"Aku permisi dulu, Kalin. Bisa antar aku ke halaman?"
"Aku..." Kalin mengarahkan wajahnya ke arah Arun yang lebih dulu masuk ke dalam rumah. "Boleh."
Raga menoleh ke arah villa. "So, are you happy with him?"
"Ga, just stop it."
"Aku bisa liat akting payah kamu sama suami kamu. Benar-benar menggelikan." Raga tertawa puas.
"Jangan temui aku lagi, Ga."
"Aku tahu kamu masih mencintaiku, Kalin. Arun hanya jadi pelarian kamu kan?"
"Ga, aku bilang hentikan! Lebih baik kamu pergi."
"Lihat aku, Kalin."
"Nggak."
"Kalin."
Kalin pelan-pelan menegakkan wajahnya dan menatap ragu ke dua mata Raga. Laki-laki yang masih dicintainya itu kini berdiri di hadapannya.
"Tiga hari lagi aku akan datang ke sini. I'll call you."
"Jangan, Ga. Aku nggak bisa."
"No more reason."
Raga mencoba menunduk dan mencium bibirnya. Kalin berkelit, namun Raga tetap mampu menjangkau pipinya. Tubuh Raga membelakangi villa dan kecil kemungkinan Arun bisa melihat apa yang dilakukannya.
"I love you, Kalin."
***
Arun sedang menonton TV ketika Kalin masuk dengan tergesa-gesa. Kalin melepaskan mantel dan bergegas menaiki tangga.
Arun menghela napas pendek dan menghembuskannya pelan-pelan.
Jadi, mau membuatku cemburu?
Entah mengapa pertanyaan itu terus saja menghimpit benak Arun. Hingga malam tiba, dia masih sibuk dengan tebakannya kalau Kalin sedang mencoba membuatnya cemburu. Mengajak mantan kekasih berkunjung ke rumah.
Sempurna sekali.
"Jadi, kapan aku bisa ikut ke perkebunan?" tanya Kalin. Dia sudah menyiapkan segala tindakan untuk menghindari kedatangan Raga lagi.
"Saya tidak ingat pernah mengijinkanmu ke sana." Arun menjawab dengan tidak acuh seperti biasanya.
"Ya sudah. Kalau begitu, aku mau ke peternakan saja." Kalin lekas menambahkan jawaban lain untuk pertanyaannya tadi.
"Kamu mau menghindarinya?"
"Ya, begitulah." Kalin mengangguk.
Sejenak dia merutuki dirinya karena tadinya dia terbawa suasana hingga membiarkan Raga mencium pipinya.Hubungannya dengan Raga memang sudah berlangsung lama. Tapi, Kalin berusaha menghilangkan semua alasan untuk kembali kepada Raga. Masa depannya adalah bersama orang lain. Seharusnya dia bisa menegaskan hal tersebut, namun setiap menatap wajah Raga yang dirasakannya adalah kenangan indah yang pernah mereka lalui.Raga adalah laki-laki yang baik. Dan bukan hal yang mudah melupakan seseorang seperti itu, terutama jika kamu pernah bercita-cita ingin menikah dengannya.
"Aku sudah menikah denganmu. Alasan itu sudah cukup untukku menghindarinya."
Arun mengulum bibirnya. "Alasan pernikahan memang alasan yang cukup aman."
"Sepertinya ucapanmu masih menggantung." Arun melanjutkan. "Tapi tidak begitu saja menutup kesempatan bagi orang lain untuk masuk kembali dalam kehidupan seseorang yang masih disukainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven In Your Eyes (Completed)
RomanceIn your eyes i see. Love. Heaven. Arundaya Agyana- Kalinda Triatomo