5. Meeting After The Accident

379 71 11
                                    

Aya tersandung ketika kakinya melangkah menyusuri jalan di gang kecil, beberapa ratus meter dari hotel mereka. Nafasnya terengah-engah dan perasaannya sedikit tidak tenang. Sepersekian detik ia merasakan ada yang sedang memanggilnya dan menoleh kebelakang. Gerak gerik seniornya itu membuat Marsha heran.

"Ada apa senior? Anda baik-baik aja?" Tanya Marsha.

"Barusan..... Aku merasa seperti ada yang memanggil namaku....." Aya berkata pelan, ".....Suaranya terdengar seperti Pucco."

Marsha tercekat mendengar itu. Mau tidak mau pikirannya membayangkan sesuatu yang buruk.

"Jangan berpikiran terlalu jauh, senior.... Aku yakin senior Pucco pasti selamat." Marsha berusaha menyemangati Aya, meskipun ia sendiri juga tidak yakin.

"Dia sudah janji padamu, kan?"

Aya mengangguk dan tersenyum ke arah Marsha yang berusaha menenangkannya dari kepanikan. Sementara itu, Zee tampak sedang sibuk menghubungi seseorang.

"......Maaf, kami menempuh rute lain dari yang kau kirimkan. Senior Aya tau rute yang lebih baik. Dan kami mengikuti keputusannya." Ucap Zee kepada Adel yang ada di seberang telepon.

"Tidak masalah."

"Lalu bagaimana dengan lokasi penembak jitu itu? Apa kau sudah mendapatkannya?"

"Ya, aku telah melacak lokasi seperti yang kau minta dan sepertinya ada satu tempat yang sangat cocok bagi si sniper untuk melakukan penembakan itu. Itu adalah sebuah bangunan kosong, lokasinya tak jauh dari Crowne Alice Hotel. Tepatnya pada jalan nomor 665. Dan untuk lokasi mobil kalian......" Adel menjeda kalimatnya sebentar.

".....Aku sudah melacaknya lewat radio yang ada di mobil itu. Tapi... Negatif. Aku tidak berhasil menemukan mobil itu. Aku khawatir telah terjadi hal yang buruk."

Zee melirik ke arah seniornya saat mendengar kabar buruk itu.

"Apa kau yakin itu negatif?" Tanya Zee memastikan.

"Aku sudah berkali-kali melacaknya, Zee..... hasilnya selalu sama, Negatif."

"Baiklah... Jika ada informasi apapun, hubungi aku lagi." Zee lalu mematikan teleponnya.

Tanpa Zee sadari, Marsha mendengar semua percakapannya dengan Adel tadi. Gadis itu lalu melirik ke arah Aya yang tengah merenung dengan iba, tampaknya Aya tidak menyadari pembicaraan Zee dan Adel.

Mereka bertiga lalu melanjutkan perjalannya dan kira-kira selama satu setengah berlalu akhirnya mereka sampai di lobby hotel dengan pakaian yang basah kuyup karena keringat. Dengan napas tak beraturan dan tubuh yang penuh keringat, mereka langsung masuk ke salah satu kamar hotel mereka dan segera mengadakan rapat darurat. Zee mengambil tiga botol air mineral dari kulkas, ia memberikan dua kepada rekannya dan meneguk salah satunya sampai habis tak bersisa. Ketiganya telah kehabisan tenaga, tetapi mereka sadar jika mereka tidak punya waktu untuk berleha-leha.

Aya segera membuka koper yang didapatkannya dari Cindy tadi lalu menjajarkan isinya di atas meja yang ada di kamarnya. Zee dan Marsha lalu mendudukkan diri di samping kanan kiri Aya. Satu persatu foto yang ada di dalam koper itu ia jajarkan di sebelah kiri meja, lalu ia menaruh sebuah peta di sisi tengah dan dokumen-dokumen lainnya ia letakkan di sisi kanan. Aya berdehem dan menarik nafasnya sebelum mulai berbicara.

"Baiklah, aku akan memberitahu kalian semua informasi yang kuketahui. Aku ingin kalian tau semua medan yang akakmn ditempuh di negara ini...."

"Pertama, foto-foto ini. Menurut ingatanku semua foto ini diambil di daerah seperti yang pernah kujelaskan. Tapi...."

".... berasal dari lokasi yang berbeda-beda kan?" Sela Zee.

"Ya, kau benar. Foto orang berjubah dan anak yang kita cari itu diambil di daerah sini." Aya melingkari sebuah tempat yang ada di peta.

AquiverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang