Bagian 12. Untuk Lacurnya Lakumu

1.6K 195 71
                                    

Pada beberapa kesempatan, Azizi merasa kalau dia telah melampaui batas.

Akal sehatnya menggedor-gedor, memintanya agar segera sadar dan tidak melanjutkan apa yang dia-atau lebih tepatnya mereka-lakukan berdua. Namun, saat bibirnya yang tipis bertemu dengan bibir Christy yang dingin dan sedikit kering, Azizi merasa begitu terbuai oleh rasa manisnya hingga ia tidak ingin berhenti.

Azizi ingat, ada sedikit rasa markisa saat mereka mulai mencecap dalam ciuman pertama yang serba kaku dan kikuk malam tadi.

Dan, saat kulit mereka mulai bersentuhan, tubuh Christy yang hangat membuat Azizi merasakan kata pulang yang sesungguhnya, seolah-olah dia telah menemukan tempat yang selama ini begitu ia damba, yang selalu ia pinta, hingga Azizi tidak mampu mendefinisikan betapa ia tak mau lagi pergi dari sana karena rasa nyaman dan aman yang luar biasa.

Azizi masih agak ingat bagaimana darah yang asin tercecap oleh lidahnya ketika ia mencium Christy penuh tuntutan, bagaimana perempuan itu mendesis dan menggedor dadanya sebagai isyarat untuk mengembalikan tempo ciuman seperti sedia kala, dan... bagaimana setiap otot tubuh Christy mulai menerimanya.

Di dalam rengkuhan Azizi, tubuh Christy yang tinggi, tetapi tak sebegitu besar kemudian bergetar. Azizi mendengar perempuan itu melenguh panjang, membuat degup jantungnya berdebur semakin kencang, tetapi tidak menghentikan buaiannya terhadap perempuan yang mulai malam ini akan selalu ia pastikan bahagia dan amannya.

Azizi mulai merasakan sakit pada pusat tubuhnya. Ia mendambakan Christy dan telah mabuk dalam kehangatan yang ada pada setiap lekuk tubuh sang istri. Dia mengangkat kepala, menghentikan buaiannya pada Christy dan menatap perempuan itu dengan kabut gairah yang menutupi mata kemudian kembali memagut bibir semanis markisa milik sang puan, begitu lembut dan menuntut.

Azizi mendesis, matanya terpejam, sedangkan jantungnya berdegup semakin kencang. Deburannya menulikan telinga hingga tiada yang mampu Azizi dengar selain erangan Christy malam itu. Dia kemudian memelankan buaiannya, membiarkan Christy merasakan kenyamanan di tengah keintiman yang mereka ciptakan sebelum akhirnya membanjiri perempuan itu dengan sesuatu yang seharusnya mereka sebut dengan cinta.

Azizi tidak ingat berapa kali mereka mengulangi hal tersebut dalam satu malam yang penuh peluh, tetapi Azizi berani bersumpah bahwa saat ia bangun pada pagi harinya dan melihat punggung polos Christy di depan mata, satu-satunya hal yang ingin laki-laki itu lakukan ialah mengucapkan terima kasih sebanyak mungkin sambil menghujani Christy dengan ciuman-ciuman lembut di kening, pipi, kedua kelopak mata, ujung hidung, dagu, dan berakhir di bibir manis istrinya yang masih tampak merona.

Azizi ingin mendekap tubuh Christy seerat mungkin, mengecup punggung dan bahunya penuh kasih karena telah membagikan pengalaman ajaib bersamanya. Akhirnya, setelah malam-malam panjang yang dia habiskan dengan mandi air dingin setiap kali membayangkan banyak hal tentang Christy, imajinasi dan gairah yang selama ini tertahan melebur juga bersama penyatuan mereka yang terasa begitu luar biasa.

Azizi kini berharap keindahan yang semalam dia rasakan tidak dianggap sebagai sebuah perbuatan cabul atau, parah-parahnya, pemerkosaan oleh Angelina Christy.

"Mau minum air putih?"

Dengan gerakan lembut dan berhati-hati, Azizi merapatkan dirinya ke arah punggung Christy, beberapa saat setelah menyadari jika perempuan itu sudah bangun dan masih berada dalam kondisi yang sama saat keduanya melebur dalam kabut gairah yang membara. Hanya saja, sekarang, sudah ada satu selimut tebal berwarna abu-abu dan sedikit kusut yang membebat tubuh.

Azizi tidak tahu juga kenapa di antara banyaknya pertanyaan, ucapan selamat pagi, dan semua kata-kata manis yang bisa saja dia sampaikan kepada Christy, menawarkan segelas air putih justru menjadi satu-satunya hal yang ia pilih.

KONSTELASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang