Tuhan memberikan sebuah pilihan untuk suatu keputusan, menjadikannya jalan takdir mengendalikan kehidupan.
Banyak harapan mendorong keinginan manusia, menjadikan gigih mendapatkan kebahagiaan itu tercipta.
Setiap langkah mendekati tujuan, batu sandung memberikan luka pijakan. Hingga kaki yang diseret paksa menggores raga dan jiwa. Namun, usaha adalah tenaga mendorong mendapatkan yang dipinta.
Akan ada hari semua terasa indah, memberikannya arti bahagia, melepaskan semua lelah menghadapi ketidakadilan semesta.
Candra mempercayai itu akan tiba.
Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, Candra mulai merasakan perubahan sikap Mama dan Papa. Mereka terkesan santai tak seperti biasanya.
Memberikannya sedikit kebebasan sampai sekarang, dan memberikannya ijin tidak masuk sekolah dengan alasan 'kamu butuh istirahat di rumah sejenak'.
Untuk pertama kalinya ia bisa istirahat tanpa dibebani belajar seharian, dan juga Mama dan Papa tidak memarahinya.
Candra mulai merasa nyaman diberikan kebebasan, tapi walaupun begitu ia tidak boleh terlena karena ujian semester genap akan tiba beberapa minggu lagi. Tentu saja ia tidak boleh malas-malasan belajar.
Jika biasanya ia belajar sampai jam tengah malam, ia hanya diperbolehkan sampai jam 22.00 malam oleh kakak Bagaskara.
Candra hanya bisa menurut, tapi ia merasa kurang waktu jam belajarnya, karena sudah terbiasa sejak kecil. Dan anehnya Mama dan Papa hanya diam saja.
Seperti saat ini, setelah makan malam Candra kembali duduk di meja belajarnya. Berkutat dengan tumpukan buku dan goresan pena.
Tak terasa waktu menunjukkan jam yang sepekati. Candra langsung memilih menutup bukunya, dan beralih rebahan menyamping dengan selimut melingkupinya, memejamkan mata mendengar derit pintu di buka.
Candra tau siapa yang masuk ke dalam, ia lebih memilih pura-pura tidur saja.
Pinggir kasurnya terasa di duduki, membuatnya seolah tertidur lelap dalam pejam. "Udah tidur aja nih anak. Kirain masih belajar."
Candra nikmati usapan lembut di kepalanya, membuatnya nyaman di setiap sentuhannya.
"Kakak senang kamu bisa tidur dengan cepat, Dek. Biasanya kamu sampai begadang sampai pagi kalau dibiarkan."
Candra tersenyum samar mendengar kakaknya mengeluh karena kelakuannya.
"Jangan memaksakan diri lagi, ya? Berapapun nilai ujian kamu nanti, Kakak tetap bangga sama kamu."
Candra rasanya ingin mengucapkan beribu terimakasih kepada kembarannya karena telah memberikannya support selama ini.
Tak lama setelah itu, suara langkah kaki itu semakin hilang hingga ditelan pintu, dan mata yang dipejam dibuka lebar oleh sang Pemilik kamar.
"Maaf, Kak, aku harus belajar biar mendapatkan nilai ujian sesuai keinginan Mama dan Papa." Bergerak menuju belajar kembali, menghidupkan lampu belajar di tengah gelapnya ruangan.
Namun itu tak bertahan lama, Candra terperanjat kaget saat pintu kamarnya kembali dibuka seseorang. Pandangannya menunduk melihat orang itu masuk ke kamarnya.
CTAK
Lampu ruangan kembali dihidupkan oleh orang itu, duduk tegap di sisi ranjang, menatap Candra yang berusaha mengalihkan pandangannya.
"Kamu masih belajar?"
Candra menatapnya dengan raut terkejut mendengar pertanyaan orang yang sangat ia hormati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionSebuah kisah dibalut luka. Tentang lara dihantam kelabu, tentang hati dikuasai pilu, hingga berakhir penyesalan tak berlalu. Lahir dengan bentuk yang sama dengan jalan takdir berbeda. Si sempurna pembawa kebanggaan, si cacat merumpangkan kebahagiaa...