"Untuk program budaya punya tim Lingga bisa mulai diproses ya penerbitannya. Naskahnya sudah ada di tim editor, kita mulai publish artikel berkala dan disusul segmen khusus lainnya. Detailnya kita sambung di meeting selanjutnya untuk saat ini itu dulu, kalo ada pertanyaan atau yang lainnya bisa diajukan sekarang."
Lingga mengemasi barangnya sesaat setelah meeting selesai, hasil meeting hari ini memang bagus, tapi Lingga tetap tidak bisa tersenyum untuk alasan lain yang Ia duga. Memilih meninggalkan ruang meeting lebih cepat dan menolak ajakan diskusi.
"Lingga!"
Hingga langkahnya terhenti tepat di pintu keluar saat Mas Jian memanggilnya, Ia berbalik dan menemukan Mas Jian yang berjalan menghampirinya, "Nanti malem jadi, kan? kita pulang bareng aja ya sekalian ngobrol."
Lingga diam beberapa saat, Ia memang telah menerima pesan dari Mas Jian yang mengundangnya makan malam namun karena Lingga tidak memberi jawaban pasti membuat Mas Jian kini langsung bertanya padanya.
Mata Lingga mengedar perlahan ke arah ruangan yang masih terdapat beberapa rekan yang ikut meeting, beberapa dari mereka terlihat mencuri pandang ke arah Lingga dan Mas Jian termasuk Bara yang sama sekali tidak menyembunyikan raut penasarannya dari bagaimana cara Ia memandang gerak gerik Mas Jian dan Lingga.
"Gimana nanti aja."
"Lingga." Mas Jian menahan tangan Lingga, "Mau, ya? kita perlu ngobrol, jangan gini terus."
Lingga menghela nafas dan melepaskan tangannya dari genggaman Mas Jian sebelum akhirnya mengangguk kecil, "Iya."
Sementara itu Bara yang masih berdiri sambil merapikan barangnya ikut mencuri dengar percakapan kecil Lingga dan Mas Jian membuatnya merasa penasaran dengan rencana yang dimiliki dua orang itu.
"Napa lu? cemburu?"
Hingga fokusnya teralih saat mendengar suara Adrian di sampingnya.
"Apa dah, biasa aja."
"Dapetin Lingga tuh ga segampang nipu orang suku biar dinikahin, saingan lo Mas Jian." Ujar Adrian sambil menepuk pelan pundak Bara dengan raut wajah tengil sebelum keluar lebih dulu dari ruang meeting yang membuat Bara hanya mendelik kesal.
"yaelah siapa juga yang mau saingan." ucapnya tanpa peduli dengan suara dari isi hatinya sendiri.
Kedekatan Lingga dengan Mas Jian itu seolah rahasia umum dimana banyak rekan di kantor yang mengetahui hal tersebut dan melihatnya sebagai hal biasa. Sudah lama sejak Mas Jian mulai menaruh perhatian lebih pada Lingga yang berawal dari rasa kagum atas kinerja lelaki Arcelio itu.
Semua orang tau kedekatan mereka lebih dari sekedar rekan kerja semata, bahkan mungkin beberapa orang terdekat Jian juga tau bahwa program director IDFOLKS itu memiliki niat yang serius kepada Lingga.
Namun Lingga lebih dulu menerima Mas Jian sebagai sosok dewasa yang ia kagumi dan hormati, sosok yang mengayomi dan pemberi perhatian yang peduli, Lingga menerima itu sebagai bentuk perlindungan. Bagaimana Ia merasa nyaman dan rasa nyaman itu tidak ingin Lingga rusak karena perasaan lebih yang Mas Jian miliki terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bylines and Heartbeats (Hoonsuk)
FanfictionBaraga dan Harlingga adalah dua jurnalis yang penuh semangat dalam mengeksplorasi keberagaman budaya di seluruh dunia. Suatu hari, mereka memiliki tugas untuk pergi ke sebuah pulau terpencil yang legendaris, di mana suku asli yang hidup di sana memi...