Gracio menggertakkan giginya dengan marah, ia kemudian menggebrak meja kerja di ruang pribadinya. Laporan di lapangan mengenai Alpha Project benar-benar membuat rencananya hancur berantakan. Zee sudah menghubunginya beberapa menit yang lalu dan mengabarkan bahwa pemimpin tim serta satu-satunya agen yang mengenal medan di Australia terbunuh mengenaskan akibat bom waktu yang menghancurkan tubuhnya.
Sebelumnya Gracio juga mendapatkan kabar dari Adel tentang penembakan mobil yang terjadi kemarin dan disusul kabar bahwa mobil yang dikendarai agen Pucco mengalami kecelakaan dan meledak, menewaskan pengemudinya. Satu-persatu anggota timnya dibunuh secara mengenaskan oleh kelompok Apsara. Kini hanya tersisa Zee yang masih berada di hotel serta Marsha yang belum sadarkan diri. Marsha masih terlalu hijau untuk tugas seperti ini, sedangkan Zee, ia tidak akan mungkin bisa menyelesaikan tugas ini sendirian sehebat apapun prestasi yang dimilikinya.
Gracio mengalihkan pandangannya ketika pintu ruangannya terbuka dan Adel masuk ke dalamnya. Gracio mempersilahkannya untuk duduk sebelum berbicara.
"Del, aku butuh pendapatmu tentang Alpha Project......" Pinta Gracio kepada anak buahnya itu.
"Menurut saya, keadaan mereka berdua tidak aman sekarang. Sebaiknya anda mengabulkan permintaan Zee untuk pindah hotel besok pagi. Tinggal di tempat yang sama hanya akan membuat mereka mudah dilacak....."
Gracio diam mendengarkan anggotanya itu.
".......selain itu, Apsara memiliki peralatan peledak yang cukup canggih. Mereka bahkan dapat menghilangkan bukti dan jejak dari agen Pucco dan agen Aya di lokasi kejadian....."
"....."
Melihat atasannya yang tetap diam, Adel mengusulkan sebuah ide kepadanya.
"Maaf pak, jika sekiranya saya lancang. Tapi menurut saya, kita harus mengirimkan bantuan untuk menyelesaikan misi ini. Dan jika anda tidak keberatan, saya siap pergi untuk membantu mereka."
Gracio langsung menggeleng mendengar usulan itu.
"Aku setuju dengan mengirimkan bantuan, tapi bukan kau. Aku membutuhkanmu sebagai asistenku disini. Kau memiliki keahlian informasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik dari agen lain, Del. Kau yang akan menggantikanku memberikan komando jika aku tidak ada. Keberadaanmu di markas utama dalam misi ini sudah mutlak."
Adel mengangguk dan menunduk hormat karena kepercayaan yang Gracio berikan padanya. Meskipun demikian, ia tetap tidak tega melihat Marsha dalam keadaan genting seperti ini. Marsha adalah sahabat terbaik yang dimiliki oleh Kathrina, calon istrinya. Dia tidak ingin persiapan pernikahan mereka diwarnai duka akibat sahabat istrinya menjadi korban di dalam misi ini.
"Aku akan mengadakan rapat darurat dengan petinggi pemerintahan. Tolong kau cari semua agen yang pernah menjalankan misi di Australia dan kirimkan datanya kepadaku. Juga tangani semua urusan mengenai jasad Aya apabila masih ada yang.... Tersisa." Ucap Gracio mengakhiri diskusi mereka.
"Baik, pak." Adel berdiri dari duduknya, menunduk hormat dan pamit.
"Oh iya......"
Gracio menjeda perkataanya. Adel yang mendengar itu mengurungkan niatnya untuk pergi dan menoleh ke arah atasannya. Ia menunggu Gracio melanjutkan perkataannya.
"...... Ada satu informasi lagi mengenai perkembangan misi Alpha Project......."
"...... Gitasena Radheya masih hidup. Zee telah mengkonfirmasi hal itu dari Marsha."
Adel tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya mendengar hal itu. Ia melongo, tidak percaya. Pemuda itu tidak gugur tiga tahun yang lalu?!
Adel adalah salah satu yang percaya bahwa Gita telah gugur ketika melawan komplotan teroris di tebing tiga tahun lalu. Pikiran Adel langsung tertuju kepada Marsha, Gadis itu sangat mencintai Gita dan sekarang, ia harus berhadapan dengannya yang mungkin adalah musuh. Ini benar-benar mimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aquiver
ActionTangisan Marsha semakin keras ketika ia menyadari orang yang dicintainya telah tiada. "Selamat tinggal, Gitasena Radheya, aku Marsha Lenathea akan selalu mencintaimu." Disclaimer ‼️ • Cerita ini 100000% FIKSI!!! • BxG • Gender Bender • Mohon maaf ji...