13. Ironic Battle

303 62 7
                                    

AQUIVER
.


.
.

Chapter 13 - Ironic Battle

.
.
.

Gedung No. 665

Suasana di dalam gedung tampak sangat mencekam. Baik para agen ISS maupun pihak musuh, mereka sama-sama siaga dengan senjata di tangan. Dari balik pintu kamar, Zee menyadari bahwa lawannya semakin mendekat. Cengkeraman tangannya pada pistol miliknya semakin mengerat, ia mengambil ancang-ancang menembak ketika merasakan bahwa musuhnya telah berada di depan pintu. Kenop pintu itu berputar, perlahan tapi pasti pintu kamar pun terbuka. Hening. Keduanya masih berada di tempat masing-masing, mengamati keadaan. Zee yang berada di belakang pintu menahan napasnya dan mengeratkan genggaman pada senjata.

Gerakan tiba-tiba yang dilakukan anggota Apsara itu mengejutkannya, pria berambut pirang itu mendorong daun pintu dengan kasar dan hampir membuat itu menghantam tubuh Zee. Dari tempat persembunyiannya Zee menyerbu, ia merunduk dan memotong pergerakan orang asing yang mengancam nyawanya. Suara erangan dari anggota Apsara mengukuhkan bahwa lawannya adalah seorang pria, Zee menepis pistol pria itu dengan satu serangan.

Tidak ingin kalah begitu saja, Victor berusaha menyerang balik Zee. Didorongnya tubuh Zee ke arah tembok, satu tangannya menggenggam pergelangan tangan kanan Zee. Ia tidak memberikan kesempatan agen ISS ini untuk menembak. Dengan susah payah ia menahan tenaga Zee yang terus berusaha melawan.

Zee melancarkan tinju kanannya pada bagian dada lawannya lalu dengan sekuat tenaga ia menendang tubuh Victor menjauh hingga terjerembap pada ujung ranjang. Belum sempat berdiri atau menghindar, sebuah tembakan bersarang pada pahanya. Victor berteriak kesakitan ketika kaki kanannya ditembus oleh timah panas, namun Zee tidak memberi ampun. Ia menghampiri tubuh lawannya lalu memukul wajahnya berkali-kali.

Dengan tangan kirinya, Zee menarik kerah jubah Victor agar pria itu berada dalam posisi duduk sementara pistolnya terarah di bagian pelipis pria itu. Pria di hadapannya tampak tenang meskipun dirinya ditodong sebuah senjata. Ia juga tahu pria asing ini akan menginterogerasinya dengan macam-macam pertanyaan, memar bekas tinjuan pada wajah tidak akan membuatnya jera. Pria itu hanya meringis melihat agen ISS itu tengah mengancamnya dengan senjata.

"Siapa namamu?" tanya Zee.

Victor memilih untuk bisu. Itu membuat Zee berdecak kesal.

"Aku tanya siapa namamu?!"

"Hahaha, Anjing ISS rupanya?Percuma saja, bodoh. Kau tahu mulutku tertutup rapat…" jawab pria itu dengan nada arogan.

Zee yang terlatih untuk hal semacam ini, memilih melakukan 'pendekatan' kedua. Senjata yang diarahkan di pelipis kini diturunkan lalu dengan ujung larasnya ia menekan luka tembakan pada paha lawannya. Seketika itu juga pria arogan dalam cengkeramannya berteriak kesakitan, namun ia tidak dapat bergerak karena tertahan oleh bobot tubuh Zee.

"ARGGGHHH!!!"

"Jawab pertanyaanku!!" kata Zee sambil terus menekan luka itu sekuat tenaga.

"SIAPA NAMAMU?!"

"Vi… Victor…"

Zee mengendurkan tusukannya pada luka pria malang itu, ia menoleh karena mendengar suara lain mendekat. Dari balik pintu muncul Marsha dan Indah yang telah keluar dari tempat persembunyian, mereka berdua masih siaga dan mengarahkan senjatanya. Keduanya bernapas lega karena mendapati kaptennya ini berada di atas tubuh lawan yang terluka, sedang menginterogerasi dengan caranya sendiri.

AquiverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang