pagi hari ashel sudah bersiap - siap untuk pergi bersama calon suaminya yaitu Rava Adelio Hapsari.
ia mengenakan riasan wajah dan pakaian terbaik yang dia punya.
ashel menunggu adel di ruang keluarganya.
chiko nampak keluar dari kamarnya, pria berusia 22 tahun itu baru saja bangun dari mimpinya, ia mengucek matanya kala melihat adiknya berpenampilan rapih sepagi itu.
"kamu mau kemana? pagi pagi gini udah rapih aja" tanya chiko
ashel memasang wajahnya datar "mau ke rumah cowo aneh" jawabnya
"yaudah ti ati, kalo dia macem macem bilang sama kakak" ucap chiko
"siap ka, kayanya dia udh dateng deh aku pamit ya" ucap ashel ketika mendengar suara mesin mobil dari luar
ashel beranjak pergi dari ruang keluarga, sedangkan chiko hanya memperhatika langkah gadis itu sampai menghilang. pria itu tertegun menyadari adiknya akan di nikahi oleh pria yang lebih tua darinya.
"ashel... rasany kakak pengen ngajak kamu lari dari kenyataan, tapi sayangnya kaka ga bisa. sampe kamu harus menanggung sesuatu yang bukan kewajiban kamu" monolog chiko
"kamu merelakan masa depan kamu demi kehidupan kita, dan demi senyum papi. janji sama kaka kamu harus bahagia de" batinnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ashel masuk ke dalam mobil adel, adel melirik penampilan ashel dari atas sampai bawah
sampe bawah~ sampe bawah~ becanda. lanjoot
"sepertinya kita ga perlu ke salon lagi, penampilan kamu udah lumayan" ucap adel
"ya udah, sesuai janji kita kemarin ya gue mau ketemu temen temen bimbel dulu" ucap ashel menagih janji adel semalam
"jangan lama lama. saya kasih kamu waktu 15 menit ketemu temen kamu itu" timpal adel
ashel hanya menganggu, wajah ashel tak bisa di bohongi perasaan antara khawatir, canggung, sedih bercampur menjadi satu. gadis itu tidak seberisik biasanya kali ini ia hanya berbicara seperlunya
ashel telah mengatur janji dengan seseorang di suatu tempat, dari dalam mobil gadis itu sudah berusaha mengatur detak jantungnya karena hendak menemui orang itu.
langkahnya perlahan tapi pasti mengarah pada seorang pemuda yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya, jemari ashel mengepal dengan kuat untuk memberanikan dirinya menyapa pemuda itu.
"zee.. udah lama nunggu?" sapa ashel sambil tersenyum
pemuda bernama Zeandra pun menoleh ke arah ashel, ia membalas senyum ashel dan melepaskan earphone dari telinganya.
"sebentar, kamu mau bimbel atau mau kmana? kok baju kamu rapih kaya gini?" tanya zee
ashel pun duduk di samping zee
"aku minta ketemu sama kamu di sini bukan buat bimbel, tapi aku mau bilang sesuatu sama kamu" ucap ashel
"kenapa? ada masalah lagi sama keluarga?" tanya zee
ashel yang di tanya seperti itu menggelengkan kepalanya
"dua minggu lagi aku nikah zee, dan mulai hari ini aku berhenti bimbel" ucap ashel, zee mengernyitkan dahinya
"bercanda kan kamu? udah lah shel aku udah ga mempan di prank beginian" ucap zee sembari tertawa kecil
"aku serius, ga bercanda sama sekali" tegas ashel
"kamu nikah sama siapa? jangan bilang skrng kamu lagi hamil? kenapa aku harus denger kabar gaenak kaya gini" ucap zee tiba tiba lesu
"ceritanya panjang zee, tapi yang jelas aku nikah karna perjodohan bukan karna aku hamil di luar nikah" jelas ashel
"oh begitu, hidup memang sulit di tebak ya. beberapa tahun lalu aku nyatain perasaan sama perempuan dan perempuan itu mau nerima aku stelah usia dia 19 tahun..." ucap zee mentaap ashel sendu
"... tiga bulan lagi perempuan itu usianya 19 tahun. tapi pagi ini aku tiba tiba dapet kabar kalo dia mau nikah? huffft.... rupanya ini yang aku dapat setelah menunggu 2 tahun" ucapnya tersenyum getir
ashel menggenggam tangan zee "aku minta maaf zee, aku terpaksa" ucapnya lirih
zee memaksa senyum di bibirnya "aku gapapa shel, selamat ya semoga kamu bahagia. aku permisi" ucap zee
zee bangkit dari duduknya tapi ashel masih menggenggam tangannya. zee pun menarik pelan tangan ashel yang menggenggamnya
"makasih ya ashelia udh ngasih tamparan sepagi ini" ucap zee
adel menghampiri keduanya karena di rasa pertemuan ashel dan zee sudah lewat dari 15 menit
"masih lama ashel? kita udah di tungguin loh sama mamah saya" ucap adel datar
"itu calon suami kamu datang, aku pamit good luck ya buat hari ini" ucap zee sambil beranjak pergi
zee berjalan dengan cepat meninggalkan ashel, sementara ashel hanya menghela nafasnya kasar. ia menatap punggung zee dengan penuh penyesalan.
zee nenutup kepalanya dengan kupluk hoodienya, entah benar atau tidak penglihatan ashel zee nampak sedang menyeka sesuatu di wajahnya
"zee mungkin aku salah liat, tapi kalo itu bener tolong jangan terlalu lama nangisin perempuan sperti aku" batin ashel
ashel mengepalkan tanganny kuat untuk menahan supaya air matany tidak jatuh tapi sayangny dia gagal, air matanya meluncur begitu saja dari kedua matanya.
"zee maafin aku" ucapnya pelan sambil memandang punggung zee yang perlahan menghilang dari penglihatannya