7. Pencarian Tiffany!

18 6 4
                                    

Byurr...

"Bangun lo!"

Mata yg tadinya terpejam kini perlahan terbuka, pakaian yg tadinya kering kini basah akibat guyuran sebotol air mineral dari gadis dgn rambut coklat hazel itu.

Netra mata gadis itu langsung menangkap gadis yg berdiri dgn angkuh di hadapan nya. Tangannya tergepal di balik diamnya.

"Good night, Tiffany!" ucap Gadis itu seraya merentang kan tangannya, senyuman meremehkan menjadi pelengkap.

"Mau lo apa?!" ucap Tiffany to the point.

"Em? Apa ya? Kok gua lupa sih!" ujar gadis itu, jgn lupa dgn sifat angkuhnya.

Tiffany diam, tatapan nya menajam menatap teman SMP nya itu. Jika tidak ada dua orang bertubuh kekar ini, mungkin dirinya sudah mencabik-cabik gadis sombong di depannya.

"Oh iya... Gua udah inget, gua cuman mau ngomong kalau jangan pernah berharap dengan Alvaro! Em? Bukan tanpa alasan sih! Alvaro! Dia sebentar lagi jadi milik sahabat gua! Lo tau kan? Jadi gak usah berharap lagi ya! Kalau lo berani buat deketin Alvaro! Siap-siap lo kehilangan hal yg paling lo sayangi dan lo jaga selama ini!"

Tatapan yg tadinya penuh emosi dan dendam kini berubah, tatapan Tiffany menatap gadis di depannya dgn tatapan yg sulit di artikan. Sakit, itu yg dirinya rasakan saat ini, cinta nya benar-benar bertepuk sebelah tangan, cinta yg selalu dirinya pendam hanya karena penolakan mentah-mentah dari sang ayah.

"Lepas ikatan tangan nya, kakinya tidak perlu, lalu tinggal kan dia sendiri!" ucap gadis lalu melenggang pergi meninggalkan Tiffany yg terdiam membisu.

Ikatan tangan nya terlepas dua orang itu juga sudah pergi meninggalkan nya, tetesan air hujan tiba-tiba saja jatuh ke bumi, tubuh yg memang sudah lumayan basah akibat guyuran air kini bertambah dgn guyuran air hujan. Matanya beralih menatap sekeliling, dirinya sekarang berada di dalam gubuk, tapi nyatanya gubuk ini tidak memiliki atap sama sekali.

Dgn pikiran yg bergelanyut dirinya beralih membuka ikatan tali di kakinya. Dgn sekuat tenaga gadis dgn rambut terurai yg sudah basah itu berjuang membuka ikatan tali yg ternyata sangatlah kuat, sial dirinya bukan sandraan yg harus di ikat sekuat ini!

Setelah percobaan beberapa kali akhirnya kakinya terbebas dari ikatan tali tersebut. Terlihat jelas pergelangan tangan dan kakinya memar akibat ikatan yang begitu kuat. Dgn lengkah tertatih Tiffany keluar dari gubuk tanpa atap itu, badan nya basah kuyup akibat guyuran hujan yg semakin lama semakin deras. Seketika ucapan Rinsa tadi kembali berputar di benaknya. Gadis yg sengaja menculik nya juga sudah pergi entah kemana, seperti sudah tahu jika akan terjadi hujan deras.

Yah, hujan semakin deras mengguyur bumi, pandangan nya mulai mengabur akibat rintihan air hujan yg terus berjatuhan tanpa henti, jalan pun semakin licin, celananya yg tadinya bersih kini sudah berganti ke kata kotor yg di penuhi dgn cipratan tanah yg basah akibat guyuran air hujan.

"To-long!" lirih gadis itu pelan, langkah nya melambat penglihatan nya mulai menghitam, pening seketika melanda, kepala nya berdenyut seakan di hantam batu besar.

Bruk...

Tubuhnya limbung dan terjatuh, baju dan rambut nya kini penuh dgn tanah yg basah. Mata nya semakin sayu seakan susah untuk tetap terbuka. Pusing di kepalanya juga semakin menjadi-jadi, sedikit lagi mungkin kesadaran nya akan hilang. Dirinya lupa jika ia belum makan dari tadi pagi.

"Sht... Akh!" erangnya, rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, bahkan perutnya ikut nyeri. Sial! Sakit maag nya kambuh.

***
"TIFA! TIFFANY!! LO DIMANA TIF!!" teriak Alvan, bahkan guyuran hujan tidak membuat nya gentar mencari keberadaan gadis itu.

Matanya menatap sekeliling, hanya cahaya bulan yg menjadi pelita untuk nya melihat di kegelapan hutan. Gara-gara panik handphone nya terjatuh entah dimana.

Kaki jenjang nya terus melangkah masuk ke dalam hutan, namun sedikitpun tanda-tanda tentang keberadaan Tiffany tidak ada. Pandangan nya tertuju ke arah gubuk tak beratap itu, dgn rasa penasaran laki-laki itu mendekat.

Pintu kayu yg sudah rapuh itu dirinya dorong dgn perlahan. Kosong! Hanya kayu yg berserakan daun kering sebagai lantai, kursi dgn tali di depannya. Tali?

Benda itu membuat nya semakin masuk ke dalam gubuk itu. Tangannya meraih tali tersebut, baru? Apa mungkin Tiffany sempat di sekap di sini? Pikirnya. Matanya mencari di sekitar gubuk, pintu lain yg memiliki pintu yg masih utuh namun terlihat lusu, tapi sepertinya pintu itu masih kokoh. Langkah nya menuju kearah pintu tersebut, namun langkah nya terhenti tepat di ambang pintu. Sesuatu mengganjal ada di bawah kakinya, pandangan menatap ke arah pijakan kaki nya tadi. Kilauan liontin itu membuat nya reflek berjongkok, kalung titanium silver dgn liontin Bunga Mawar Putih.

"Kalung ini? Punya Tiffany!" ucapnya, kalung yg sempat dirinya beri di saat ulang tahun gadis itu, pada saat memasuki usia sepuluh tahun. Raut khawatir semakin terpancar, dirinya yakin jika Tiffany tidak baik-baik saja. Keringat yg bercampur dgn air hujan, nafas yg naik turun, rasa khawatir nya yg semakin mendalam. Langkah kakinya ia percepat sambil berusaha menajamkan penglihatan nya.

Hujan yg tadinya deras kini mulai reda sedikit demi sedikit, namun di gantikan dgn kilatan petir yg menyilaukan mata. Siluet orang berpakaian hitam terlihat di pelupuk matanya. "SIAPA DI SANA?!" teriaknya. Namun sosok itu malah berlari menjauh dari posisinya, baru saja ingin mengejar namun langkah nya kembali urung. Tiffany, gadis itu masih belum ia temukan, gadis yg memiliki phobia terhadap petir.

***
Perlahan tapi pasti gadis yg tadi terbaring lemah kini berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Beruntung kesadaran nya masih bisa di ajak kerja sama, walaupun denyut di kepala nya justru semakin bertambah. Jantung yg berdetak tak karuan akibat kilatan petir yg menyambar bumi.

Tubuh kecilnya ia peluk dgn sendiri, dingin menyeruak menusuk kulit nya. Hujan sudah reda namun kilatan petir dan suara guntur terus bersahutan seakan tengah asik berbincang.

"Bun-da.. To-long... Ti-fa ta-kut!.. Hiks!" badan nya bergetar hebat kepalanya ia tenggelamkan di bawah lipatan tangan nya. Kilatan petir membuatnya semakin ketakutan.

Krek..

Suara dedaunan yg seakan ada seseorang yg menginjaknya membuat gadis itu mengangkat pandangan nya menatap sekeliling. Apa ada pertolongan untuk nya?

Sepi!

"Sshh.. Ssshh... Ssshhh.."

"Su-suara itu!" batinnya menelan salifanya susah, tatapan nya mencari asal suara yg ia yakini jika itu adalah... Ular!

"Ular nya mana? Kok gak ada?" gumamnya. Tatapannya terus menatap sekitar, kilatan petir masih saja terus menerus menjadi lentera di malam yg gelap dan dingin itu. Namun hewan yg ia cari tak kunjung ia dapat dimana posisi nya. Suara hewan tersebut semakin terasa dekat di pendengar nya. Tatapan nya menoleh ke atas, seketika mata nya membola melihat hewan tersebut juga menatap ke arahnya. Menatap mangsa yg akan menjadi santapan nya malam ini.

"Ssshh.. Sshh.."

"AAAAKKHHH!!"

~~~

Halooo!! Aku lanjut ini lagi... Gimana part ini?

Lapak sebelah udah end.. And aku bakal fokus ke sini.. Hehehe..

Kalau suka vote and comen ya.. Jgn lupa follow kalau mau! Hihi..

Oh ya.. Typo bertebaran!

Partnya belum di revisi!!

Sebelum pergi.. Ada pesan buat author? Atau pemainnya?

Author tunggu...

See you next chapter!!

🌸🌸🌸

FILW KETOS!! {𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙳𝙸𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang