Bagian 11. Melebur Semesta

982 127 53
                                    

Biarpun sering mengatakan jika dirinya tidak pernah ingin berketurunan, terkadang, Christy juga membayangkan sebuah rumah yang hangat dengan iringan tawa dari anak-anaknya yang menggemaskan.

Anak-anak yang saat dia pulang dari lelahnya bekerja akan berteriak menyerukan namanya, berlari menggunakan kaki-kaki mereka yang mungil menuruni undak-undakan rumah ke arah carport tempat mobilnya berada, kemudian berebut untuk menjadi yang pertama dipeluk atau digendong olehnya.

Anak-anak yang... mungkin, akan menjadi seseorang yang senantiasa bangga dan mengapresiasi apa pun yang ibu mereka lakukan, yang mencintainya tanpa syarat dan tapi, yang selalu bersedia mengingat hal-hal kecil yang Christy suka atau tidak suka lebih banyak daripada Christy sendiri.

Anak-anak yang akan Christy usahakan mimpi-mimpi dan kebahagiaannya dengan semua hal yang ia punya. Yang karena mereka, Christy mau berhenti berdoa agar segera mati pada usia muda, yang pada mereka pula Christy berani berjanji bahwa semua cadas dan terjal kehidupan yang pernah Christy alami, tidak akan pernah direguk oleh mereka juga.

Namun demikian, waktu itu, ketakutan Christy mengulang cerita kelam Adrian Bimantara dan Sarah Aishwara—yang kemudian membuat masa kanak-kanaknya tercederai sampai sekarang—membuat Christy hanya sanggup menyimpan semua dambanya dalam wujud angan semata. Dia tidak cukup berani untuk mewujudkan semuanya menjadi nyata, tidak cukup percaya diri bahwa nanti dia dapat benar-benar memberikan kebahagiaan, kehangatan, dan kenyamanan sebagaimana yang seharusnya anak-anaknya dapatkan.

Sampai akhirnya, Azizi datang di dalam kehidupannya. Kendati sempat membuatnya sebal bukan kepalang, mengutuk dan merutuk hampir setiap hari karena sudah membuat rencana Christy untuk tidak pernah menikah menjadi berantakan hanya karena niat sok baiknya, serta membuatnya naik pitam karena pria itu selalu bertingkah aneh dan menyebalkan, tetapi Christy patut mengakui jika bersama Azizi, pernikahan menjadi tidak seburuk yang ada di dalam pikirannya.

Azizi berhasil menghapus satu demi satu kata seram yang selama ini melekat dengan kehidupan pernikahan lewat besar dan kecil hal-hal yang pria itu lakukan.

Azizi membuat Christy yang tidak pernah lagi percaya dengan janji-janji manis laki-laki mana pun setelah Papa mengkhianati Mama, perlahan-lahan, merasa bahwa masih ada laki-laki yang bisa dia pegang segala perkataannya.

Kendati tidak terdengar semanis janji Papa, tetapi tawaran Azizi Asa untuk memulai kehidupan baru yang bernamakan perkawinan tanpa perlu menakutkan bayang-bayang masa lalu orang tuanya cukup oke juga.

Terdengar realistis dan... ya, sedikit menyentuh hati Christy yang sudah lama sekali kebas dan mati rasa.

Christy harus mengakui kalau sepanjang lima bulan kehidupannya bersama Azizi Asa, dengan semua keterbatasan yang laki-laki itu punya, Azizi selalu berusaha untuk menepati semua kata-katanya, janji-janjinya, dan membantu Christy menemukan definisi lain perihal pulang dan rumah.

Omong-omong soal Azizi, kemarin sore, sepulangnya laki-laki itu dari studio musik, mereka bertolak ke rumah Sarah Aishwara. Tentu, Azizi yang mengajak. Christy tidak punya inisiatif atau bahkan niatan untuk mengunjungi wanita tersebut. Bahkan, saat Azizi mengajaknya, Christy sempat menolak mentah-mentah ajakan tersebut karena tidak memiliki energi untuk bertemu mamanya sendiri.

Setiap pulang ke rumah, yang ada di dalam bayangan Angelina Christy ialah kata dingin yang jauh sekali dengan kehangatan. Hal-hal hangat di meja makan dapat seketika berubah menjadi perseteruan tiada putus hanya karena egonya dan sang Mama yang selalu berbenturan.

Ya, tapi bukan Azizi Asa namanya jika tidak berhasil membujuk Angelina Christy dan membuat perempuan itu harus bersedia menginap di kediaman Sarah Aishwara sampai Minggu pagi tiba.

KONSTELASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang