Harlingga sampai ke apartemennya pukul sebelas malam setelah perjalanan panjang dari pulau Serumpun yang membuat tubuh nya sangat lelah. Sepanjang jalan setelah ia mendarat dari pesawat dan sampai di apartemennya saat ini, ia terus sibuk membalas pesan group di ponselnya.
Tim nya telah menunggu kabar dari ia dan Baraga yang seolah menghilang setelah berhasil memasuki pulau serumpun, menanyakan kabar hingga kelancaran project mereka atau memberi informasi dari kantor yang tidak sampai pada keduanya karena akses yang terbatas.
Ia melempar ponsel nya begitu saja setelah melihat balasan Baraga di group chat yang terasa mewakili nya, membuat ia bisa pergi membersihkan diri, berendam di bathub dengan larutan aroma terapi yang membuat tubuh nya lebih rileks. Rasanya sudah sangat lama ia tidak merasakan hal ini, selama di Pulau Serumpun, ia mandi di kamar mandi kecil yang berada di luar ruangan. Membuatnya tidak bisa merasa bebas menikmati air dingin dengan tubuh telanjangnya.
Matanya terpejam, ia bahkan tanpa sadar terlelap mungkin karena baru merasakan kenyamanan kembali di rumahnya. Semua itu terasa tenang hingga sebuah bayangan muncul seperti mimpi yang mengingatkannya kembali tentang ritual melatian.
Bagaimana ia dipakaikan pakaian pengantin, diberikan kalung dengan tulisan namanya, ia kembali melihat wajah gugup Baraga saat memasangkan kalung di lehernya, genggaman tangannya yang kembali terasa, sensasi dingin saat air mengalir di atas kepalanya dengan tubuh didekap erat oleh tangan rekan tim nya.
Dalam tidur nya ia gelisah, air di bathub beriak karena kakinya yang tidak diam, Harlingga kembali merasakan tangan Baraga yang terus menggenggamnya selama proses melatian, suara-suara orang bersahutan, antara deklarasi pernikahan hingga pembacaan do'a pengikat, ia bahkan mendengar suara goresan benda tajam pada batu besar saat menggores nama pasangannya.
Atau bagaimana suara Baraga yang mendeklarasikan bahwa ia adalah miliknya kembali menggema di kepalanya, semua itu terulang, bersahutan tak beraturan, hingga ia bahkan merasa bibirnya berkedut saat mengingat momen dimana ciuman pertamanya dengan Baraga terjadi di pulau itu.
'Hahh! Hhh.. hhh..'
Hingga akhirnya ia terbangun dengan perasaan gelisah yang tidak nyaman, Harlingga mengusap wajahnya dengan tangan yang basah, menarik nafas dalam lalu menggeleng pelan.
Momen itu terlalu mengejutkan dan sepertinya ia memiliki sedikit trauma karena sebuah ikatan tiba-tiba yang dilakukan terlalu sakral, meski ia tau itu tidak berlaku di luar suku melati, pikirnya.
Harlingga bangkit keluar dari bathub, dengan tubuh telanjang ia membilas dirinya di bawah air shower, kembali merasakan air mengalir dari atas kepalanya dan mengingatkan bahwa itu tidak sama dengan bagaimana seorang dari suku melati melakukan hal yang sama saat upacara melatian.
Memakai bathrobe dan mengeringkan rambutnya dengan handuk, Harlingga berjalan ke depan cermin lalu tertegun saat melihat kalung kayu melati nya masih terpasang apik di sana dengan tali hitam yang terikat di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bylines and Heartbeats (Hoonsuk)
FanfictionBaraga dan Harlingga adalah dua jurnalis yang penuh semangat dalam mengeksplorasi keberagaman budaya di seluruh dunia. Suatu hari, mereka memiliki tugas untuk pergi ke sebuah pulau terpencil yang legendaris, di mana suku asli yang hidup di sana memi...