Apartment (Markas sementara ISS)
Zee melipat kedua tangan ketika kedua anggotanya duduk di sofa tengah. Indah memapah tubuh Oniel agar duduk perlahan. Pemuda itu meringis, menahan nyeri akibat pukulan Gita yang kini terasa panas juga ngilu. Wajah dan beberapa bagian tubuhnya lebam akibat memar. Matany menangkap gerak-gerik atasannya yang hanya diam membisu berdiri seperti patung, sementara Indah sibuk mengeluarkan perlengkapan P3K.
Ketika luka-luka mulai dibersihkan untuk diobati, Oniel mengerang kesakitan. Berkali-kali juga Indah berhenti sejenak agar pria di sampingnya itu menyesuaikan diri dengan rasa sakit, sesekali ia menengok ke arah Zee yang tetap tidak bergeming.
"Ini benar-benar konyol," ujar Zee tiba-tiba.
"Apa kalian tidak bisa berpikir jauh? Indah Aleena dan kau… Cornielo Bramastha? Kau lebih senior dariku, bukan? Bagaimana bisa kau menelantarkan misi tim demi maksud pribadi yang hanya akan membawa kalian mendekati pintu kematian."
Oniel berdecih kesal mendengar ocehan atasannya itu.
"Hei, Sir? Aku tidak punya pilihan lain selain mengejar Gita! Aku yang melihatnya pertama kali dari lokasi persembunyian, dia sedang menuju ke arah kalian lalu melihatku, dan lari."
"Ko-mu-ni-ka-si. Itulah guna dari earpick yang kau kenakan di telinga, Agen Cornielo. Kau harus melaporkan setiap perkembangan yang terjadi di luar karena itu tugas yang kuberikan padamu, bukan mengejarnya seperti kucing berburu tikus. Atau kau mungkin lupa keberadaanmu disini atas nama tim bukan pribadi?"
"Aku punya alasan khusus kenapa harus mengejarnya sendiri." Oniel menghela napas dalam-dalam.
"Oh ya?" Tanya Zee sambil mengangkat kedua alisnya.
"Katakan padaku apa alasanmu?"
Wajah Oniel terangkat ke atas, menatap paras Zee dengan raut wajah penuh emosi. Oniel menahan amarahnya mati-matian sambil mengepalkan tinju.
"Karena dia adalah Gitasena Radheya... Dan aku punya misi khusus dari Pak Gracio. Aku tidak bisa membeberkannya, sekalipun padamu."
Jemari Indah terhenti di bagian pipi kanan Oniel ketika mendengar kata 'misi khusus', namun ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Gadis ini harus menyembunyikan rasa keterkejutannya dari Oniel, sementara kedua pemuda di ruangan itu masih bertatap mata dalam keheningan.
"Misi khusus?" Zee menegaskan namun tidak mendapatkan jawaban apapun dari lawannya.
Zee tidak mengambil waktu hening terlalu lama, ia memilih untuk duduk di sofa seberang sambil menarik ponselnya. Dengan tenang ia menekan tombol panggil, menatap kedua anggotanya dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Membiarkan pemuda yang lebih tua darinya itu mendinginkan emosinya. Beberapa detik waktu seakan-akan berhenti di sekitar mereka, ketiganya hanya terdiam dan menunggu.
.
.
.
.
."Del, ini Zee. Sambungkan aku dengan Pak Gracio sekarang juga," ucapnya begitu komunikasi tersambung dengan pusat,
"Ya. Aku butuh konfirmasi dari beliau."
Pandangan sepasang manusia yang berada di seberangnya teralih, terpaku memandang ketua timnya. Zee langsung menanyakan misi khusus Oniel pada Gracio?!
Perlu beberapa jeda sebelum Gracio tersambung dengan jaringan komunikasi, Zee menggunakan waktu jeda untuk membalas tatapan kedua anggotanya dengan pandangan datar.
"Halo, Pak Gracio? Saya ingin konfirmasi Anda terhadap laporan yang diberikan oleh Agen Cornielo." dia mulai berbicara setelah berhasil menghubungi atasannya.
"Beberapa saat yang lalu kami berhasil menemukan beberapa petunjuk mengenai tempat Alpha disekap, namun terjadi beberapa kekacauan yang kusebut dengan… Miss-communication."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aquiver
ActionTangisan Marsha semakin keras ketika ia menyadari orang yang dicintainya telah tiada. "Selamat tinggal, Gitasena Radheya, aku Marsha Lenathea akan selalu mencintaimu." Disclaimer ‼️ • Cerita ini 100000% FIKSI!!! • BxG • Gender Bender • Mohon maaf ji...