Bagian 01. Pengantin Baru

2.1K 195 31
                                    

Menginjak remaja, Angelina Christy mulai berpikir untuk tidak pernah menikah. Melajang dan menjadi kesepian di usia senja pun baginya tidak masalah.

Alasannya bukan karena ia mempertimbangkan jumlah populasi manusia yang kian hari kian bertambah dan akan semakin banyak jika ia ikut-ikutan memilih menikah kemudian berketurunan, melainkan karena sentralisasi ekonomi, penyerapan sumber daya, akses konsumsi, dan segala jenis trickle down effect kapitalisme. Bagi Christy remaja, hal-hal tersebut akan terus menerus menyebabkan pernikahan beralur sama;laki-laki diminta menjadi gedibal kapital, perempuan diolok-olok sebagai umpan konsumerisme, dan anak-anak yang tak pernah memilih lahir ke dunia akan dianggap sebagai beban ekonomi semata-dan Christy tak pernah menyukainya, sejak remaja sampai sudah melampaui seperempat abad usianya.

Menginjak kepala dua, Angelina Christy juga masih tetap berpikiran untuk tidak pernah menikah. Kali ini alasannya cukup sederhana dan dapat dengan mudah diterima oleh isi kepala;contoh buruk dari Papa dan Mama tentang bagaimana seharusnya pernikahan itu dijalankan. Tabiat buruk Papa, keegoisan Mama, juga racun-racun yang kedua orang tuanya tebarkan di keluarga mereka, semuanya terekam jelas di kepala Christy, tanpa terkecuali.

Ketidakberdayaan Papa dan Mama untuk menunjukkan bagaimana seharusnya pernikahan itu dijalankan dan lingkup pertemanan yang cukup liberal sejak menjalani pendidikan strata satu sampai menamatkan strata dua, membuat Christy kian skeptis dengan ikatan suci bernama pernikahan itu sendiri. Dia tidak ingin mengulang nasib buruk hubungan Papa dan Mama, juga tak ingin mewariskan memoar-memoar menyeramkan yang ia alami kepada anak-anaknya nanti.

Sampai akhirnya manusia bernama Azizi Asa Banyubiru ini datang di kehidupannya, secara tiba-tiba, dan entah dari mana, untuk kedua kalinya. Mengacaukan semua idealisme yang mati-matian Christy pertahankan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama lewat kesalahpahaman paling tidak masuk akal yang sayangnya begitu sulit untuk diluruskan oleh mereka berdua, setidaknya di hadapan keluarga Azizi Asa.

Omong-omong soal Azizi Asa dan pernikahan mereka yang serba mendadak, dibungkus kilat, dan dilaksanakan secara cepat, sebenarnya, idealisme yang Christy pertahankan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama tidaklah jauh berbeda dengan apa yang Azizi Asa Banyubiru pikirkan-tidak pernah berminat untuk menikah dan berketurunan. Hanya saja, alasan yang melatarbelakangi Azizi Asa sangat amat bertolak belakang dengan apa yang digenggam oleh perempuannya.

Jika ketidakinginan Christy menikah banyak dilatarbelakangi oleh kondisi rumah tangga Papa dan Mama yang banyak kelamnya, Azizi Asa tidak demikian-setidaknya itulah yang ia pikirkan.

Azizi tumbuh di dalam keluarga yang cukup ideal. Bunda dan mendiang Ayah menjalani kehidupan pernikahan dengan baik-baik saja, tidak ada keegoisan, kebohongan, atau racun-racun mematikan yang secara sengaja atau tidak dan sadar atau tidak ditebarkan oleh kedua orang tuanya selama ia tumbuh menjadi anak tunggal Ayah dan Bunda.

Rasa skeptis Azizi terhadap pernikahan timbul dari dirinya sebagai seorang individu itu sendiri. Selama ini, sampai usianya hampir menginjak kepala tiga kurang dari tiga tahun ke depan, ia tak pernah menemukan esensi dari ikatan yang disahkan oleh agama. Selama ini ia melajang dan kehidupan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Azizi tetap dikelilingi oleh teman-teman yang rendah hati, penuh welas dan asih, dan mendukung semua hal baik yang akan dijalaninya.

Dan Azizi merasa jauh lebih dari cukup dengan itu semua, dia merasa tak terlalu butuh pasangan, tak membutuhkan ikatan sakral, atau bahkan berketurunan. Azizi selalu merasa cukup dengan dirinya sendiri, sejak dulu sampai hari ini.

"For fucking shake! Akal-akalan siapa yang naruh bunga-bunga di atas kasur begini?"

Azizi baru saja masuk ke dalam kamar Christy ketika perempuan itu memekik setengah mati, berdiri kaku dengan wajah yang merah padam akibat terlampau berang melihat pemandangan di depan matanya kini-kelopak-kelopak mawar yang tak berminat ia hitung jumlahnya memenuhi kasurnya yang besar, direka hingga berbentuk hati dan tulisan happy wedding Mr. & Mrs. Banyubiru. Oh, jangan lupakan juga handuk berbentuk angsa yang tengah bercumbu di tengah-tengahnya, yang sudah dapat dipastikan membuat kepala Christy semakin pening setelahnya.

KONSTELASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang