"Pulau Serumpun adalah sebuah Pulau yang dihuni oleh Suku Melati, yang mempraktikkan budaya Melatian. Budaya ini mengharuskan setiap penghuni pulau untuk memiliki status pernikahan berpasangan yang terikat secara formal.
Dalam masyarakat Melatian, proses mencari pasangan hidup dianggap sebagai bagian penting dari perjalanan spiritual dan pertumbuhan pribadi. Setiap tahun, Suku Melati mengadakan festival besar yang disebut 'Pesta Serumpun', di mana setiap pasangan dari berbagai desa di pulau berkumpul untuk menemukan harmoni demi mempererat ikatan mereka dalam hidup yang semakin romantis."
ㅡ
Harlingga menjadi ketua regu jurnalistik di tugasnya kali ini bersama Baraga, seorang dari departemen Video Jurnalistik yang menemaninya sebagai ketua Video. Mereka pergi dengan total lima orang jurnalis termasuk Baraga dan Harlingga, dua orang anak magang, dan satu orang lain yang mendapat tugas utama mendampingi kedua anak magang itu.
Tugasnya kali ini cukup menarik, sebagai seorang Jurnalis yang senang mengeksplorasi keberagaman budaya, Baraga dan Harlingga rela menempuh perjalanan dengan lama perjalanan yang panjang. Melakukan penerbangan bahkan perjalanan laut hingga sampai di tempat mereka menginap di dalam pulau yang masih asri akan alam nya.
Mereka telah melakukan liputan perjalanan, Baraga dengan kameranya tau mana hal yang penting untuk ia rekam dan Harlingga dengan catatannya juga telah menulis banyak informasi penting selama perjalanan mereka.
Baraga dan Harlingga tidak dekat, mereka jarang mendapat tugas bersama dan hanya mengenal sebatas rekan kerja. Namun keduanya mengakui bahwa di tugas kali ini mereka memiliki chemistry yang baik dalam kerja sama tim. Sehingga jauh perjalanan yang ditempuh, tidak terasa melelahkan karena kerjasama tim yang baik.
"Menurut informasi dari masyarakat setempat pesta Serumpun bakal di gelar dua hari lagi, berarti maksimal besok kita udah harus di lokasi." Ujar Harlingga sambil membaca note dari informasi yang telah di dapatkannya.
"Kita difasilitasi helikopter, santai aja." Tambah Baraga yang melihat raut masam dua anak magang di tim nya, Saka dan Naura.
Untuk sampai ke pusat desa dimana seluruh budaya dan tradisi tertulis mereka perlu menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melewati perairan, sehingga kantor pusat memberi mereka fasilitas berupa penerbangan menggunakan helikopter untuk sampai di sana.
Masyarakat luar masih terpapar modernisasi dimana mereka memiliki akses pengunjung yang lebih mudah dan memberi perizinan untuk menggunakan helikopter, sedangkan masyarakat dalam mungkin memiliki aturan yang lebih ketat.
Sejauh ini, Baraga dan tim nya belum menemukan kesulitan yang menantang karena di sini mereka bahkan masih mendapat sinyal internet, salah satu hal yang tidak nyaman hanyalah fakta bahwa toilet berada di luar, harus berjalan sedikit jauh dari tempat menginap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bylines and Heartbeats (Hoonsuk)
FanfictionBaraga dan Harlingga adalah dua jurnalis yang penuh semangat dalam mengeksplorasi keberagaman budaya di seluruh dunia. Suatu hari, mereka memiliki tugas untuk pergi ke sebuah pulau terpencil yang legendaris, di mana suku asli yang hidup di sana memi...