12

877 112 48
                                    

Notice!

di chapter ini aku ada lampirin dua foto berisi fake chat antara Bara Lingga, entah kenapa kadang foto nya suka ga muncul setelah aku publish, jadi kalo kalian merasa gak menemukan ss-an fake chat nya tolong komen yaa, thank you!

di chapter ini aku ada lampirin dua foto berisi fake chat antara Bara Lingga, entah kenapa kadang foto nya suka ga muncul setelah aku publish, jadi kalo kalian merasa gak menemukan ss-an fake chat nya tolong komen yaa, thank you!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setiap pasangan di pulau serumpun hari ini serempak menggunakan kain putih lengkap dengan kalung pernikahan mereka yang harus terlihat. Setiap orang sangat bercahaya dengan keindahan bunga melati yang menghias anggun di rambut yang ditata rapi.

Mereka berada di sekitar kuil dekat sungai dengan air terjun ringan yang dipercaya sebagai tempat suci. Mereka percaya bahwa satu kendi air dari mata air tersebut harus mereka bawa sebelum ritual suci yang menutup haru-hari terakhir dari agenda pesta serumpun adalah hal wajib yang tidak boleh dilewatkan.

Begitupun Bara dan Lingga yang kini tertawa ceria dengan penampilan mereka yang terlihat sangat segar dan entah kenapa membawa energi yang positif. Mengabadikan momen setiap penduduk suku yang membasuh kakinya di sungai sambil mengambil air.

Mereka giliran terakhir, karena mereka adalah pasangan baru sekaligus jurnalis yang harus meliput kegiatan tersebut. Yang turun ke sungai untuk mengambil air adalah Bara, sementara Lingga menunggu di pinggir sungai berdiri di atas batu sambil memperhatikan rekannya yang mulai berjalan menuju air terjun.

Tiba-tiba tersirat di kepala Lingga tentang ritual sakral yang kembali mereka lakukan saat ini, sebuah perasaan bimbang penuh tanda tanya yang membuat hatinya menjadi gelisah.

Ia menarik nafas, lalu memilih memperhatikan air yang sangat jernih di depannya. Kakinya melangkah menuju satu batu lain di antara air sungai lalu kembali memperhatikan lekat air jernih dengan suara yang menenangkan.

Menenggelamkan telapak kakinya ke dalam air mungkin akan membuat perasaan Lingga lebih baik, bagaimana pun alam adalah obat terbaik untuk menetralisir perasaan menganggu dalam hati dan pikiran manusia.

Sehingga dengan senyum kecil Lingga memasukan sebelah kakinya ke dalam air, dinginnya air sukses memberi sensasi sejuk yang merambat ke hatinya, hingga detik selanjutnya Ia terhenyak saat melihat air jernih itu berubah keruh di sekitar kakinya yang di tenggelamkan.

Dengan cepat Ia menarik kakinya dari sana, memperhatikan air keruh itu yang perlahan jernih kembali disapu aliran air yang mengalir.

Hatinya yang gelisah kini kembali terganggu dengan detak jantung yang mulai tak beraturan, Lingga memperhatikan sebelah kakinya yang masuk ke dalam air dan Ia tidak melihat kakinya kotor sama sekali. Tapi mungkin saja telapak kakinya kotor terkena debu selama perjalan dari rumah menuju kuil.

Membuat Lingga akhirnya berjongkok untuk membasuh kedua kakinya hingga bersih. Setelah itu, Ia coba kembali memasukan sebelah kakinya ke dalam air, dan hal yang sama terjadi.

Bylines and Heartbeats (Hoonsuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang