3. Meet The Informant

396 67 5
                                    

Seorang pemuda berjalan sendirian di lorong akademi. Banyak sorot mata yang menatap ke arah pemuda bernama Oniel tersebut. Pemuda yang di akademi terkenal sebagai pribadi yang ceria dan pandai bergaul itu akhir-akhir ini kepopulerannya meroket naik setelah ia diangkat menjadi anak oleh salah satu petinggi negara bernama Fransisca Sarasvati.

Oniel awalnya adalah yatim piatu setelah orang tua nya meninggal saat ia masih kecil. Ia merasa sangat beruntung dan berterima kasih kepada sisca karena sudah mau mengadopsinya. Namun di sisi lain, kepopulerannya sebagai 'anak angkat' Sisca terkadang membuatnya jengah. Banyak murid-murid lain yang sengaja mendekatinya karena status barunya itu. Karena itu ia hanya percaya kepada beberapa orang saja yang benar-benar ia anggap teman, salah satunya adalah teman kecilnya saat di panti, Gitasena.

Oniel melangkahkan kakinya dengan senang. Seperti biasa, ia akan menghampiri Gita yang sudah menunggunya di taman. Namun, bukan Gita lah yang membuatnya senang, melainkan sesosok gadis kecil yang selalu mengikuti temannya itu, Marsha. Gadis yang beberapa tahun ini selalu mengisi pikirannya.

"Ini Sha, aku salah beli minuman tadi. Buat kamu aja...." Kata Oniel sambil menyodorkan sebuah minuman berasa Matcha.

"Ehh, serius kak? Ini kan minuman favorit aku. Makasih ya." Marsha menerima minuman Matcha tersebut dengan mata berbinar-binar.

"Tapi Kak Oniel kok bisa salah beli sih tadi?" Tanya Marsha.

"Ngg .... Itu... Setengah ngelamun tadi, haha."

Gita yang berada di samping Marsha hanya menatap malas kelakukan temannya itu.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Sergah Oniel ke Gita.

"Males banget ngelihatin orang bodoh sepertimu."

"Brengsek. Oh iya jangan lupa nanti ada praktek menembak. Aku pastikan poinku akan mengalahkan poinmu hari ini."

"Jangan mimpi. Kau tidak pernah sekalipun mengalahkanku." Ucap Gita.

"Udah udah, kalian kenapa sih berantem mulu kalo ketemu. Mendingan ayo pergi, bentar lagi masuk." Ucap Marsha sebal akan tingkah dua seniornya itu.

Ketiganya lalu berjalan beriringan dengan Oniel yang asik mengoceh ke Marsha dan Gita yang seperti biasa hanya cuek dan diam memperhatikan kedua temannya.

Itulah kenangan indah yang kini hanya menjadi sebuah memori di benak masing-masing.

.
.
.
.
.

Alice Spring Airport, Australia

Gadis yang tengah bermimpi indah itu terbangun dari tidurnya ketika dibangunkan oleh salah seorang pramugari yang mengingatkan bahwa mereka akan segera mendarat di Australia. Marsha melirik ke arah seniornya yang kini tengah membaca sebuah bacaan. Marsha lalu mengencangkan sabuk pengamannya sambil mengingat mimpinya tadi, tentang masa-masa indahnya saat di akademi bersama dua seniornya, Gita dan Oniel.

Betapa bahagianya dia apabila keadaan akan tetap seperti itu selamanya........

Ketiga agen tersebut akhirnya telah mendarat dan sedang berjalan beriringan di lobby bandara.

"Oke, Marsha dan Zee.... Jemputan kita sudah tiba. Setelah ini kita akan langsung ke hotel dan menemui informan kita. Ingat, kita adalah turis. Bersikaplah biasa dan jangan terlalu tegang." Ucap Aya mengingatkan kedua juniornya itu.

Mendapatkan sebuah misi ke negara lain adalah hal baru bagi Marsha. Tak heran, sepanjang perjalanan mulutnya selalu menganga dan berbinar-binar memandang pemandangan yang asing di matanya.  Perjalanan berlalu sekitar 30 menit, mereka akhirnya tiba di sebuah hotel. Mata Marsha mengernyit dan sedikit menahan tawa saat ia melihat seseorang di depan hotel yang berdiri sambil mengangkat sebuah papan bertuliskan "Welcome to Australia, My darling Aya". Aya menggelengkan kepalanya melihat itu. Ia lalu mengajak kedua juniornya untuk menyapa orang itu.

AquiverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang