"Yakin Bar mau nyetir buat gue? terus motor lu gimana?
Bara yang baru menekan tombol lift menuju basement menatap Lingga dan mengangguk, "yakin, gak tega gue liat lo dari tadi kerja terus." Jawabnya yang membuat Lingga memutar bola matanya malas.
Mereka pulang cukup larut kali ini dan kantor sudah sepi, hanya tinggal beberapa petugas kebersihan dan satpam di luar. Bara dan Lingga menyusuri lorong kantor tempatnya bekerja sambil membahas tentang video dokumentasi pulau serumpun yang ingin Bara tunjukan pada Lingga untuk dievaluasi bersama.
Hingga akhirnya mereka setuju untuk berdiskusi tentang itu di apartemen Lingga karena Lingga mengatakan ia perlu merakit rak baru nya malam ini. Bara juga menawarkan diri untuk mengemudikan mobil Lingga dan meninggalkan motornya di parkiran, Ia memperhatikan bagaimana Lingga terlihat lelah dan terkantuk-kantuk beberapa kali saat bekerja tadi.
Membuatnya tanpa keberatan melakukan hal itu.
Membiarkan Lingga duduk di samping kursi kemudi sementara ia mulai menyalakan mobil milik seniornya itu, "kali kali pake motor gitu biar gak mempersempit lahan parkir yang minimalis ini." Ujar Bara secara tak langsung juga mengkritik area parkir kantor nya yang tidak cukup luas menurutnya.
"Gue gak bisa bawa motor."
"Serius gak bisa?" Tanya Bara sedikit kaget sambil mulai melajukan mobilnya keluar dari area parkir.
"Serius, gak tau ya kek serem aja gitu pake motor tuh terus gabisa sambil nyalain musik."
"Lah sok tau." Bara menatap payah Lingga, "Aku loh kak bawa motor dari ujung Jawa sampe ujung Sumatra itu sambil nyalain playlist lagu rock dua belas album." Lanjutnya.
Hal itu disambut tatapan heran dan aneh Lingga, selain karena Bara tiba-tiba berbicara lebih sopan padanya namun penuturannya juga yang terkesan sombong dan fiktif.
"Gak bahaya apa? lu pasti dengerinnya lewat earphone, kan?"
"Lebih bahayaan orang bawa mobil abis kerja suntuk nyusun jurnal yang terbitnya aja entah bakal kapan, sih."
Lingga merogoh bantal leher di jok belakang mobilnya sebelum ia gunakan dan bersandar nyaman di mobilnya, "Lebay, bukan sekali dua kali ini lagian. Udah biasa." Ujar Lingga menyalakan ponselnya lalu memainkan benda itu hingga ia merasakan mobil perlahan berhenti di lampu merah, "lo nyetir nya enak juga ternyata, hampir aja gue ketiduran kalo gak liat notif chat di hp."
"Kirain emang niat mau tidur, udah pake bantal leher gitu."
"Nggak lah, gue tau diri ya."
Bara tertawa kecil, "Tidur aja sih gapapa, lo capek kan?"
Lingga mengangguk, menurunkan ponselnya dan kembali bersandar sambil memperhatikan kendaraan lain di depannya yang masih berhenti menunggu lampu berubah hijau, "Sebenernya gak begitu capek, cuman yang bikin capek nya tuh.. ya you know lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bylines and Heartbeats (Hoonsuk)
FanfictionBaraga dan Harlingga adalah dua jurnalis yang penuh semangat dalam mengeksplorasi keberagaman budaya di seluruh dunia. Suatu hari, mereka memiliki tugas untuk pergi ke sebuah pulau terpencil yang legendaris, di mana suku asli yang hidup di sana memi...