"Terimakasih."
Arun mengangguk. Sebuah perhatian sederhana, menyuapkan bubur, dan mengupaskan apel atau membantu memapahnya jika Ambar ingin ke kamar mandi. Mereka tidak benar-benar ditinggalkan berdua. Selalu ada paling tidak dua orang untuk menemani Ambar.
Sesekali setiap pulang dari bekerja, Arun menyempatkan menjenguk Ambar. Keadaan Ambar berangsur-angsur membaik. Ambar pun ternyata masih mengingatnya.
Ambar mungkin tidak tahu tentang bagaimana kehidupannya sekarang. Arun pun tidak pernah sekalipun membahasnya. Semua demi menjaga pikiran Ambar tetap tenang selama masa pemulihan.
Dia tidak tahu pasti kapan Ambar akan benar-benar sembuh.
Arun berharap secepatnya, dan dia akan membantu sebisanya sampai Ambar benar-benar mampu kembali seperti semula.
"Dari jenguk Ambar ya?"
"Hmm."
Kalin lagi-lagi menyambut kedatangannya dengan pertanyaan yang sama. Arun menyaksikan Kalin hanya tersenyum tipis, lalu pamit untuk kembali lagi ke dapur.
Arun mengikutinya.
"Sibuk banget kelihatannya."
"Udah selesai kok." Kalin menjawab sambil membereskan tampilan meja dapur yang cukup berantakan. Menjadi koki terkadang sedikit menyulitkannya untuk urusan beres-beres.
Arun mengambil gelas, kemudian membuka lemari es untuk mencari botol air minum.
"Run, kapan nih kita ke Jakarta?"
Tidak ada urusan yang mendesak di Jakarta. Kalin mengaku hanya ingin mengunjungi keluarganya saja.
"Kapan aja boleh. Aku ikut kamu saja." Arun meneguk air dingin, mengecup ringan pipi Kalin dan berpamitan untuk mandi.
***
Kalin menatap testpack di tangannya. Dua garis sudah cukup membuatnya terhenyak sesaat. Terkejut sekaligus bahagia. Senyum terus merekah di bibirnya. Dia belum akan memberitahu Arun sampai mengecek sekali lagi ke dokter. Butuh hasil pemeriksaan yang akurat sampai dia benar-benar yakin untuk memberitahu Arun.
Setelah meminta ijin kepada Arun dengan alasan mengunjungi salah satu sahabatnya, Kalin memberanikan diri mengunjungi salah satu dokter kandungan yang dulunya memang sudah diketahui alamatnya, ketika dia merencanakan untuk menikah dengan Arun. Dua hari sebelumnya, Kalin memang telah membuat janji melalui telepon. Dan karena dokter Rina mengenalnya, jadi mudah mendapatkan jadwal periksa.
"Selamat ya, Kalin. Kamu positif hamil. Usia kandungan kamu memasuki minggu ke tujuh. Dijaga baik-baik ya?"
"Terimakasih, Dokter."
Sebuah kejutan yang membahagiakan. Kalin menjabat tangan dokter Rina sambil berkali-kali mengucapkan terimakasih.
Dia benar-benar tidak sabar memberitahukan hal itu kepada Arun.
***
Sejak pulang dari dokter, Kalin berusaha untuk menyimpan paling tidak sampai mereka kembali lagi ke Puncak. Dia menahan diri untuk tidak memberitahukan kabar kehamilannya kepada keluarganya sampai usia kandungannya beranjak ke bulan ke tiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven In Your Eyes (Completed)
RomanceIn your eyes i see. Love. Heaven. Arundaya Agyana- Kalinda Triatomo