Suara ricuh terdengar menggema kelas XI IPA 1. Sedangkan pelaku kericuhan itu tengah duduk enteng sembari mencomot siomay milik temannya dgn wajah tak berdosa tentunya. Sedangkan sang pemilik siomay sudah geregetan sendiri ingin melahap teman tak berakhlak nya ini.
"Lo bisa gak sih, kalau mau makan sesuatu itu, ya beli sendiri!! Bukannya makan punya orang dgn tampang polos laknak lo itu!!" Bara mengoceh sembari menarik paksa siomay miliknya, jgn heran mengapa laki-laki itu bisa disini, jika biasanya saat istirahat mereka nongki di rooftop atau di kantin, namun sekarang mereka tengah berada di kelas IPA 1.
Niat awalnya ingin membujuk Tiffany agar kembali berbaur, namun seperti kedatangannya bukannya membuat Tiffany kembali happy, justru malah memperparah mood gadis itu. Bara ketemu Tio, bagaikan Tom and Jerry yg di persatukan, tiada menit tanpa gelut.
"Lo berdua bisa diem gak sih? Kalian ke sini buat bujuk Tiffany, bukan malah kalian yg mau dibujuk biar gak gelut mulu!" lerai Bintang, remaja itu sudah lelah dgn tingkah teman minim adabnya itu.
"Lah! Salahin si Tio! Lagian gak modal bener jadi cwok!" Bara berucap berusaha membela diri, namun Tio baru berniat ingin membuka mulut di hentikan oleh ucapan Tiffany.
"Mending lo semua pergi! Gua pengen sendiri!"
"Tif! Lo kan ketos nih, kita gak mau sekolah jadi kacau karena lo galau, lagian udah mau sebulan lho! Tapi lo masih galau dan berharap dia masih idup! Tif, gua tau gak mudah jadi lo, tapi tolong, kesehatan lo jadi taruhannya!" Dion berucap seolah laki-laki itu adalah manusia paling pintar, walaupun aslinya dia hanya manusia minim akhlak, entah kesurupan apa bocah satu ini.
"Gua tau kok, Yon! Gua cuman butuh waktu!" tuturnya lirih, gadis itu memilih menatap keluar jendela.
"Berapa lama lagi, Tif? Om Geo sama Tante Fany bentar lagi balik! Lo mau jadi sasaran mereka lagi? Nilai lo anjlok akhir-akhir ini!" Alvan menimpali, laki-laki itu sedari tadi hanya diam di samping Tiffany, sementara sahabatnya ada di depan meja mereka, entah kursi siapa yg mereka colong.
"Gak usah bahas mereka, Van!!" Tiffany melirik tidak suka.
Alvan dan teman-temannya memilih diam, seperti nya Tiffany sudah tepat dgn keputusannya sendiri. Tak peduli seberapa besar siksaan yg akan orang tua nya beri, gadis itu tetap kekeh untuk berdiam diri dan menyelidiki sendiri ke ganjalan dari kepergian sahabatnya.
***
Mata indah yg beberapa minggu ini tertutup kini perlahan terbuka, silau cahaya lampu berhasil membuatnya menyipitkan matanya. Alisnya mengkerut pertanda kebingungan dgn tempatnya berada sekarang. Ruangan yg mendominasi warna hitam dan cahaya lampu yg remang-remang.Perlahan gadis itu bangkit dari posisinya menjadi duduk, tatapannya tak sengaja menangkap sosok gadis dgn rambut acak-acakan, pakaian yg jauh dari kata rapi. Kulit putih pucat di padukan dgn bibir pucat nya, tatapan matanya kosong menatap ke celah kecil tembok tempat keduanya berada. Tak ada jendela sehingga hanya cela kecil saja yg di lapisi jaring besi, guna udara dan sinar matahari masuk ke ruangan tersebut.
Gadis itu menunduk menatap tangannya yg terpasang selang infus, sebenarnya dimana dirinya?. Rumah sakit?, mana mungkin, tak ada aroma obat-obatan yg selalu menjadi ciri khasnya. Hanya ruangan gelap dan lembab yg ia tempati, dua kasur putih yg nampak lusuh, salah satunya yg ia pakai.
"Lo udah sadar?!" gadis dgn rambut acak-acakan itu bertanya dgn nada datarnya. Tatapannya tajam namun tersirat keputus asaan di dalamnya.
"I-iya, ini gua dimana?" Liyora, gadis itu bertanya dgn keberanian kecilnya.
"Penjara manusia berkedok iblish!" ungkap gadis itu, jangan lupa senyum miris terpampang jelas di wajahnya.
Liyora diam mencerna ucapan gadis yg tak ia kenali ini. Sepintas ingatan sebelum dirinya tak sadarkan diri kembali berputar bagaikan kaset rusak di benaknya.
"Bunda! Kayaknya rem-nya blong deh! Ini gak bisa!!" panik Liyora, keringat dingin sudah bercucuran membasahi pelipisnya, jantung nya berdetak semakin cepat sehingga rasa takut semakin memenuhi perasaannya.
"Jangan panik! Kalau kamu panik yang ada makin bahaya, Yor!" tidak dapat di pungkiri Yerany pun merasakan rasa takut yg sama. Namun dirinya harus tetap terlihat baik-baik saja dan menenangkan putrinya.
Liyora tak menjawab, gadis itu tetap berusaha menetralkan rasa takut yg begitu membuncah. "Bundaaaa!!"
Bruk... Brak..
Kesadaran kedua hilang saat itu juga. Kepala Yerany membentur dashboard mobil. Sedangkan Liyora kepala gadis itu membentur stir mobil dengan cukup keras.
Kepalanya berdenyut setelah sepintas ingatan itu muncul di benaknya. Namun sedetik kemudian matanya melotot mengingat dirinya bersama sangat Bunda. "Bunda?! Astaga! Bunda di mana?" ujarnya seraya menatap gadis yg duduk di kasur sebelahnya yg sedari tadi menatap dirinya dengan tatapan tak terbaca.
"Jangan tanya ke gua! Liat lo ada aja waktu itu buat gua kaget." ujar Mentari dingin.
"L-lo udah lama disini?" Liyora memberanikan diri bertanya, melihat kondisi gadis itu membuat merasa sedikit iba.
"Tiga tahun, kenapa?"
Mata Liyora melotot kaget, apa-apaan tiga tahun? Selama itu gadis itu berada di ruangan gelap, sunyi dan tanpa ada nya kehidupan yg layak?.
"What? Dan lo kuat?" ungkap Liyora tak percaya.
"Hmm... Di kuat-kuatin."
***
Hembusan angin sepoi-sepoi yang mengakibatkan rambut panjang gadis itu berterbangan mengikuti kemana arah angin. Saat tengah asik duduk di halaman belakang, suara notifikasi di benda pipih yang tergeletak di dekatnya bergetar sebentar. Notifikasi pesan dari aplikasi instagram nya membuatnya mengkerutkan alisnya bingung. Siapa yang mengiriminya pesan melalui instagram?Tangannya meraih benda tersebut, tepat saat dirinya membuka pesan itu. Satu video berdurasi tiga menit saja yang terlihat, tak ada pesan lain. Karena rasa penasaran gadis itu memilih untuk memulai video tersebut.
Beberapa menit kemudian tangannya bergetar, rasa amarah dan kecewa beradu menjadi satu. Ada rasa tak percaya namun bukti ini adalah bukti kuat baginya. Orang yang dirinya percaya ternyata menusuknya dari belakang, hal itu yang semakin membuat bergetar hebat. Ketenangan yang sempat datang kembali rusak oleh rasa emosi yang tertahan. Cairan bening itu kembali menggenang di pelupuk matanya. Nafasnya tersendat menahan sesaknya kenyataan yang begitu pahit, dirinya pikir dia yang selalu bersamanya, menenangkan nya disaat bersedih tidak akan melakukan hal sekeji ini.
Namun, itulah kenyataan yang dirinya ketahui sekarang. Kenyataan diluar dugaan dan prediksi nya. Benar-benar fakta yang mengejutkan, hidup memang penuh misteri, namun dirinya tak menyangka jika dia yang terlihat baik ternyata memiliki misteri tersendiri. Misteri yang menjadi hal yang berhasil membuat rasa benci di dalam hati membuncah begitu saja.
"Alvan! Jadi lo pelakunya!" gumamnya dengan senyum miris.
~~~
Gimana? Ada misteri apa tuh?
Liyora ternyata masih idup😭
Tapi dia dimana hayoo? Mentari siapa ya?Jangan lupa votmen tayankkk.... Follow juga bagi yang belum yaa..
Masih pemula, jadi maklum jika belum terlalu mahir dalam tata bahasa, dan masih banyak typo..
Tolong tandain aja ya, typo nya.. 😁
See you next patr!..
🌸🌸🌸

KAMU SEDANG MEMBACA
FILW KETOS!! {𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙳𝙸𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸}
De Todo𝙷𝚊𝚕𝚘 𝚐𝚞𝚢𝚜 𝚊𝚔𝚞 𝚙𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚊𝚛𝚞.... 𝙹𝚘𝚒𝚗 𝚔𝚞𝚢𝚢𝚢.... Hidup yang di penuhi teka-teki, terutama dalam keluarga nya. Tiffany, gadis yg selama dituntut menjadi nomor satu oleh orang tua-nya. Memiliki sahabat yang bagai...