25. Gift

1.7K 204 17
                                    

dengan perasaan risau dan takut ashel membuka tespek itu, dia belum siap jika dia hamil.

ashel menghela nafasnya kasar, dengan cemas ashel mengikuti petunjuk di kemasan alat tes kehamilan itu dan melakukannya sesuai petunjuk.

setelah menggunakannya, ia taruh alat itu di wastafel sembari menunggu hasilnya.

disisi lain terdengar suara adel yang terus menerus memanggil ashel dan bertanya "bagaimana".

adel yang tak kunjung mendapat jawaban dari ashel pun memutuskan untuk masuk ke dalam, langsung berdiri di belakang ashel.

"gimana? udah ada hasilnya belum"
"apa jangan jangan kamu gatau cara pakainya?" ucap adel, namun tidak mendapat jawaban dari ashel karena ashel fokus melihat alat itu.

ashel membelalakan matanya ketika melihat 2 garis di tespek itu, ashel yang tampak kaget dan kehilangan keseimbangannya langsung berpegang ke wastafel dan menangis

"loh kamu kenapa ko malah nangis?" ucap adel berpindah ke samping ashel

ashel tidak menjawab, dia hanya memberikan tespek itu kepada adel

"jujur aku belum siap" ucapnya lirih

"kamu hamil cel?" tanya adel dengan suara yang sedikit bergetar.

ashel hanya mengangguk, adel langsung memeluk hangat istrinya.

"jangan takut sayang, kalo kamu belum siap aku akan bantu kamu sampe kamu siap" ucap adel, namun tubuhnya langsung di dorong oleh ashel

"tapi tujuan kita nikah bukan buat ini del, aku belum siap" ucap ashel

"iya, nanti kita ke dokter kandungan buat konsultasi. sekarang kamu tenang dulu, jangan nangis okei" ucap adel mengelus kepala ashel

•••

ashel menatap jendela apart, hujan turun di malam. cuaca yang dingin saat ini sedingin sikap ashel kepada adel sekarang.

adel datang membawa nampan yang berisi susu hangat dan cookies untuk ashel.

adel menaruh nampan itu di nakas lalu menghampiri ashel yang tengah melamun, diusapnya kepala ashel pelan - pelan

"diminum ya susunya, kamu kan sekarang butuh nutrisi yang lebih banyak karena hamil" ucap adel, ashel hanya menatapnya sebentar enggan memberi jawaban satu kata pun.

adel pun mundur menjauhkan dirinya dari ashel dan bersandar mengusap kasar wajahnya. dia bingung harus apa sekarang? hening seketika

"kamu sengaja ya hamilin aku?" suara ashel memecah keheningan

"h-hah? kita kan udah nikah kalo pun kamu hamil ya itu kan wajar kamu udah punya suami, kamu tu kenapa" ucap adel terheran - heran

"aku gamau punya anak dulu, aku mau kuliah adelll" ucap ashel

"ya terus sekrang mau gimana? mau kamu bilang kamu gamau punya anak berkali kali pun itu anak udah jadi. mau gimana coba" jawab adel

"ya gimana aku mau masuk universitas negeri, gimana caranya orang yang hamil bisa lolos tes?"

adel terdiam mengingat peraturan itu.

"trus aku harus nunda lagi? 2 tahun? gitu?" tanya ashel bertubi - tubi

"maaff" ucap adel, sekarang adel merasa terpojokan

"terus kamu mau apa? mau gugurin anak ini?" lanjutnya

"ya engga lah, emang kamu pikir aku setega itu" jawab ashel

"yauda kalo gitu tidur sekarang, besok pagi kita pergi ke dokter kandungan" titah adel

•••

pagi ini ashel dan adel sudah berada di rumah sakit, ashel sedang diperiksa oleh dokter kandungannya memastikan berapa lama usia kandungannya.

"ashel, rava kalian bisa lihat titik kecil di monitor. itu merupakan embrio yang sekarang masih berusia 2 minggu yang memungkin kan di minggu minggu ini ashel akan merasakan mual karena perubahan hormon" ucap dokter

"tapi dok saya mau tanya, apa ini gapapa saya hamil di usia saya yang baru 19 tahun?" tanya ashel

"setelah saya cek keseluruhan, organ reproduksi kamu sudah mengalami kematangan, secara fisik kamu sudah siap mengalami kehamilan" jelas dokter

"baru fisik yang siap, mentalnya belum" ucap ashel

dokter Luna terdiam dan melirik adel yang merupakan juniornya di rumah sakit itu


"sebetulnya kalo kamu sudah dinikahi seseorang, siap tidak siap kehamilan pasti akan terjadi tapi kehamilan juga bisa direncanakan" ucap dokter luna

"saya tau hal ini tidak sesuai rencana kalian, tapi kalian harus tetap menjaga kehamilan ini gimana pun juga ini gift, anugerah dari tuhan untuk kalian berdua" sambungnya

ashel terdiam, berpikir ucapan dokter luna ada benarnya.

"kamu juga rava harusnya kamu kasih pemahaman ke istri kamu, kamu juga kan dokter meskipun bukan bidang kamu tapi pasti kamu paham lah" ucap dokter luna kepada adel

"dokter gatau aja sekeras apa istri saya kalo di kasih tau, saya males debat dok" balas adel

"ya gimana aku mau denger, orang kamu jelasin kaya orang marah marah gitu" balas ashel tak mau kalah

"kan dok, denger sendiri saya lagi yang kena" keluh adel

"eh udah ko malah berantem disini, wajar kalo istrinya moodnya ga jelas kan lagi hamil, kamu ga seneng ya ashel hamil" ucap dokter luna

"suami mana yang ga seneng pas tau istrinya hamil dok? cuma dia dari semalem ngotot gamau punya anak aja jadi down saya nya" jelas adel

"tuh denger suaminya seneng kamu hamil, sekarang kamu boleh bangun saya resepin vitamin untuk kamu minum setiap hari" ucap dokter luna pada ashel

"baik dok" balas ashel singkat

adel membantu ashel bangkit dari ranjang lalu menggandeng nya.

"makasih ya dokter luna sudah ngasih pemahaman ke istri saya yang kepalanya keras seperti batu ini" ucap adel bercanda

"iya rava udah jangan dibecandain terus, nanti bad mood tuh" ucap dokter luna

ashel memanyunkan bibirnya dan menatap adel sinis, sedangkan adel yang melihat tingkah istrinya itu terkekeh gemas

"apa, mau marah? marah aja kalo mau aku cium didepan dokter luna" ucap adel

"iiihh enggaaa" ucap ashel sambil mencubit kecil perut adel

tbc...
selamat menungguu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Husband Is A DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang