffany yg sudah tak sadar kan diri. Dgn langkah cepat laki-laki itu mendekati tubuh lemah Tiffany. Tangannya menepuk pelan pipi gadis itu tak ada respon, dirinya beralih mengangkat tubuh kecil itu ke dalam gendongan nya.

Perlahan dirinya berdiri dan mulai melangkah pergi sebelum hewan buas yg tidak dirinya tahu datang dan akan menjadikannya mangsanya.

Dibawah gelap malam, dengan sinar bulan dan kilatan petir menjadi lentera, laki-laki itu terus berjalan mencari jalan keluar. Gadis di gendongannya tetap setia dgn mata terpejam, bibir pucat mata yg terlihat sedikit sembab, rambut acak-acakan, dan pakaian yg kotor akibat lumpur yg melekat di pakaian nya.

Senyum getir laki-laki itu layangkan. "Sorry Tif! Gara-gara gua yg lalai, lo jadi gini!" gumamnya menatap Tiffany yg tak sadarkan diri.

***
"Tenang Yor, gua yakin Alvan bisa nemuin Tiffany! Lo gak usah panik gini, nanti yg lain ikut panik juga!" ucap Vera berusaha menenangkan gadis yg sedari tadi menangis menunggu kabar sahabat satu-satunya itu.

Guru juga sudah mengarahkan beberapa murid laki-laki untuk mencari di sekitar tenda, mereka di larang ikut masuk ke dalam hutan apalagi dgn kondisi jalanan yg buruk. Kilatan petir juga msih terus terlihat, takut muridnya jadi kenapa-napa nantinya.

"TIFFANY UDAH KETEMU!" teriak remaja laki-laki bertubuh gempal dgn kacamata yg bertengger di batang hidungnya.

Alvan dgn pakaian yg basah kuyup kini terlihat dgn Tiffany yg berada di dalam gendongan nya. Gadis itu masih belum sadarkan diri. Liyora yg melihat itu langsung mengelap kasar air matanya gadis itu berdiri dari duduk nya.

"Ganti baju Tifa!" ucap Alvan seraya berjalan melalui Liyora, tujuan adalah tenda milik Tiffany dan Liyora. Dirinya akan merebahkan gadis itu di sana agar Liyora bisa menggantikan pakaiannya.

Liyora mengikuti keduanya dari belakang, perasaan lega dan senang kini teramat jelas terpancar di wajah nya. Rasa khawatir nya tiba-tiba hilang melihat sahabatnya yg sudah di temukan. Walaupun masih ada sedikit kekhawatiran melihat sahabat nya yg basah kuyup dan berlumuran lumpur.

"Gua keluar dulu! Nanti panggil aja kalau udah lo ganti!" ucap Alvan kemudian berlalu pergi, dirinya juga perlu untuk mengganti pakaiannya yg basah kuyup akibat guyuran hujan tadi.

***
"Loh  bu? Jadi kita di pulang kan aja?" tanya salah satu murid, mereka kini tengah berkumpul.

"Iya, takut nya nanti ada yg memiliki nasib yang sama kayak Tiffany! Tiffany juga demam karena kehujanan nya lama! Jadi lebih baik kita pulang! Sebagai gantinya kalian kami liburkan! Ibu juga semalam sudah membicarakan nya dgn beberapa guru di sekolah! Dan mereka setuju kalau kalian lebih baik di liburkan, jadi kalian bisa pergi liburan ke tempat yg kalain mau! Tenang aja, waktu liburan kalian seminggu kok! Tidak ibu potong jangka waktunya! Ini juga demi keselamatan kalian semua! Bagaimana setuju?" tanya Bu Zizy di akhir ucapannya.

"Setuju kok bu! Jadi kita pulang nya nanti sore apa bagaimana?" tanya Dira yg duduk paling depan di antara mereka.

"Kita tinggal menunggu bus! Katanya sudah berangkat tadi! Jadi lebih baik kalian bereskan barang-barang kalian! Ibu juga mau membereskan barang bawaan ibu! Jadi silakan! Bubar!" ucapnya.

Semua kini berhamburan kembali ke tenda masing-masing, Tiffany yg ada di depan tenda menunduk merasa bersalah.

"Tif? Lo gapapa?" tanya Liyora yg kini berada di samping nya. Gadis itu tadi ke toilet dan belum tahu penyampaian dari bu Zizy sebagai pembina pengganti bu Gea.

"Gapapa! Gua cuma ngerasa bersalah aja! Gara-gara gua, semua nya harus pulang!" ucap Tiffany menundukkan kepalanya.

"Gak! Ini bukan salah lo! Lagian bahaya kalau kita tetap disini! Kita juga gak tau banyak tentang daerah sini! Jadi lebih baik kita pulang! Yok! Packing barang kita! Gua gak sabar pulang dan jadi Princes lagi! Disini gak enak! Gak empuk!" ucap Liyora di akhiri dgn candaan.

Tiffany mengangguk mengiyakan keduanya kini tengah sibuk membereskan barang-barang masing-masing. Walaupun sesekali Tiffany meringis akibat kepalanya yg berdenyut sakit, mungkin efek demam yg ia alami.

Setelah semuanya selesai mereka kini kembali berkumpul seraya mendengar beberapa anggota OSIS yg meng absen semua siswa/i, takut nanti ada yg tertinggal. Bus juga sudah tiba sejak sepuluh menit yg lalu.

"Okay! Semua nya masuk ke bus kelas masing-masing! Teratur okay!" ucap Bu Zizy memberitahu.

Semua nya berhamburan masuk ke bus masing-masing. Begitupun dgn Tiffany yg di bimbingan oleh Alvan, barang-barang mereka sudah di urus oleh supir bus.

"Tiffany duduk bareng gua aja! Lo bareng Xavier aja! Gapapa Xav?" tanya Alvan beralih ke sahabat nya yg hanya diam duduk santai di kursi penumpang.

Xavier hanya mengangguk mengiyakan. Liyora hanya bisa pasrah dan mendudukkan diri di samping sang crush.

"Ayo Tif!" ucap Alvan seraya membimbing gadis itu, wajah nya pucat badannya terasa hangat walaupun sudah terbalut dgn baju dan jaket tebal.

Keduanya kini duduk Tiffany hanya diam seraya merasakan elusan lembut di tangannya. Pikiran terus bergelanyut dgn ucapan dalang dari penculikan dirinya.

"Jadi Al udah tunangan? Gak ada harapan lagi!! Hahaha miris!" batinnya seraya menatap kosong ke arah jalan yg di lalui oleh bus yg ia tumpangi.

~~~

Aku up lagiii!!

Sorry lama baru nongol lagii😭😭

Gimana sama part ini? Amburadul gak sih?

Sebenarnya aku mau up beberapa hari lalu, tapiiiiii.... Karena ada acara keluarga aku tunda, dan dgn sialnya... Alur yg udah aku susun mati-mati an, malah ilang gitu aja... Emang dah!

Pengen ngamuk juga gak guna.. Jadi yaudah ikhlasin aja...

Liat typo guys.. Kalau ada tandain!

See you next part!!

🌸🌸🌸

FILW KETOS!! {𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙳𝙸𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang