Bagian 19. Ego

1.1K 183 89
                                    

Christy terbaring di ranjang instalasi gawat darurat dengan jantung yang berdebur kencang. Sambil menahan sakit yang kian menggigit, ia menggenggam ujung kausnya yang disingkap ke arah atas menggunakan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, sedangkan seorang dokter muda tampak fokus dengan layar hitam putih di sebelah kepala ranjang, menampilkan gambar hitam putih yang bergoyang samar.

"Saya masih mendapatkan gambaran janinnya," ujar dokter tersebut dengan nada yang mencoba menangkan. Kerut-kerut tajam yang muncul di kening pria tersebut cukup menjelaskan bahwa ada sesuatu yang mengkhawatirkan di layar sana. "Namun, ada beberapa bagian yang perlu diperhatikan. Detak jantungnya terdengar sangat pelan dan sepertinya kami memerlukan observasi lebih lanjut untuk memastikan bahwa janin dalam keadaan yang baik. Nanti, kita pindah dulu ya, ke ruang perawatan intensif untuk ibu hamil."

Sarah yang sejak tadi berada di samping ranjang sang putri bersama Vito hanya sanggup menelan ludah, merasakan hatinya mencelos. Dia tahu ini bukan kabar baik, meskipun dokter yang memperkenalkan dirinya sebagai dokter Arman tampaknya masih berusaha menenangkan keadaan.

Sementara seorang perawat menyiapkan infus dengan gerakan terlatih dan seorang yang lainnya memasangkan manset di lengan Christy, dokter Arman kembali melanjutkan perkataannya, "Saya tahu ini sulit, Christy, tapi kamu harus percaya pada kami, oke? Kami akan melakukan yang terbaik untuk kamu dan bayimu," ujar dokter Arman, dia tersenyum tipis, kemudian menoleh ke arah perawat yang memeriksa tekanan darah Christy, "berapa tekanan darahnya?"

"Tekanan darahnya rendah, Dok. Sembilan puluh per enam puluh," kata perawat sambil mencatat angka pada monitor.

Dokter Arman mengerutkan kening. "Kita stabilkan tekanan darahnya dulu sebelum dipindah ke ruangan. Berikan saline drip 500 ml bolus."

Perawat tersebut dengan cekatan mengatur laju infus, memastikan cairan infus mengalir lebih cepat agar tekanan darah Christy dapat segera stabil. Perempuan itu mulai merasakan dingin di lengannya saat cairan infus masuk dan dia menutup mata, berusaha mengatur napas yang terasa berat.

Perawat lain mulai menyiapkan masker oksigen untuk Christy, mengaitkannya di sekitar wajah dengan lembut. "Kita akan bantu napasnya supaya lebih lega ya, Bu," ujar perawat itu sambil tersenyum tipis, berusaha memberikan rasa nyaman.

Christy menarik napas dalam melalui masker oksigen, merasakan udara yang lebih sejuk masuk ke paru-parunya. Sedikit demi sedikit, dadanya yang tadi terasa begitu berat kini mulai sedikit lebih ringan, meskipun rasa sakit masih ada. Namun setidaknya, napasnya tak lagi seberapa sesak.

"Monitor saturasi oksigen. Jangan sampai turun di bawah 95%," perintah dokter Arman, lagi, "Kita juga perlu cek hemoglobin untuk memastikan pasien tidak mengalami anemia parah akibat pendarahan ini. Setelah itu, kita pindah ke ruang perawatan intensif."

Perawat itu kembali mengangguk dan menjalankan apa yang menjadi titah dokter Arman—mengambil sampel darah dari lengan Christy, yang bahkan tidak lagi mampu merasakan bagaimana rasanya ketika jarum itu mulai masuk menusuk kulit.

Singkatnya, beberapa menit kemudian, Christy merasakan tempat tidurnya mulai didorong menuju ruangan lain. Dia hanya sanggup memejamkan mata, mencoba menemukan ketenangan di tengah badai yang sedang melanda. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, Christy hanya tahu satu hal—dia akan berusaha bertahan, bagaimanapun caranya.

***

Ada kaset rusak yang berputar di kepala Azizi Asa pada saat jarum jam yang berdetak di pergelangan tangan kanan nyaris menunjuk waktu tengah malam.

Kalimat Vito yang terdengar tegas, tetapi parau terus berkelindan di kotak-kotak memoarnya, membuat degup jantung di balik dada sana berpacu dengan tempo yang tergesa-gesa. Rasa khawatir membuncah tanpa mampu dikendalikan, meluap memenuhi relung-relung jiwanya, merambat terus ke seluruh tubuh, sampai akhirnya kedua tangan yang mencengkram erat roda kemudi bergetar dengan sendirinya.

KONSTELASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang